NovelToon NovelToon
Senyum Tiramisu

Senyum Tiramisu

Status: sedang berlangsung
Genre:Pernikahan Kilat / Keluarga / CEO / Penyesalan Suami / Psikopat itu cintaku / Cintapertama
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: blcak areng

Satu tahun penuh kebahagiaan adalah janji yang ditepati oleh pernikahan Anita dan Aidan. Rumah tangga mereka sehangat aroma tiramisu di toko kue milik Anita; manis, lembut, dan sempurna. Terlebih lagi, Anita berhasil merebut hati Kevin, putra tunggal Aidan, menjadikannya ibu sambung yang dicintai.

​Namun, dunia mereka runtuh saat Kevin, 5 tahun, tewas seketika setelah menyeberang jalan.
​Musibah itu merenggut segalanya.

​Aidan, yang hancur karena kehilangan sisa peninggalan dari mendiang istri pertamanya, menunjuk Anita sebagai target kebencian. Suami yang dulu mencintai kini menjadi pelaku kekerasan. Pukulan fisik dan mental ia terima hampir setiap hari, tetapi luka yang paling dalam adalah ketika Anita harus berpura-pura baik-baik saja.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon blcak areng, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Perlombaan Melawan Waktu

​Ruang Rahasia dan Pertempuran Melawan Sepsis (Pukul 10.00 – 12.00)

​Begitu Anita memberikan isyarat setuju, Dr. Imelda langsung mengambil tindakan cepat. Dibantu oleh seorang perawat senior yang dipercaya, Rika, Anita dipapah masuk ke salah satu ruang pemeriksaan yang terisolasi di klinik lama itu, yang kini diubah menjadi kamar perawatan VVIP darurat.

​"Rika, siapkan infus cairan dan antibiotik spektrum luas dosis tinggi. Pasien mengalami demam tinggi yang berpotensi menjadi sepsis," perintah Dr. Imelda tegas, pandangannya tidak lepas dari mata Anita yang sedikit menguning.

​Anita dibaringkan di ranjang. Ia menggigil hebat, dan demamnya terasa membakar, tetapi ia memaksakan diri untuk tetap sadar. Rasa dingin dari cairan infus yang mulai mengalir ke lengannya membuatnya merinding.

​Dr. Imelda menatap Anita. "Kita harus segera membersihkan rahimmu. Infeksinya sudah parah. Kita akan lakukan kuretase minimal invasif di sini, setelah demammu sedikit mereda. Tapi, kamu hanya punya waktu sampai sore. Kapan suamimu pulang?"

​Anita memejamkan mata, memaksakan diri mengingat jadwal Aidan. Ia meraih memo di nakas dan menulis dengan tangan gemetar:

​[Paling lambat jam 4 sore. Aku harus sudah di rumah. Dia tidak boleh tahu aku tidak di rumah.]

​"Empat sore," ulang Imelda, membaca pesan itu. "Itu kurang dari enam jam, Anita. Kita akan bergerak secepat mungkin, tetapi kamu harus mematuhi saya."

Di Bawah Karet Setengah Sadar (Pukul 12.00 – 14.00)

​Ketika suhu tubuh Anita turun sedikit setelah satu jam infus, Dr. Imelda memutuskan untuk melanjutkan ke prosedur pembersihan rahim. Menunggu terlalu lama hanya akan meningkatkan risiko keracunan darah.

​Anita diberikan anestesi lokal yang membuat kesadarannya melayang. Selama prosedur kuretase yang dilakukan Dr. Imelda dengan hati-hati, Anita merasakan sensasi yang samar, diselubungi oleh obat bius. Rasa sakit fisiknya ditahan, tetapi rasa duka dan kehilangan janin yang baru ia sadari mengalir deras di pikirannya.

"Anakku... anak yang tidak sempat aku ketahui keberadaannya."

​Ia memikirkan Aidan. Ketakutan itu jauh lebih tajam daripada pisau bedah. Jika Aidan tahu ia hamil—lalu keguguran—dan kini berobat diam-diam, kemarahannya pasti akan meledak. Hanya bayangan kekejaman Aidan yang membuatnya terus menahan diri untuk tidak menangis.

​"Selesai," bisik Dr. Imelda lega, setelah prosedur singkat yang berjalan lancar. "Rika, pastikan pendarahannya terkontrol. Kita pertahankan infus antibiotik selama dua jam lagi."

​Imelda menatap Anita. "Syukurlah, sudah bersih. Kamu beruntung, Anita. Sekarang, istirahat total. Jangan bergerak."

​Pukul 15.00. Jarum jam terus berdetak, dan kecemasan Anita meningkat melampaui efek obat pereda nyeri. Ia harus pergi. Rumah kosong akan memicu alarm pada Aidan.

​Dr. Imelda mencoba menahannya. "Kamu tidak bisa pergi sekarang, Anita. Kamu baru saja dioperasi. Kamu butuh setidaknya 24 jam istirahat mutlak!"

​Anita menggeleng, berusaha bangkit. Tubuhnya terasa ringan dan lemah, tetapi tekadnya sekeras baja. Ia meraih memo dan menulis, seluruh tenaganya dicurahkan untuk satu tujuan:

​[Aku harus pulang. Aku harus sudah di rumah sebelum dia pulang. Aku akan baik-baik saja, Dok. Aku tidak boleh membuat dia curiga. Aku mohon.]

​Imelda frustrasi. Ia tahu bahwa kepulangan Anita ke rumah yang penuh kekerasan hanya akan membahayakan nyawanya, tetapi ia juga memahami bahwa rasa takut Anita pada suaminya adalah kekuatan yang tidak bisa dilawan oleh obat apa pun.

​"Baiklah," Imelda menghela napas. "Saya tidak bisa membiarkanmu pulang sendiri. Saya akan berikan kamu resep antibiotik, obat pereda nyeri, dan vitamin. Kamu harus minum tepat waktu."

​Imelda kemudian menulis di memo: [Jika suamimu bertanya, kamu akan bilang kamu di toko kue sampai larut, lalu demam karena kelelahan. Kita akan membuat alibi medis yang masuk akal, tanpa menyentuh topik rahang atau perut.]

​Anita mengambil pena dan menulis, menolak alibi medis yang ditawarkan Imelda:

​[JANGAN. Jangan buat alibi apa pun. Aku hanya akan bilang aku di toko kue sampai larut dan ketiduran. Semakin sedikit orang tahu, semakin aman aku. Aku akan membayar dua kali lipat untuk Mbak Rika agar dia mengantarku ke perempatan komplek.]

​Imelda dan Rika hanya bisa menatap Anita dengan tak percaya, melihat bagaimana wanita itu bersedia membayar dua kali lipat uangnya—padahal uangnya sudah menipis—hanya untuk mendapatkan layanan yang paling rahasia.

​Setelah menerima suntikan pereda nyeri yang kuat dan membawa paket obatnya, Anita menyelesaikan pembayaran prosedur darurat itu. Ia menggunakan hampir seluruh sisa uang tunai yang ia miliki, mengorbankan keamanan finansialnya demi keselamatan nyawanya.

​Tepat pukul 16.15, Rika mengantar Anita menggunakan mobil pribadi yang sederhana dan menurunkan Anita di perempatan komplek perumahan mewahnya.

​"Hati-hati, Nyonya," bisik Rika, matanya penuh iba. "Minum obatmu."

​Anita mengangguk, lalu berbalik. Ia berjalan kaki perlahan ke arah pintu rumahnya. Setiap langkah terasa seperti beban, tetapi ia memaksakan diri, didorong oleh satu-satunya hal yang ia miliki: ketakutan.

​Ia tiba di depan pintu, memasukkan kunci, dan berhasil masuk. Rumah itu masih sepi, sama seperti saat ia meninggalkannya. Ia segera naik ke kamar, mengenakan pakaian tidur, dan berbaring.

​Tepat lima belas menit kemudian, suara mobil Aidan terdengar memasuki garasi.

​Anita berhasil. Ia berhasil menjalani operasi rahasia, lolos dari kematian, dan kembali ke sangkarnya tepat waktu sebelum suaminya pulang. Ia terbaring lemah, siap menghadapi malam, ditemani oleh rasa sakit fisik yang terasa seperti hukuman dan keberhasilan kecil dalam merahasiakan segalanya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!