Ratu Primora Anastasia, harus menghadapi kenyataan, bahwa suaminya membawa selir dari perjalanan perangnya.
Seolah kurang untuk menyakitinya, selirnya juga sedang hamil.
Usia pernikahannya yang memasuki 5 tahun saja tidak membuahkan seorang pewaris.
Kejadian demi kejadian akhirnya membuatnya harus diturunkan tahtanya.
Primora yang memiliki harga diri yang tinggi, tidak akan menerima semua ini dengan sia sia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Peri Bumi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6
Mengobrol dengan Ayahnya meski hanya sebentar selalu membuat energinya terkuras. Ayahnya telah berbeda sama sekali. Tidak seperti dulu yang penyayang dan lembut.
Belum juga sembuh, pelayannya mengabari bahwa dia kedatangan tamu lagi. Mungkin kali ini akan menguras emosinya lagi. Orang itu adalah Esmeralda, gundik suaminya yang dibawanya entah dari mana. Dia tidak memiliki marga keluarga. Jadi Primora menganggapnya bahwa dia mungkin yatim piatu.
Kalau bisa Primora tidak ingin menemui wanita suaminya itu. Kepalanya sudah berdenyut-denyut karena menghadapi ayahnya tadi. Lalu kini dia harus menghadapi wanita suaminya? Sungguh cobaan yang tidak masuk akal.
"Persilakan dia menunggu di ruang tamu."
Baru saja Primora berkata demikian, Esme sudah masuk ke kamar Primora.
"Kakasaram macam apa ini!" Jean salah satu pembantu Prim marah.
"Apakah anda tidak pernah menerima pendidikan dasar etika?"
Di mata Esme, dia bahkan tidak gentar menghadapi pembantu yang sudah membentaknya itu.
"Siapa kamu?" Tanya Esme.
"...?" Jean merasa bingung atas pertanyaan tersebut.
"Aku tanya siapa kamu?"
Plak... Esme langsung menampar pipi Jean.
"Apa-apaan ini!" Primora gantian membentak Esme.
"Hahaha..." "Ternyata beginilah sifat asli Ratu."
"Terlihat baik di depan tapi busuk di belakang!"
Primora memelototi Esme. Dia tidak suka ketika pembantunya di tampar. Bahkan dia tidak pernah menggunakan kekerasan dalam mendisiplinkan para bawahannya.
"Jean adalah bawahanku, akulah yang berhak mendisiplinkan nya."
"Yah, Ratu tampaknya tidak bisa mengajari bawahannya dengan benar, aku hanya mengajarinya sopan santun."
"Sopan santun?" Primora hampir saja tertawa dengan kata katanya. Dia saja memasuki kamar pribadinya tanpa pemberitahuan dan persetujuan lalu sekarang dia sedang membicarakan sopan santun? Bukankah itu lucu?
"Nona... Andalah yang memasuki kamar pribadi saya tanpa persetujuan saya terlebih dahulu dan sekarang anda bertanya sopan santun?"
'Sial!' Primora benar. "Oh itu ... Bukankah kita akan menjadi istri dari raja pada akhirnya. Jadi bukankah tidak masalah kalau milikmu juga menjadi milikku? Suami mu saja juga aka menjadi milikku kan?"
Primos menggerakkan giginya. Dia belum pernah dihina seperti ini.
"Jangan salah paham Nona. Hanya karena anda menjadi istri Raja, lalu kamu berhak atas segalanya."
"Bukannya harusnya demikian?" Tanya Esme sok polos.
Dibanding dengan kepolosan, Primora bisa melihat bahwa wanita ini sangat licik.
Jean masih memegangi pipinya.
Plak... Primora melayangkan tamparan ke Esme.
Esme cukup kaget karena Primora langsung menampar pipi Esme tanpa babibu.
"Apa yang sedang anda lakukan?"
"Mendisiplinkan!"
"Kau... Akan rasakan akibatnya!"
Esme yang masih memegangi pipinya itupun berlalu pergi.
Fiuh... Setidaknya dia sudah pergi sekarang ini.
Primora yakin bahwa dia akan melapor ke Robert. Yah, siapa yang bisa melindungi seorang gundik kalau bukan lelakinya.
Habis ini mungkin Primora bisa menebak bahwa Robert akan marah marah.
"Obati lukamu Jean."
"Terimakasih Yang Mulia." Jean menangis. Bagaimana pun dia adalah putri seorang Count. Dia juga merasa dipermalukan oleh Gundik Raja. Tapi menurut etikat apa yang dia lakukan itu sudah benar. Dia tadi sangat puas ketika Ratu membalas tamparan ke gundik raja mewakili dirinya.
Dia amat sangat ingin berterimakasih kepada majikannya. Karena sebagai majikan, Ratunya tidak abai ketika bawahannya terkena masalah.
"Dan kalian semua bisa pergi."
Primora ingin sendiri, terlebih jika Robert nanti marah, mereka semua tidak akan melihatnya. Terutama ketika dia tidak berdaya dibawah kekuatan dan kekuasaan Robert.
***
15 menit kemudian
Brakkk kamar Primora dibuka dengan kasar. Benar sekali Robert mendatangi Primora dengan amarah.
'Robert, begitu mudah nya kamu percaya pada wanita itu. Yang mungkin baru kamu kenal beberapa tahun. Sedangkan aku dan kamu sudah kenal sejak kecil. Tapi percaya pun kamu tidak pernah kepadaku.'
Batin Primora meraung raung. Tapi dia tidak bisa mengubah hati seseorang. Dia hanya terus selalu berdoa bahwa suatu hari nanti Robert bisa membuka hatinya untuknya. Meskipun itu sangat sulit dipercaya. Yah, masa depan tidak ada yang tahu . Setidaknya itu dulu adalah kepercayaannya. Sampai sekarang akhirnya dia sadar bahwa Robert tidak akan pernah bisa berubah. Selamanya, dia akan dibenci oleh suaminya.
setuju 👍
semoga ini bs bikin semangat othorr untuk up lg 😍😍😍😍
love se kebon thorr