NovelToon NovelToon
Chaotic Destiny

Chaotic Destiny

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Action / Fantasi / Epik Petualangan / Perperangan / Light Novel
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: Kyukasho

Kedamaian yang seharusnya bertahan kini mulai redup. Entitas asing yang disebut Absolute Being kini menjajah bumi dan ingin menguasai nya, manusia biasa tak punya kekuatan untuk melawan. Namun terdapat manusia yang menjadi puncak yaitu High Human. High Human adalah manusia yang diberkahi oleh kekuatan konstelasi kuno dan memakai otoritas mereka untuk melawan Absolute Being. Mampukah manusia mengembalikan kedamaian? ataukah manusia dikalahkan?. Tidak ada yang tahu jawaban nya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kyukasho, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 20: Rencana Besar

Di suatu malam. Hujan turun tanpa henti malam itu. Petir membelah langit, seolah langit sendiri meratapi duka yang tak bisa diucapkan oleh manusia.

Di ruang pribadi sang raja, Noah Vixen duduk membisu di tepi tempat tidur kosong, yang dulu dihuni oleh sang ratu tercinta, Evelyn. Tangannya memegang kain biru lembut yang masih menyimpan aroma sihir cahaya. Di pangkuannya, sebuah liontin kristal kecil, sisa peninggalan sang istri, bergetar pelan dengan jejak sihir suci yang hampir padam.

Pintu dibuka perlahan. Zenith muda berdiri di ambang, jubahnya basah kuyup. Di belakangnya, seorang tabib menunduk lesu.

"Kami telah melakukan segalanya yang mulia." ucap tabib itu pelan.

Noah tidak menjawab. Hanya matanya yang memerah, memandangi liontin itu. "Evelyn... mengapa kau harus ikut ke medan perang waktu itu?" bisiknya, seolah bicara pada bayang-bayang.

Zenith maju perlahan. "Ratu Evelyn bersikeras mendampingi pasukan garis depan. Dia... dia tahu tidak banyak penyihir suci sekuat dirinya." Bisik Zenith dengan lembut sembari mencoba menenangkan Noah.

"Aku tahu. Seharusnya aku aku tidak hanya melarangnya... Seharusnya aku ikut bersamanya." gumam Noah, suaranya bergetar.

Zenith menunduk dalam-dalam. Tak ada jawaban yang bisa menghapus luka seorang suami yang kehilangan belahan jiwanya.

Namun itu belum berakhir. Malam yang sama, saat kabar duka tentang Evelyn tiba, Noah dipanggil ke ruang penyembuhan kerajaan. Putra sulungnya, Theo Vixen, pangeran pewaris takhta dan ksatria muda kebanggaan Vixen, terluka parah dalam serangan mendadak Absolute Being di garis pertahanan timur. Tubuhnya penuh luka sihir kegelapan.

Noah berlari sepanjang koridor istana seperti orang gila. Dan ketika ia sampai, Theo sudah tak sadarkan diri. Napasnya berat. Tubuhnya hangus di beberapa bagian. Para penyihir penyembuh berlumuran darah. "Ayah..." suara lirih itu nyaris tak terdengar.

Noah memegang tangan putranya erat. "Jangan bicara. Kau akan sembuh. Aku akan membawa semua tabib terbaik dari seluruh benua. Kau akan baik-baik saja, Theo." Ucap Noah sembari berusaha untuk tetap tegar.

Theo tersenyum samar. "Aku... aku bangga jadi putramu, Ayah..." Bisik Theo, suaranya hampir tidak terdengar.

Lalu, matanya menutup. Dan tak pernah terbuka lagi. Noah tak bersuara. Tapi dari mulutnya keluar jeritan bisu, dan dunia seolah runtuh di sekelilingnya.

Dua hari kemudian, pemakaman kenegaraan digelar. Dua peti, satu untuk Evelyn, satu lagi untuk Theo.

Hanya satu cahaya yang tersisa di istananya. Seorang gadis kecil yang belum genap berusia sepuluh tahun... Liora, dengan rambut biru terang warisan ibunya dan mata tegas seperti ayahnya. Ia tak menangis. Tapi Noah tahu, hatinya retak jauh lebih dalam daripada anak seusianya.

Sejak saat itu, Raja Noah berubah.

Dulu dikenal sebagai raja yang ramah dan bijaksana, ia menjadi dingin dan tegas. Ia menutup ruang hatinya, menjadikan kerajaan sebagai satu-satunya prioritas. Demi Liora, satu-satunya yang tersisa, ia membangun lapisan perlindungan tak terlihat.

Ia menyembunyikan liontin Evelyn di bawah bantalnya, dan pedang Theo ia simpan di ruang rahasia. Tak ada yang tahu betapa rapuhnya hati seorang raja yang telah kehilangan dua cahaya dalam hidupnya.

Namun kini, bertahun-tahun kemudian, saat Liora berdiri dengan tekad membara di tengah arena ujian…

Saat ia mengangkat tongkat meski tubuhnya gemetar… Noah merasakan napasnya tercekat. Bukan karena takut Liora akan kalah. Tapi karena untuk pertama kalinya... ia melihat bayangan Evelyn dan Theo bersatu dalam diri putrinya. Seakan-akan Liora mewarisi tekad kakak dan ibunya. Dan itu membuatnya lebih takut kehilangan daripada sebelumnya.

Langit Vixen memekik dengan petir, memecah gulita dini hari. Hujan turun deras, menabuh genting istana dan tanah berbatu seperti genderang perpisahan. Angin menusuk tulang, membawa aroma tanah basah, dan ketegangan yang menggantung di udara.

Di halaman utama istana, pasukan pengawal berdiri dalam barisan diam. Para bangsawan dan panglima menunduk, tak berani menatap langsung ke arah pusat halaman, tempat keempat pahlawan kerajaan bersiap berangkat menuju garis depan.

Sho mengencangkan sarung tangan miliknya. Aria melilitkan syal di lehernya, melindungi suara hatinya yang bergetar. Yara menyisir rambut basahnya ke belakang, wajahnya lebih tenang dari biasanya. Dan Liora... berdiri dalam diam, mengenakan mantel perak dengan lambang Vixen yang berbentuk phoenix di punggungnya sebagai simbol harapan yang kini bertumpu di pundaknya.

Derap langkah berat bergema dari lorong istana. Noah Vixen, Raja Vixen, melangkah keluar. Jubah hitamnya kuyup. Rambut peraknya tertempel di dahinya. Tapi sorot matanya, itu adalah sorot mata seorang ayah yang telah kehilangan terlalu banyak orang yang dia sayangi.

"Liora..." Ucap Noah, suaranya teredam oleh derasnya hujan.

Liora menoleh. Untuk sesaat, waktu seperti berhenti. Mereka hanya saling menatap, seorang ayah dan seorang anak yang tak pernah sempat menyembuhkan luka yang sama.

Noah melangkah mendekat, perlahan. Hujan tak membuatnya mempercepat langkah. Ia berhenti di depan putrinya, lalu mengangkat tangan gemetar, menyentuh pipi Liora yang dingin oleh hujan. "Kau terlihat seperti ibumu malam ini." Ucap Noah dengan suara bergetar.

Liora terdiam. Air hujan mengalir dari rambutnya ke dagu. "Sepertinya ayah benar, aku mulai terlihat seperti ibu." Ucap Liora sembari tersenyum, namun suaranya bergetar.

"Ibumu... dan Kakakmu... Mereka pergi tanpa sempat kubilang betapa aku menyayangi mereka. Aku akan memastikan bahwa aku tidak mengulangi kesalahan yang sama.." Ucap Noah suaranya pecah.

Ia merogoh sakunya dan menarik sebuah liontin biru tua yang bersinar lembut. Kilauan cahaya suci bergoyang seperti nyala lilin yang dilindungi dari angin.

"Ini milik ibumu. Dia pernah bilang... jika suatu hari kau pergi ke medan perang, kau harus membawanya. Agar cahaya suci akan terus melindungi mu dimanapun kau berada..." Ucap Noah.

Tangan Noah gemetar saat menyematkan liontin itu di leher Liora. Sekilas, ia tampak seperti akan runtuh, tapi ia menahan diri. Menatap wajah anaknya yang kini telah menjadi sosok yang mengemban harapan dunia.

"Aku takut, Liora..." Bisik Noah, nyaris tenggelam dalam hujan.

Liora menatap mata ayahnya, lalu memeluknya erat-erat. Bukan sebagai putri kepada raja, tapi sebagai anak kepada satu-satunya keluarga yang tersisa.

"Aku juga takut, Ayah. Tapi aku lebih takut melihat dunia ini hancur..." Ucap Liora, kini suaranya pecah.

Noah membalas pelukan itu. Tangannya gemetar, tapi tak lagi ragu. "Berjanjilah untuk kembali hidup-hidup, Liora. Apa pun yang terjadi... kau harus pulang. Jangan jadi cahaya terakhir yang padam." Ucap Noah sembari memeluk anaknya.

Sho, Aria, dan Yara menunduk, memberi waktu untuk perpisahan yang tidak bisa digambarkan dengan kata-kata. Hanya hujan yang menjadi saksi betapa beratnya hati seorang ayah melepas putrinya ke jurang ketidakpastian.

Liora melepaskan pelukan, menatap ayahnya terakhir kali. "Aku berjanji bahwa aku akan bertahan hidup dan kembali kepada ayah, suatu hari nanti." Ucap Liora sembari berjalan membelakangi Ayah nya.

Noah tidak menjawab. Ia hanya mengangguk, dan untuk pertama kalinya dalam belasan tahun, matanya menangis di depan rakyatnya.

Keempat pahlawan itu pun melangkah keluar dari gerbang utama. Di belakang mereka, sang Raja berdiri membisu, tubuhnya basah kuyup, tapi matanya menatap jauh ke depan.

Saat siluet Liora menghilang di balik kabut, Noah bergumam, lirih... "Evelyn... Theo... Lindungilah Liora agar dia bisa kembali dengan selamat."

Angin dingin gurun utara menerpa wajah Sho saat mereka menunggang kuda cepat di antara hamparan batu dan tanah tandus. Langit kelabu menggantung berat, seolah enggan memberikan secercah harapan bagi siapa pun yang melintas di bawahnya. Di kejauhan, siluet tembok-tembok raksasa mulai terlihat, Benteng Sera, markas utama umat manusia dalam perang panjang melawan para Absolute Being.

Keempat penunggang itu melaju diam, hanya derap kuda dan desir angin yang terdengar di antara mereka. Sho melirik sekilas ke belakang. Aria berkuda tepat di belakangnya, matanya tajam namun ada kekhawatiran yang tak ia sembunyikan. Yara di sisi kanan, wajahnya terlihat kebosanan seperti biasanya, seolah medan perang bukanlah hal baru baginya. Dan Liora… menunggang kuda putih dengan lambang phoenix kerajaan, tubuhnya tegak, namun tangan kirinya terus menggenggam liontin biru tua di lehernya.

Sho mendekatkan kudanya ke arah Liora. "Kau baik-baik saja?" Tanya Sho sembari menjaga suara agar tidak kalah dengan angin.

Liora tersenyum tipis. "Jauh lebih baik dari yang kupikirkan. Meski… jantungku seperti ingin meledak." Ucap Liora sembari berusaha untuk tidak gugup nantinya.

"Itu wajar. Kita semua pernah merasa gugup seperti itu di misi besar pertama kita." Ucap Aria menimpali dari belakang.

"Kecuali Yara, dia adalah orang bodoh yang bahkan tidak gugup saat berhadapan dengan Raja" Ucap Sho, menoleh ke kanan.

Yara mengangkat bahu. "Apa yang kau bicarakan? Apakah aku terlalu keren karena tidak gugup saat berada dihadapan Raja?." Ucap Yara sembari menyombongkan dirinya sendiri yang tidak pernah merasa gugup.

Hening sejenak. Mereka mulai menaiki lereng panjang berbatu menuju dataran tinggi. Dari atas, barak-barak tentara dan tenda-tenda sihir mulai terlihat, diterangi cahaya biru dari kristal pelindung raksasa yang berdenyut lambat seperti jantung. Di tengahnya, menjulang menara sihir berwarna putih keperakan. Itu adalah pusat komando Benteng Cahaya.

Bendera berlambangkan phoenix berkibar tertiup angin. Para ksatria dan penyihir sibuk bergerak, menyiapkan pertahanan, merapikan formasi, dan memelihara senjata magis mereka. Udara dipenuhi ketegangan, seperti anak panah yang siap dilepaskan kapan saja. Ada juga beberapa High Human yang berjaga diatas benteng sembari memantau situasi kapan mereka harus bergerak.

Saat keempatnya memasuki gerbang utama benteng, pasukan penjaga memberi hormat. Sorakan kecil terdengar dari para prajurit yang mengenali mereka.

"Itu Sho sang Inkarnasi Persephone!." Seru seorang ksatria, diikuti oleh sorakan ksatria lainnya.

"Seperti nya yang memiliki rambut biru itu terasa begitu familiar, bukanlah dia Liora Vixen? Putri dari Raja Noah yang agung." Ucap para Kstaria sembari berbisik-bisik.

Liora menunduk sedikit, wajahnya canggung. Sho tersenyum pada mereka. "Biasakan saja. Kau sekarang bukan hanya bangsawan, tapi simbol harapan seluruh dunia" Ucapnya pada Liora, nada bicaranya setengah menggoda.

Aria yang menyaksikan hal itu mulai kesal. "Sekarang kau mulai berani ya menggoda wanita lain dihadapan ku?" Bisik Aria dengan nada penuh ancaman kepada Sho, bahkan sorot matanya terlihat tajam.

"Wah wah wah... seperti nya kau berada dalam masalah yang besar." Ucap Persephone dengan nada penuh ejekan kedalam kepala Sho.

Sho yang mendengar ejekan Persephone hanya bisa terdiam, bahkan ia sendiri terlalu takut untuk menatap kearah belakang karena dia tahu Aria sedang marah karena dia menggoda Liora.

Mereka turun dari kuda di pelataran utama, dan seorang perwira mendekat dengan tergesa-gesa. Rambutnya perak muda, dan matanya menyala dengan sihir murni.

"Selamat datang di Benteng Cahaya. Aku Letnan Helen, tangan kanan Komandan Sable. Kami sudah menantikan kehadiran kalian. Komandan ingin bertemu segera dan ada laporan penting dari unit pengintai. Sepertinya... Pasukan utama dari Absolute Being mulai bergerak." Ucap Helen dengan penuh hormat, bahkan nada bicara nya terdengar tegas meskipun suaranya begitu lembut.

Wajah Sho mengeras. "Baik. Antar kami sekarang." Jawab Sho.

Liora menatap langit yang kini mulai memerah, tanda malam akan turun. Ia menggenggam liontin ibunya erat-erat.

Di ruangan Strategi Benteng Sera. Ruangan itu dibangun dari batu putih dan kristal pelindung, dindingnya dihiasi peta medan perang raksasa dengan puluhan titik cahaya yang bergerak. Di tengah ruangan berdiri sosok tinggi besar dengan jubah tempur berwarna gelap dan pelindung bahu yang terbuat dari tulang naga. Tatapannya tajam, namun penuh perhitungan. Sosok itu adalah Komandan Sable, pemimpin benteng ini dan veteran dari puluhan pertempuran besar. Serta beliau adalah High Human yang memiliki konstelasi Seth.

"Jadi kalian akhirnya tiba, sesuai dengan pesan yang dikirimkan oleh Noah." Ucap Sable tanpa basa-basi saat Sho, Aria, Yara, dan Liora masuk. Suaranya dalam, seperti batu yang digerus waktu.

Sho mengangguk. "Kami datang segera setelah perintah dikeluarkan." Balas Sho.

Sable menatap keempatnya dalam-dalam, lalu melempar sebuah gulungan peta ke meja. Peta itu terbuka otomatis dengan sihir, memperlihatkan daerah sekitar benteng dan titik merah yang terus bergerak mendekat.

"Lima hari lalu, pengintai kami melaporkan gerakan tidak biasa dari selatan. Pada awalnya kami pikir itu gerombolan pasukan Absolute Being tingkat rendah seperti biasnya. Tapi hari ini…" Ia menunjuk satu titik merah besar yang tampak berdenyut.

"Makhluk ini muncul. Dia menelan pasukan garis depan di Pos Tiga tanpa sisa. Tidak ada satu pun yang kembali." Ucap Sable sembari memperlihatkan gambaran kasar dari makhluk tersebut dengan sihir.

Yara melangkah maju. "Ukuran energinya… ini bukan Hollow. Ini Absolute Being tingkat atas." Ucap Yara dengan nada serius.

Sable mengangguk. "Benar. Tapi ada yang lebih buruk." Ucap Sable sembari menjentikkan jari. Gambar makhluk itu muncul, sosok humanoid bersayap enam, tubuhnya dililit akar dan besi, dengan wajah tak memiliki mata, hanya lubang hitam di tengah dahi.

"Salah satu dari sepuluh kekuatan utama Absolute Being" Gumam Aria, suaranya menegang.

Sho mengepalkan tangan. "Kalau mereka mulai bergerak… artinya ini bukan cuma serangan biasa. Ini bisa jadi awal dari gelombang kehancuran selanjutnya." Ucap Sho dengan nada kesal.

Sable menatap Sho. "Karena itu aku butuh kalian memimpin pasukan elit untuk menghadangnya sebelum ia mencapai desa terdekat. Kita tidak bisa membiarkannya menyentuh garis pertahanan kedua." Ucap Sable dengan tegas.

Liora angkat suara. "Pasukan elit? Siapa yang akan bergabung dengan kami?" Tanya Liora kepada Sable.

Sable melirik ke arah pintu. Seorang pemuda bertubuh ramping masuk, membawa dua palu bermata dua dan mantel panjang berwarna kelam. Tatapannya tajam, dan aura energi langit mengalir samar dari tubuhnya.

"Namanya Kieran. Salah satu High Human dari Kerajaan Zinos. Dia selamat dari serangan Absolute Being di barat dan kini bergabung di bawah perintah langsungku." Ucap Sable sembari memperkenalkan Kieran.

Sho menyipitkan mata menilai Kieran. Lelaki itu hanya membalas dengan anggukan pendek. Tapi Yara tampak sedikit tegang saat mereka bertukar pandang.

"Yara, aku merasakan sosok yang terasa familiar dari pemuda yang bernama Kieran itu." Ucap Fujin kedalam kepala Yara.

"Besok pagi, kalian akan memimpin unit pasukan elit untuk menyergap makhluk itu di Cekungan Cardent. Di sana, kita punya sedikit keunggulan geografis. Tapi jika kita gagal, tidak hanya benteng ini yang jatuh, dunia akan kehilangan satu dinding terakhirnya." Ucap Sable sembari mematikan peta sihir.

Hening mencekam memenuhi ruangan. Sho akhirnya bicara. "Kami akan berangkat fajar besok. Dan kami akan memastikan makhluk itu tidak pernah menembus garis ini." Ucap Sho dengan penuh tekad dan keyakinan.

Sable menatap mereka dalam-dalam. "Bersiaplah. Ini bukan lagi tentang bertahan. Ini awal dari serangan balik." Ucap Sable sembari memberikan semangat.

Hari esok adalah hari dimana misi besar dimulai, apakah Sho dan rekan-rekannya berhasil menyergap Absolute Being? Ataukah dia gagal dan berujung pada kacaunya medan pertahanan utama. Tidak ada yang tahu.

1
J. Elymorz
Semoga 5 sekawan itu baik' aja/Frown//Frown/
Protocetus
jika berkenan mampir ya ke novelku Mercenary of El Dorado
J. Elymorz
Bagusss tiap chapternya seruu + bikin penasaran🤩🤩
J. Elymorz
Oemjii, ku kira udah damai eh ternyata belum/Sweat//Sweat/

Btw bagusss bangett, aku menunggu chapter berikutnyaa/Applaud//Applaud/
J. Elymorz
Mau peluk lioraaaa /Sob//Sob/

sayangg lioraa🫂🫂
J. Elymorz
aaaaaa yaraa :(
peluk jauh untukmu sayanggg🫂🫂
J. Elymorz
Bahkan Apollopun takut sama Aria, apalagi sho/Proud/
J. Elymorz: INI SERIUS MEREKA TUNANGAN? AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA

AKU SENENG BANGETTT /Kiss//Kiss/

makasii buat authornyaa/Hey//Hey/
total 1 replies
J. Elymorz
Terima kasih atas penjelasannya Kak, aku jadi paham dan ga penasaran lagi sama karakter-karakter yang ada di Novel ini.

Btw Aria cantik 08 berapa neng? /Smirk//Smirk/
J. Elymorz
Untuk authornya, aku ga bisa berkata-kata tapi yang pasti NOVELNYA BAGUS BANGETT WOIIIIIIIII SUMPAHHH
J. Elymorz: Gwa sampe mau roll depan sangking bagusnya, cepet lanjut ga lu? /Grievance//Grievance/
total 1 replies
J. Elymorz
SUMPIL? KEREN BANGETTT /Angry//Angry/
J. Elymorz
Chapter kali ini bener-bener bikin aku ngerasa ikut kebawa dalam ceritanya
J. Elymorz: Kepada author yang terhormat, jangan buat aku sesak napas lagi ya/Smile//Smile/
total 1 replies
J. Elymorz
Selamat datang member baru (Liora) /Smile//Smile/
J. Elymorz
Wow... Aku menanti kelanjutan cerita ini

Semangatt terus buat authornya yaaaa
J. Elymorz
Petualangan besar menanti mereka.
J. Elymorz
KERENNN BANGETTT

Rasanya campur aduk kayak nasi uduk, aaaa aku ga bisa ngungkapin perasaan ku dengan kata' tapi yang pasti ini KERENNN BANGETTTTT
J. Elymorz
Aku ga sabar baca chapter selanjutnya, kira-kira ada plot twist apa lagi yaa?/Doubt//Doubt/

Oiyaa, semangat terus yaa buat authornyaa /Determined//Determined/
J. Elymorz
Cinta segi tiga? /Chuckle//Chuckle/
J. Elymorz
SERUU!! apakah akan ada cinta segi tiga? /Doubt//Sweat/
J. Elymorz
AAAA NOOO, SHO... ARIA.. /Sob//Sob//Sob/
J. Elymorz
BAGUSS BAHGETT, SEMANGATT BUAT AUTHORNYAA/Kiss//Kiss/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!