seorang gadis yang berniat kabur dari rencana perjodohan yang dilakukan oleh ibu dan ayah tirinya, berniat ingin meninggalkan negaranya, namun saat di bandara ia berpapasan dengan seorang laki-laki yang begitu tampan, pendiam dan berwibawa, berjalan dengan wajah dinginnya keluar dari bandara,
"jangan kan di dunia, ke akhirat pun akan aku kejar " ucap seorang gadis yang begitu terpesona pada pandangan pertama.
Assalamualaikum.wr.wb
Yuh, author datang lagi, kali ini bertema di desa aja ya, .... cari udara segar.
selamat menikmati, jangan lupa tinggalkan jejak.
terimakasih...
wassalamualaikum,wr.wb.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti Marina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
kegaduhan Zora.
Zora berjalan kembali dari rumah Kyai Rahman dengan langkah cepat dan wajah yang masih memerah karena malu. Begitu ia mendekati area rumah ibu Suci, ia mendengar suara mesin truk besar dan kerumunan orang.
Saat berbelok di tikungan gang, Zora tercengang. Ada satu truk boks besar yang berusaha parkir di mulut gang yang sempit, menyebabkan kemacetan total bagi sepeda motor dan gerobak.
Di jalan, sudah tergeletak kasur spring bed tebal ukuran king size yang dibungkus plastik besar, kulkas side by side berwarna perak mengkilap, dan mesin cuci front loading yang tampak futuristik. Barang-barang itu terlihat sangat besar dibandingkan dengan rumah ibu Suci.
Seluruh ibu-ibu dan anak-anak di gang itu sudah berkumpul, berbisik-bisik, menunjuk, dan melongo. Mereka belum pernah melihat barang elektronik semewah itu masuk ke gang mereka.
Gosip dan Kehebohan
Suasana menjadi riuh rendah.
Ibu A: "Ya ampun, itu kulkas atau lemari pakaian? Muatkah di rumahnya Bu Suci yang sekecil itu?"
Ibu B: "Rumah Pak RT saja kulkasnya cuma satu pintu. Itu spring bed-nya tebal sekali, jangan-jangan tinggi kasurnya nanti lebih dari jendela!"
Anak-anak Berlari-lari mengelilingi mesin cuci canggih itu, menyentuh permukaannya yang mengkilap seolah itu adalah robot dari masa depan.
Mereka semua tahu ada nona muda kaya yang menginap. Kini, mereka melihat bukti langsung bahwa nona itu membawa 'harta karun' yang tidak sesuai dengan lingkungan mereka.
ibu Suci berdiri di depan pintu rumahnya, wajahnya menunjukkan campuran malu, tak percaya, dan pasrah. Sementara itu, Pak Budi sopir Zora, terlihat sangat kelelahan dan bingung.
Pak Budi Melihat Zora datang, segera mendekat dengan nada memelas"Nona Zora, syukurlah Nona datang. Saya sudah bilang ini tidak mungkin! Tidak ada yang bisa masuk, Nona! Gerbang gangnya saja tidak muat untuk spring bed ini!"
ibu Suci Menghela napas, menatap Zora "Nak Zora... Ibu sudah bilang, rumah kami ini kecil sekali. Kita tidak punya ruang untuk meletakkan semua ini. Dapurnya saja cuma muat satu kompor. Kulkas besar mu itu akan menutup seluruh ruang tengah!"
The Sultan yang Keras Kepala, Meskipun malu karena menjadi pusat perhatian, Zora tetap keras kepala. Ia tidak mau mengakui kesalahannya.
Zora Mendorong kerumunan, menunjuk ke kulkas "Kenapa tidak muat?! Tentu saja muat! Pak Budi, kamu harus membongkar pintu rumahnya jika perlu! Atau taruh saja kulkasnya di ruang tamu, dan ranjangnya di kamar saya. Mesin cuci? Taruh di teras!"
Ruang tamu ibu Suci terlalu sempit, dan kamar Zora bahkan tidak memiliki ruang yang cukup untuk memuat spring bed itu tanpa harus menyingkirkan semua perabotan lain dan itu pun harus diposisikan berdiri.
Zora berdiri di tengah gang, dikelilingi barang mewah dan tetangga yang melongo, menyadari bahwa ia telah menciptakan kekacauan, Ekspresinya kini adalah campuran antara kesal karena barangnya tidak bisa masuk, malu karena dilihat banyak orang, dan penyesalan karena ia tidak harus menuruti nasihat ibu Suci. Zora benar-benar sangat malu, saat dia kebingungan, tiba-tiba ustadz Yusuf datang menggunakan motornya, karena tadi dia hendak ke rumah pak RT karena ada urusan.
"assalamualaikum....ada apa ini ?" tanya Yusuf ramah.
Ia berusaha keras untuk tetap tenang, tetapi matanya membesar karena terkejut dan ia harus menutup mulutnya dengan tangan agar tidak tertawa terbahak-bahak. Situasi ini melampaui segala dugaannya.
"waalaikumsalam " ucap semuanya memberi jalan ustadz Yusuf untuk masuk kerumunan.
"begini pak ustadz, nona muda itu membeli barang-barang mewah, tapi tidak muat kalau masuk kerumah buk Suci " jawab tetangga Bu Suci.
"benar begitu dek Zora...?" tanya Yusuf sedikit tersenyum.
" benar pak ustadz, "jawab Zora menunduk malu, dia benar-benar sangat malu, wajah nya memerah, seperti saus busuk.... perkataan nya yang tadi lantang kini mlempem seperti kerupuk tersiram air.
Ustadz Yusuf kemudian menatap langsung ke mata Zora, tanpa menyindir, namun kata-katanya penuh makna.
"dek Zora, daripada merepotkan bu Suci, dan daripada Bapak dan Ibu tetangga kita penasaran, bagaimana jika semua barang ini disumbangkan saja ke Panti Asuhan yang lokasinya tidak jauh dari sini? Panti asuhan sedang sangat membutuhkan ranjang dan kulkas. Itu akan menjadi sedekah jariyah yang sangat baik. "
zora berfikir sejenak, lalu mengangguk."baik pak ustadz" ucapnya pelan.
"terus saya tidur pakai apa pak ustadz?, ranjangnya rusak, dan kasurnya keras, semalam tidur saja, tubuhku semuanya sakit?" tanya Zora cemberut, wajahnya yang sangat cantik membuat semua orang merasa gemas .
ibu Suci sudah menggelar kasurmu di lantai, bukan? Itu namanya matras alami, jauh lebih menyehatkan bagi punggung dan tidak akan ambruk lagi, meskipun kamu berguling karena sedang... memikirkan penelitianmu."
Ustadz Yusuf menekankan kata "penelitianmu" sambil menahan tawa, menyiratkan bahwa ia tahu Zora memikirkan dirinya.
"Atau begini, jika kamu benar-benar tidak nyaman di kasur itu. Nanti saya akan minta salah satu santri untuk membawakan kasur yang ada di rumah baruku, Itu jauh lebih sejuk dan nyaman. Lebih penting lagi, tidak akan patah. Kamu bisa berguling sesuka hati."
Zora terperangah, pura-pura menolak tapi sebenarnya menginginkan "
"bagaimana....?" tanya Yusuf dengan lembut.
"baiklah.... kalau pas ustadz memaksa " kata Zora membuat Yusuf tersenyum geli
"tidak ada yang memaksa nona, pak ustadz hanya menawarkan " gumam pak Budi dalam hati, ia tersenyum meringis dengan tingkah ajaib nona mudanya....
Yusuf lalu berbalik kepada Pak Budi, memberikan instruksi tegas untuk membawa semua barang mewah itu ke Panti Asuhan, meninggalkan Zora yang kini harus menghadapi kenyataan ia akan tidur di atas kasur milik pak ustadz yang diletakkan di lantai, sambil memikirkan Ustadz Yusuf...
"karena terlalu malu, Zora langsung masuk ke dalam rumah, tanpa melihat orang-orang mengangkut barang-barang nya kembali kedalam truk, lalu membawanya ke panti asuhan...
Yusuf hanya menggelengkan kepalanya, merasa lucu dengan gadis kota itu yang sangat menggemaskan,tapi Yusuf hanya bisa mengagumi, karena bagaimanapun juga sudah ada wanita lain yang sudah dipersiapkan orang tuanya untuk menjadi istrinya.
Setelah semuanya bubar, dua orang santri masuk ke rumah ibu Suci dengan membawa kasur busa dengan tinggi 15 cm ,dan lebar nya 140x200 cm.
Zora berbinar cerah, melihat kasur calon suaminya telah datang....
Setelah di rapikan oleh ibu Suci, Zora langsung lompat ke kasur tersebut, tidak ada ranjang ataupun dipan, hanya ada papan triplek sebagai alas untuk meletakkan kasur busa agar tidak lembab....
" akhirnya...."Zora mengendus kasur tersebut yang sudah di lapisi sprei berwarna pink, bukan warna kesukaan Zora,tapi ia tidak menolak, karena tidak mau membuat ibu Suci tersinggung.,
" bahkan aroma wangi ustadz Yusuf masih tertinggal, sangat nyaman ".
Tugas ibu Suci sekarang sudah tidak pergi ke ladang lagi, karena tanpa sepengetahuan Zora, ibu Suci sekarang bekerja di bawah naungan orang tua Zora untuk mengajari Zora bagaimana cara hidup sederhana.... Bukan memaksa, tapi dengan cara lembut.
eh Thor semoga itu Zorra bisa mengatasi fitnahan dan bisa membongkar dan membalikkan fakta kasihan yang lg berhijrah di fitnah....
lanjut trimakasih Thor 👍 semangat 💪 salam