Berbentuk rumah biasa namun memiliki banyak kamar, karena rumah ini memang untuk kamar kost khusus untuk wanita saja. entah itu mahasiswi atau wanita yang sudah selesai kuliah, harga yang murah membuat banyak yang antri di kost milik Pak Manto.
Namun di balik itu semua ada misteri, sebab satu persatu banyak anak kost yang menghilang entah kemana dan tidak bisa untuk di temukan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon novita jungkook, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15. Kedatangan Sadewa
"Bakso sini loh enak banget, Mas." Quina turun dari mobil mengajak sang suami.
"Alah kamu ini selalu saja menemukan makanan enak, nanti sibuk mau diet." Sadewa merutuk pelan.
"Jadi kamu enggak mau menemani aku makan ni?!" Quina menatap sengit kepada sang suami.
"Ya mau dong, demi kamu mah selalu aku mau." Sadewa bergegas turun.
Dari pada kena amuk dengan macan betina yang sedang hamil ini maka lebih baik Sadewa segera turun dan ikut saja makan yang di pinta oleh Quina, memang semenjak hamil Quina selalu menemukan tempat kuliner yang menurut dia sangat cocok di lidah dan kemudian akan segera mengajak Sadewa makan di sini.
Sadewa yang memang cinta berat padaku Quina tentu saja akan mengabulkan segala permintaan sang istri, apa lagi hanya soal makanan seperti ini tentu saja Sadewa tidak akan pernah keberatan dan akan terus berusaha untuk memenuhi keinginan sang istri yang tengah mengandung buah hati mereka berdua, walau kadang ada sedikit protes juga karena tidak sesuai dengan lidah Sadewa.
Sama halnya juga kali ini karena Quina telah menemukan warung bakso yang menurut dia sangat pas di lidah dan rasa candunya begitu kuat sehingga dia datang lagi membawa Sadewa, pertama kali makan Quina mengajak Jeni sang besti dan sudah sangat cocok di lidah sehingga dia berniat untuk membawa suami ke sini untuk makan bersama.
Sekarang Quina sudah kembali dan memesan tidak sungkan langsung empat mangkok karena dia yakin Sadewa akan kurang bila hanya makan semangkok saja, Quina saja kemarin makan hampir di mangkok karena terasa begitu lezat dan sangat pas bumbu serta kaldu itu.
Sadewa menatap tempat jualan yang begitu bersih dan juga rapi walau tidak seberapa besar namun memang ramai pengunjung dan terutama untuk mahasiswi atau mahasiswa, Sadewa juga meneliti lebih jauh Karena Dia memiliki mata batin yang begitu kuat sehingga bila ada warung yang memakai pelaris maka dia akan segera tahu.
"Tidak ada pelaris tapi memang sangat ramai, mungkin karena rasanya yang sangat enak." gumam Sadewa.
"Ya kan tidak semua tempat warung laris itu memiliki pelaris to, sayang." Quina masih mendengar ucapan Sadewa.
"Biasa nya juga begitu, tapi ini memang tidak kok berarti karena rasanya yang enak." Sadewa segera duduk menunggu pesanan mereka datang.
"Ini sudah sejak dahulu mereka membangun usaha namun tidak memiliki cabang sehingga tempat ini saja yang terlihat sangat ramai." Quina bercerita kepada Sadewa.
"Bagus lah, kadang kalau buka cabang dan anak buah yang berjualan maka akan sesuka hati saja sehingga rasa akan berubah." Sadewa mengangguk setuju.
Memang kalau di lihat warung Bu Dewi sangat ramai namun tidak seberapa besar padahal begitu banyak yang antri ingin makan atau juga ingin bungkus, menurut kabar yang beredar bakso ini dibuka sudah sangat lama sehingga cita rasanya sudah begitu kental dan di kenal oleh banyak orang di sekitar sini.
"Ini bakso nya ya, Neng." Bu Dewi menyuguhkan empat mangkok bakso yang mengepulkan asap.
"Terima kasih, Bu." Quina menjawab dengan sangat sopan.
"Aroma nya kenapa sangat tidak asing begini ya?" Sadewa tersentak ketika mencium bau dari bakso.
"Ayo makan, kamu nanti pasti akan ketagihan kalau sudah cicip." Quina menyeruput kuah bakso itu.
"Tidak mungkin lah, hanya penciuman ku saja kali." Sadewa membantah firasat itu.
Quina sendiri tidak peduli dengan Sadewa yang masih dia memperhatikan mangkok bakso di atas meja, sebab wanita hamil ini sudah tidak sabar dan ingin memakannya dengan sangat lahap karena sejak tadi di jalan sudah membayangkan rasa bakso yang begitu nikmat dan juga lezat.
"Heeeeem enak sekali, wah kuah nya sangat pas." Quina sampai merem melek.
"Biasa saja loh, di lihat orang nanti." Sadewa merasa gemas dengan ekspresi sang istri.
"Maka nya kamu cobain sekarang biar tahu rasanya itu bagaimana." suruh Quina yang sudah tidak sabar.
"Iya ini aku coba." Sadewa mengambil sendok dan kemudian mengambil kuah bakso dan menyesap.
Saat kuah bakso meresap di dalam lidah maka Sadewa sudah begitu yakin dan dia seketika meletakkan sendok itu kembali di atas mangkok, perilaku Sadewa yang demikian membuat Quina merasa heran dan dia tidak tahu apa yang telah terjadi.
Mata Sadewa mendelik menatap bakso yang ada di atas meja dan dia berulang kali melihat Bu Dewi yang sedang sibuk mengurus pelanggan lain karena memang begitu banyak orang antre untuk memakan bakso ini, sebab memang terasa begitu nikmat di lidah mereka masing-masing sehingga kecanduan dan kembali lagi di warung bakso tersebut.
"Mas kamu kenapa?" Quina menyadari ada yang aneh.
"Tidak mungkin, pantas saja tadi aku mencium aroma yang tidak asing!" Sadewa begitu syok.
"Kenapa sih, Mas?" Quina sampai pindah tempat karena dia bingung.
"Jangan pernah makan bakso ini lagi." tegas Sadewa.
"Ih kenapa? ada yang salah dengan bakso nya ya." Quina masih tidak paham.
Sadewa menarik nafas panjang Karena dia tidak ingin berdebat di warung bakso ini dan lagi dia juga masih perlu menyelidiki dengan seksama, maka Sadewa meminta kepada Bu Dewi untuk membungkus saja bakso yang sudah mereka pesan dan untuk Quina disuruh agar diam dulu tidak banyak bertanya.
Quina yang melihat sang suami sudah serius seperti itu maka dia tidak berani protes dan banyak bertanya lagi karena nanti akan kena marah oleh Sadewa, lebih baik diam dan mengikuti apa yang akan di lakukan oleh Sadewa nanti bersama dengan bakso yang sudah tadi sempat mereka makan kalau Sadewa hanya mencicipi kuah nya saja dan dia sudah menyadari ada yang berbeda.
"Mas jangan bilang ini bakso dari daging babi ya?" Quina bertanya ketika sudah ada di dalam mobil.
"Ini bahkan lebih parah dari itu jadi kamu jangan pernah makan lagi di sana." pesan Sadewa.
"Ya Allah, padahal rasanya begitu enak dan juga nikmat tapi masih ada saja yang salah di bakso itu." Quina kecewa dan dia memang percaya begitu saja dengan Sadewa.
"Tidak mungkin, semoga aku salah dan nanti Purnama bisa tahu kalau ini pasti hal yang berbeda." batin Sadewa sambil mengendarai mobil.
Tujuan nya sudah jelas akan meminta tolong kepada Purnama yang ada di desa karena wanita itu sangat paham tentang hal gaib, yang lebih penting ini berhubungan dengan manusia lain sehingga Sadewa merasa perlu menghentikan ini semua agar tidak terjadi masalah lagi untuk kedepannya nanti dan semoga saja praktik tersebut bisa di hentikan tanpa ada nyawa lagi yang menghilang.
Selamat siang besti, jangan lupa like dan komen nya.
ini kalo mas Zidan lihat bisa bikin klepek-klepek