Dikhianati menjadikannya penuh ambisi untuk balas dendam.
Semua bermula ketika Adrian berniat memberi kejutan untuk kekasihnya dengan lamaran dadakan. Tak disangka, kejutan yang ia persiapkan dengan baik justru berbalik mengejutkannya.
Haylea, kekasih yang sangat dicintainya itu kedapatan bermesraan dengan pria lain di apartemen pemberian Adrian.
Dendam membuat Adrian gelap mata. Ia menjerat Naomi, gadis belia polos yang merupakan bekas pelayan kekasihnya.
Tadinya, Adrian menjerat Naomi hanya untuk balas dendam. Tak disangka ia malah terjerat oleh permainannya sendiri. Karena perlahan-lahan kehadiran Naomi mampu mengikis luka menganga dalam hatinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kolom langit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35 : Tidak Butuh Pekerjaan Lagi!
Kesedihan terlihat jelas dalam tatapan Naomi saat meninggalkan toko kue itu. Dalam benak, ia memikirkan penyebab semua tempat menolak lamaran kerjanya.
Padahal, Naomi memiliki banyak pengalaman kerja jika hanya sebatas pelayan. Dulu, ia menjadi pelayan di kafe-kafe atau restoran.
"Bruno, menurutmu apa yang membuat mereka tidak memberiku pekerjaan? Apa aku harus merubah sedikit penampilanku?"
Bruno tersentak mendengar ucapan Naomi. "Tuan akan marah kalau Nona merubah penampilan."
Dan gaji saya yang akan menjadi korbannya. tambahnya dalam hati.
Naomi mendengus sebal. Ingin sekali mencakar wajah menyebalkan suaminya.
"Tuanmu itu memang spesies paling langka dalam sejarah peradaban manusia? Aku merubah penampilanku atau tidak, sama sekali tidak merugikan dirinya, kan?"
Bruno hanya menanggapi pertanyaan Naomi dengan senyuman.
"Anda memang benar! Selama beberapa tahun bersama Nona Haylea, tuan tidak pernah seaneh ini."
"Lebih baik jangan, Nona! Tuan bisa mengamuk nanti."
.
.
Di kantor ....
Senyum mengembang sempurna di bibir Adrian setelah menerima laporan dari Bruno. Raut kepuasan terlihat begitu nyata dalam gambaran wajahnya saat memikirkan sang istri, yang mungkin sedang kesal karena ulahnya.
Adrian tertawa kecil. Kemudian membuka galeri foto pada ponsel miliknya. Sepasang bola mata hazel itu terpaku pada wajah polos yang entah mengapa terlihat semakin manis saat sedang terlelap. Potret itu ia ambil secara sembunyi-sembunyi semalam, tanpa sepengetahuan Naomi.
“Mana mungkin aku membiarkan istriku yang menggemaskan ini bekerja di luar sana? Aku tidak akan memberi celah sedikit pun kepada orang lain untuk memandangimu dengan bebas.” Jemarinya mengusap layar ponsel, sebagaimana ia diam-diam mengusap pipi lembut Naomi di malam hari.
Adrian masih memandangi layar ponsel saat pintu ruangannya terbuka, disusul dengan kehadiran seorang wanita berusia 30 tahunan yang merupakan sekretarisnya.
“Anda memanggil saya, Tuan?” tanya wanita itu.
Adrian seketika tersadar. Mematikan layar ponsel dan meletakkan kembali ke meja. Mengganti wajah melongo yang tampak bodoh tadi dengan wajah datar dan cool seperti biasanya. “Iya, Tina. Aku sedang membutuhkan bantuanmu.”
Wanita berambut hitam itu tersenyum, lalu memilih duduk di kursi tepat di hadapan sang bos. “Bantuan apa, Tuan?”
“Beberapa hari lagi aku mau membuat sebuah pesta penyambutan untuk istriku. Tolong hubungi event organizer profesional untuk mempersiapkannya.”
“Istri? Anda sudah menikah?” Wanita itu tampak sangat terkejut.
Pernikahan Adrian dan Naomi memang belum dipublikasikan. Hanya beberapa orang saja yang tahu, termasuk Haylea.
“Jangan pura-pura terkejut. Aku yakin kamu sudah tahu,” ujar Adrian masih terdengar santai.
Sang sekretaris terlihat gelagapan. Ekspresi terkejut yang membuat Adrian menyeringai. “Ma-maaf, Tuan,” ucap Tina menundukkan wajah.
“Tidak apa-apa.”
“Tapi, apa waktunya tidak terlalu mendadak kalau diadakan dalam beberapa hari lagi?”
“Aku tidak mau tahu. Persiapkan semuanya seperti yang kuminta.”
“Baik, kalau begitu ... saya akan segera menghubungi pihak event organizer.”
“Aku mau sebuah pesta yang mewah dan berkesan untuk menyambut istriku.”
Wanita itu kembali tersenyum, meskipun raut terkejut masih terlihat sangat jelas dalam wajahnya.
“Tentu saja, Tuan.” Ia membubuhkan beberapa catatan penting ke dalam sebuah buku kecil yang selalu dibawanya kemana-mana. “Apa ada tambahan lain?”
“Itu saja. Kembalilah bekerja.”
“Baik, saya permisi.” Wanita itu membungkukkan kepala hormat, sebelum akhirnya keluar dari ruangan.
Adrian menyeringai penuh makna. Tebakannya tentu tak meleset. Sebagai teman baik Haylea, sudah pasti bahwa Tina lebih dulu mendapat kabar bahwa Adrian telah menikahi bekas pelayan mantan kekasihnya sendiri.
Tetapi, Adrian sama sekali tak peduli, karena yang sekarang yang terpenting baginya hanyalah Naomi.
Akan kubuat hari itu menjadi yang tidak akan terlupakan untukmu.
.
.
.