(WARNING! banyak **** ***** dan tindakan yang buruk. Harap bijak dalam memilih bacaan dan abaikan buku ini jika membuat pembaca tidak nyaman.) Akira Kei, seorang bocah SMA yang yatim-piatu yang awalnya hidup dengan tenang dan normal. Dia hidup sendirian di apartemen setelah ibunya meninggal saat dirinya baru masuk SMA. Dan impiannya? Dia hanya ingin hidup damai dan tenang, meksipun itu artinya hidup sendirian. Tapi sepertinya takdir berkata lain, sehingga kehidupan Akira Kei berubah 180°. Apa Akira Kei bisa mewujudkan impiannya itu? Atau tidak?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Amigo Santos, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ㅤ
Keesokan harinya mereka semua didatangi oleh seorang peramal dan juga seorang yang ahli dengan arti tato. Semua anggota yang mendapatkan tato diminta berkumpul di aula latihan tertutup untuk memeriksa apakah tato itu memiliki efek samping yang berbahaya atau tidak.
Hasilnya adalah, tato itu sama sekali tidak memiliki efek samping yang membahayakan penggunanya dan hanya membantu menyerap energi yang sekarang masih misterius dari luar menuju Solus Seed mereka dan mengalirkannya ke dalam tubuh mereka.
Sehingga ketika mereka memunculkan sihir, mereka mendapatkan energi tambahan berkat tato itu dan membuat sihir mereka semakin kuat.
“Ini… ini benar-benar nyata! Ramalan itu benar-benar terjadi!” seru seorang Sejarawan saat dirinya sudah melihat tato milik mereka semua.
“Ramalan? Ramalan apa?” tanya Dion sambil memiringkan kepalanya sedikit.
“Begini, jadi, sekitar ratusan ribu tahun atau jutaan tahun lalu, ada sekelompok orang yang memiliki tato sama seperti kalian. Dan mereka yang mendapatkan tato dengan berbagai macam bentuk itu akan dianggap sebagai pahlawan yang akan menyelamatkan dunia dari kegelapan yang mengancam akan melahap dunia.” Jelas Sejarawan itu dengan penuh semangat.
Ternyata tato itu memiliki sejarah yang sangat amat panjang dan sedikit kelam tentunya, karena dari penjelasan Sejarawan tadi, mereka yang memiliki tato akan menjadi pahlawan yang menyelamatkan dunia dari kegelapan. Jadi, kemungkinan besar… tidak, bukan kemungkinan lagi, tapi memang pasti akan terjadi, kegelapan akan kembali mencoba melahap dunia dan pahlawan generasi sekarang akan mencegahnya.
Dan hal itu sudah disadari mereka semua dan mereka sekarang menunjukkan raut wajah yang rumit, karena perang besar akan terjadi dan sekarang hanya perlu menunggu waktu saja sampai perang itu pecah.
“Bukankah itu artinya… perang itu akan terulang lagi?” celetuk Yuna yang membuatnya mendapatkan atensi dari semua orang yang ada di sana.
Seketika itu juga suasana menjadi hening dan hanya terdengar suara semilir angin yang cukup kencang, bahkan Sejarawan tadi yang awalnya bersemangat pun ikut terdiam dengan canggung.
“Bukankah kalian tinggal berlatih memanfaatkan tato itu dengan baik? Pahlawan dulu saja bisa, masa kalian tidak?” celetukan dari Edric sukses memecahkan suasana yang awalnya canggung dan hening menjadi hangat lagi dan disertai dengan secercah harapan baru.
“Benar, dengan adanya Pak Edric yang melatih kalian, pastinya kita bisa setara atau bahkan melampaui pahlawan masa lalu itu.” Timpal Sejarawan tadi yang juga menyemangati pahlawan baru.
‘Mereka terlalu muda untuk menanggung beban pahlawan ini, tapi aku akan mendukung penuh mereka supaya mereka juga bisa menikmati masa remaja mereka seperti remaja pada umumnya!’ gumam Sejarawan itu yang bertekad untuk membuat para pahlawan muda bisa menikmati masa remaja mereka.
Ayolah, mereka hanya bocah SMA yang kebetulan di pilih takdir untuk menjadi pahlawan dan menyelamatkan dunia dari kegelapan. Beban itu tentunya terlalu berat untuk mereka dan beban itu berpotensi untuk merusak kesehatan mental dan fisik mereka.
Tapi, jika itu memang takdir mereka, yaitu menjadi pahlawan diusia muda dan menanggung beban menyelamatkan dunia, setidaknya mereka bisa melakukannya bersama-sama. Setidaknya dengan melakukannya bersama-sama, beban itu akan menjadi ringan meskipun hanya sedikit saja.
“Tenang saja, Kei, aku akan melindungimu saat perangnya pecah.” Ucap Yuna saat melihat wajah adiknya sedikit pucat.
“Terimakasih banyak, kak…” jawab Kei sambil mengangguk pelan.
Yahh, begitulah mereka sekarang. Hanya bisa saling melindungi dan menguatkan satu sama lain supaya tetap bertahan hidup sampai perang pecah, bahkan sampai perang usai.
Hari berganti minggu, dan minggu berganti bulan. Sekarang sudah sembilan bulan semenjak mereka belajar menggunakan tato mereka itu, dan mereka bisa dibilang sudah cukup mahir menggunakan tato itu. Ditambah mereka juga belajar elemen sihir lain untuk menyeimbangkan kekuatan mereka.
**
Mereka kini berada di sebuah kota yang sudah ditinggalkan karena adanya portal break, portal break adalah peristiwa dimana portal muncul secara tiba-tiba dengan ukuran yang sangat besar dan sama sekali tidak terkontrol. Monster-monster yang seharusnya tertahan di dalam portal, malah keluar dari portal dan mengakibatkan banyaknya korban jiwa karena peristiwa itu terjadi secara mendadak, sehingga banyak penduduk di sana tidak bisa menyelamatkan diri.
“Bagaimana keadaan di dekat portal itu, Marta?” tanya Sebastian kepada Marta melalui Earphone yang terhubung ke seluruh anggota The Shatter.
“Tidak bagus, kapten. Kebanyakan monster berkumpul di sana seolah menjaga sesuatu.” Jawab Marta dari puncak gedung kosong, yang sedang memperhatikan kondisi portal yang dikelilingi oleh monster.
Marta, seorang murid perempuan dari Akademi Syntexia. Dia tidak bisa menggunakan sihir, tapi sebagai gantinya hebat dalam menggunakan panah. Dia juga memiliki tato dengan bentuk panah di punggung tangan kanannya dengan warna hijau.
“Baiklah, terimakasih infonya, Marta.” Jawab Sebastian melalui Earphone sebelum memutuskannya, mereka hanya perlu menekannya untuk menghubungi yang lain dan jika ingin memutuskannya maka tinggal lepaskan saja.
“Sialannn!!! Ini misi kapan selesainya sih?! udah satu minggu loh kita di sini, kan, Alaric?” gerutu Marta sambil menoleh ke arah Alaric.
“Ho’oh! Monsternya banyak banget cog!” imbuh Alaric yang juga sebal dengan banyaknya monster yang keluar dari portal break itu.
Alaric, seorang murid lelaki dari Akademi Mechatralis. Dia sama seperti Marta dan Sebastian, yang tidak bisa menggunakan sihir. Tapi sebagai gantinya, Alaric mahir dalam menggunakan tombak, dan dia juga memiliki tato dengan bentuk tombak di punggung tangannya dan berwarna biru.
“Boring banget bangke… hari-hari makan daging kering tipis doang.” Lanjut Alaric sambil menggigit dan memakan daging kering tipis atau biasa kalian disebut dendeng.
Kita beralih ke tempat lain, dimana yang lain sedang berkumpul untuk beristirahat, karena mereka baru saja habis bantai-bantai monster dengan jumlah yang cukup banyak. Bisa kita lihat kalau seragam mereka sekarang penuh dengan darah monster berwarna ungu, dan kebanyakan monster yang mereka bunuh adalah goblin, makhluk berwarna hijau dengan tubuh pendek, serta seekor kadal yang menyerupai manusia dengan tinggi hampir dua kali lipat manusia pada umumnya.
“Ugh… darah monsternya lengket banget~ jadinya susah dibersihin…” rengek Ellen sambil mengibaskan kedua tangannya, mencoba menghilangkan darah monster yang menempel di seragamnya.
Ellen, seorang murid perempuan dari Akademi Syntexia, sama seperti Marta. Selain itu, dia juga sama seperti Marta, Sebastian, dan Alaric yang tidak bisa menggunakan sihir tapi menggunakan alat sebagai gantinya untuk menyalurkan energi Solus Seed di dalam tubuhnya. Ellen menggunakan senjata dagger, dan dia juga mendapatkan tato bergambar dagger berwarna ungu di punggung tangannya.
“Ets! Tenang saja, Ellen, selama ada aku sang pahlawan Rian, semuanya akan baik-baik saja.” Ucap Rian dengan penuh percaya diri sebelum mengeluarkan sihir airnya untuk membersihkan noda darah monster dari pakaian dan tubuh Ellen.
“Wahh…! Langsung bersih anjay!” ujar Ellen dengan gembira karena noda darah monster di tubuh dan pakaiannya sudah hilang karena Rian, ditambah Rian menggunakan sihir angin untuk mengeringkan pakaian dan rambut Ellen.
“Yahh… memanfaatkan kekuatan secara penuh.” Celetuk Dion dan diangguki oleh yang lain.
Mereka terdiam selama beberapa saat sebelum suasana mendadak menjadi tegang karena mereka semua merasakan ada seseorang yang datang di belakang mereka semua.
Saat mereka berbalik secara perlahan, mereka melihat seseorang yang seluruh tubuhnya berlumuran darah. Ditambah topeng putih polosnya berubah menjadi merah karena noda darah monster itu.
“Maaf baru balik, tadi monsternya banyak cog! Dikroyok aku tadi.” Ucap sosok yang berlumuran darah monster tersebut.
Dion menyipitkan matanya saat mendengar suara yang di keluarkan oleh sosok itu sebelum menghela nafas lega.
“Haaahhhh… kukira siapa, ternyata kau, Kei.” Ucap Dion sambil mengusap dadanya, lega karena sosok itu adalah temannya.
Semua orang yang ada di sana juga menghela nafas lega sama seperti Dion karena ternyata sosok yang penuh darah monster itu adalah Kei.