Jasmine terpaksa menerima perjodohan yang telah di atur oleh ibunya, sebelum meninggal dunia. Namum kebenaran terungkap sehari setelah pesta pertunanganya di langsungkan.
Jasmine mendapati sang tunangan Dirga berselingkuh dengan saudara sepupunya sendiri, untuk membalas rasa sakit hatinya. Lily juga berani bermain api dengan kakak kandung Dirga sendiri. yang tak lain adalah bos-nya di kantor. akankah perselingkuhan ini tetap berlanjut atau malah sebaliknya Jasmine benar-benar jatuh cinta pada bos Devan yang mesum tingkat dewa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ritasilvia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menambah asisten baru
"Maaf Nona Mikla, ada yang bisa saya bantu?" tanya Bimo menghampiri Mikla yang masih bersikukuh berdiri di depan ruangan kerja Devan.
"Aku ingin bertemu Devan, sekalian pak Nicolas memintaku untuk mengantarkan berkas-berkas ini keruanganya." terang Mikla seraya memperlihatkan beberapa berkas ditangannya.
"Nona bisa menitipkan pada saya, nanti biar saya yang menyerahkan langsung pada tuan Devan." ucap Bimo menjulurkan tangannya.
"Memangnya Devan kemana, apa dia tidak ada diruangan nya?" tanya Mikla penasaran.
"Tidak! Tuan Devan berada dalam ruang rapat dan tidak bisa diganggu." bohong Bimo atas perintah Devan.
"Kalau begitu, saya akan menunggu Devan di dalam ruangannya saja."
"Tidak bisa Nona, pintu ini sudah terkunci otomatis hanya sidik jari tuan Devan yang bisa membukanya."
"Tidak biasanya Devan mengunci seperti ini, bahkan dulu aku bebas keluar masuk dari ruangan ini." ucap Mikla.
"Saya juga tidak tahu Nona, mungkin tuan Devan punya alasan tersendiri. Kalaupun Nona menunggu mungkin akan memakan waktu lama, bahkan bisa sampai sore baru rapat selesai atau bisa lebih."
"Huuuf...!! Kenapa susah sekali menemui mu sekarang Devan." Mikla menghentakkan sebelah kakinya kelantai. Lalu pergi begitu saja dengan ekspresi wajah ditekuk, karena rencana untuk mendekati Devan kembali gagal.
Satu jam berlalu, barulah Jasmine keluar dari ruangan Devan. Penampilannya sudah terlihat segar kembali, karena sebelum keluar Jasmine terlebih dahulu membersihkan dirinya di kamar mandi yang terdapat dalam ruangan tersebut.
Setelah pintu terbuka, barulah Bimo masuk menyerahkan berkas yang barusan diberikan Mikla padanya.
"Tuan, tadi Nona Mikla datang ke sini. dia ingin memberikan berkas ini untuk diperiksa dan ditandatangani." ucap Bimo.
"Oke, berikan pada Jasmine, minta dia untuk mempelajari dulu beberapa hal dan point penting disini. Kalau ada yang tidak dimengerti, bisa langsung keruangan saya." perintah Devan seraya fokus dengan laptop dihadapannya.
"Baiklah, tuan. Saya permisi dulu."
"Hhhmmm."
Bimo berjalan menuju ruangan Jasmine, meletakkan beberapa berkas diatas meja Jasmine.
"Nona Jasmine, tuan Devan memintamu memeriksa dan mempelajari berkas ini." ucap Bimo yang merupakan satu-satunya orang yang mengetahui skandal Devan dan Jasmine.
"Oke, terimakasih Bimo."
Jasmine langsung memeriksa dan mulai membuka laptop untuk bekerja.
Waktu begitu cepat berlalu, tanpa terasa sudah sore dan waktunya pulang. Jasmine sengaja berjalan kaki karena jarak apartemen Dirga dan tempat kerjanya cuma butuh waktu seperempat menit saja.
Suasana sore yang cerah ditambah banyaknya pejalan kaki, membuat Jasmine tidak merasa canggung berjalan sendirian. Sebelum naik menuju unit apartemen yang ditempatinya Jasmine menyempatkan diri untuk berbelanja terlebih dahulu beberapa barang kebutuhannya pribadinya. Dia tidak menyadari jika mobil Devan diam-diam mengikutinya dari belakang.
Setelah membayar belanjaannya, Jasmine melangkah keluar namun tiba-tiba dia merasakan mual yang teramat sangat begitu juga dengan perutnya yang sakit.
"Perutku sakit banget dan dadaku tiba-tiba terasa sesak. Huuuf....huuuuf." Jasmine mencoba bernafas. Menyandarkan tubuhnya Kedinding agar tidak ambruk kelantai. Keringat membanjiri wajah cantiknya.
Devan yang melihat perubahan Jasmine berusaha mempercepat langkah kakinya, mengejar gadis itu.
"Brunghh!!"
Devan berhasil menangkap tubuh Jasmine kedalam pelukannya. Sehingga tidak jatuh kelantai.
"Jasmine, kamu kenapa?"
"Pak Devan, perutku tiba-tiba sakit banget." ucap Jasmine berusaha menahan perih.
"Aku akan mengantarkan mu kerumah sakit."
Devan segera mengangkat tubuh Jasmine kedalam gendongan, memasukan kedalam mobilnya.
"Cepat Bimo, kita segera kerumah sakit."
"Baik tuan."
Devan merebahkan kepala Jasmine diatas pahanya, sedangkan sebelah tangannya mengusap rambut Jasmine.
"Bertahanlah Jasmine, sebentar lagi kita akan sampai dirumah sakit."
Meskipun meringis menahan sakit, Jasmine masih bisa melihat wajah panik dan cemas Devan yang terus mengelus rambutnya dan meminta Bimo agar lebih cepat lagi mengendarai mobilnya.
Begitu sampai di rumah sakit yang dituju, Jasmin langsung mendapatkan penanganan terbaik. Setelah diberikan obat suntik Jasmine tertidur pulas, berdasarkan keterangan dokter asam lambung Jasmine naik, ditambah lagi dengan kesibukannya.
"Maafkan aku Jasmine, telah membuat mu bekerja keras hingga sakit seperti ini." gumam Devan.
"Bimo, sepertinya aku harus menambah seorang asisten lagi untuk membantu pekerjaan Jasmin." ucap Devan seraya memperhatikan Jasmine yang masih terlelap dalam mimpi indahnya efek obat barusan.
"Baiklah tuan, saya akan membuka lowongan untuk calon asisten baru untuk anda."
"Tidak perlu, cukup kamu minta Sinta kembali bergabung di perusahaan kita."
"Apa Sinta, tuan?"
"Ya, apa kamu keberatan?"
"Tidak, sama sekali tidak, tuan."
"Aku sudah tahu bagaimana kinerja Sinta, kepintarannya tidak jauh beda dari Jasmine. Lagian ilmu beladiri diri Sinta tidak diragukan lagi, aku yakin dia pasti bisa melindungi Jasmine." ucap Devan, teringat Sinta yang merupakan perempuan tomboy yang mana kekuatan dan penampilannya sudah seperti seorang pria. Bahkan Bimo saja bukanlah tandingan apa-apa bagi Sinta.