NovelToon NovelToon
Ibu Kos Ku

Ibu Kos Ku

Status: sedang berlangsung
Genre:Berondong / Lari Saat Hamil / Dikelilingi wanita cantik / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Diam-Diam Cinta
Popularitas:4.5k
Nilai: 5
Nama Author: Aak ganz

roni, seorang pemuda tampan dari desa terpencil memutuskan untuk merantau ke kota besar demi melanjutkan pendidikannya.

dengan semangat dan tekat yang kuat iya menjelajahi kota yang sama sekali asing baginya untuk mencari tempat tinggal yang sesuai. setelah berbagai usaha dia menemukan sebuah kos sederhana yang di kelola oleh seorang janda muda.

sang pemilik kos seorang wanita penuh pesona dengan keanggunan yang memancar, dia mulai tertarik terhadap roni dari pesona dan keramahan alaminya, kehidupan di kos itupun lebih dari sekedar rutinitas, ketika hubungan mereka perlahan berkembang di luar batasan antara pemilik dan penyewa.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aak ganz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

14

Sesampainya di rumah, Roni langsung berjalan ke arah meja, menaruh tas selempangnya, dan menuju kamar mandi. Namun, saat baru saja membuka pintu kamar mandi, dia dikejutkan oleh Mbak Maya yang keluar dari sana hanya mengenakan handuk.

Mbak Maya yang melihat pakaian Roni begitu kotor langsung bertanya, "Kenapa kamu begitu kotor, seperti anak sekolah dasar yang baru pulang main saja?" tanyanya, karena kondisi Roni memang benar-benar kotor dan bau telur busuk.

"Tadi ada sedikit kejutan saja," jawab Roni sambil tersenyum dan melewati Mbak Maya untuk masuk ke kamar mandi dan membersihkan tubuhnya. Namun, Mbak Maya justru mengikutinya kembali ke dalam kamar mandi sambil melepas handuknya.

"Mbak, kenapa masuk lagi? Aku mau mandi, Mbak," tanya Roni, terkejut melihat Mbak Maya yang mengikutinya masuk.

"Sini, lepas semua pakaianmu. Aku akan mencucinya. Astaga baunya," kata Mbak Maya sambil meraih pakaian Roni yang dia pegang, menunggu Roni melepas celananya. Setelah itu, Mbak Maya mulai mencuci pakaian Roni tepat di sampingnya yang sedang mandi.

Mereka terlihat seperti sepasang suami istri, begitu biasa tanpa busana berdua di kamar mandi. Bahkan, Mbak Maya juga membantu Roni menggosok punggungnya. "Mbak, saya bisa kok," ucap Roni mencoba menolak. Tapi Mbak Maya tidak membiarkannya menolak dan langsung menggosok punggung Roni.

Di luar, terdengar suara pintu diketuk. "Mbak... apa Roninya sudah pulang?" panggil seseorang dari luar. Ternyata itu Bayu.

"Belum. Tunggu saja, nanti kalau dia sudah pulang saya beri tahu, Bayu," teriak Mbak Maya, berbohong.

"Iya sudah, Mbak," kata Bayu, lalu pergi.

"Mbak, kenapa berbohong? Aku kan di sini. Mungkin dia ada perlu," kata Roni, bingung dengan jawaban Mbak Maya.

"Biarin aja. Nanti kamu temui dia habis mandi. Sekarang mandi dulu. Kamu bau sekali. Tadi aku jadi nggak kuat menciumnya. Kok bisa tubuhmu bau telur busuk sih?" tanya Mbak Maya, masih penasaran dengan kondisi Roni.

"Itu tadi teman-teman pada ngira aku ulang tahun dan merayakannya pakai itu. Nggak tahu sih kenapa," jawab Roni, berbohong. Dia tidak menceritakan yang sebenarnya bahwa dia habis dibuli oleh kelompok pemuda yang tidak dia kenal.

"Astaga, segitunya mereka sampai menggunakan telur busuk. Nggak bener sih ini," ucap Mbak Maya sambil terus menggosok punggung Roni. Roni merasa seperti anak kecil yang sedang dimandikan.

"Mbak, udah ya. Saya bisa sendiri kok. Mbak bisa keluar. Makasih udah peduli sama Roni," ucap Roni akhirnya.

"Aku gak bisa harus memulainya dari mana, Mbak?" ucap Roni. Mbak Maya bangkit lalu berjalan ke depan Roni dan menduduki Roni yang sedari tadi sudah berdiri.

Seketika, kamar mandi yang tadinya hanya terdengar obrolan, berubah menjadi cukup berisik dengan suara desahan dan suara sentuhan tubuh mereka berdua, diikuti oleh nafas mereka yang tidak teratur.

Setengah jam kemudian, aktivitas panas mereka berhenti setelah Roni mencapai puncaknya, diakhiri dengan ciuman manis yang cukup lama. Setelah itu, mereka mulai mandi bersama lagi.

"Mbak, kenapa Mbak begitu senang berhubungan dengan Roni? Roni kan bukan siapa-siapa Mbak?" tanya Roni tiba-tiba.

Mbak Maya tersenyum, seperti sudah tahu bahwa Roni akan menanyakan hal itu. "Roni, aku begitu membutuhkan sebuah kehangatan, dan aku tahu kamu juga membutuhkannya. Karena itu kebutuhan kita masing-masing, jadi anggap saja impas," jawab Mbak Maya sambil menyalakan keran untuk membasuh tubuhnya.

"Kenapa Mbak tidak menikah saja? Kan Mbak bisa membangun keluarga dan juga mendapatkan apa yang Mbak butuhkan," ucap Roni lagi.

Andaikan kau berkata, 'Kenapa tidak kita menikah saja?', mungkin aku akan langsung menerimamu, gumam Mbak Maya dalam hati, tetapi ia tidak berani mengatakannya di depan Roni.

"Kenapa Mbak diam, tidak menjawab pertanyaanku? Apa Mbak belum menemukan pria yang cocok?" tanya Roni lagi ketika Mbak Maya tetap terdiam.

"Tidak, aku sudah menemukannya kok. Sayangnya, orang itu belum menyadarinya. Dan sepertinya aku tidak mau menikah lagi kalau bukan dengannya. Karena hanya bersamanya aku merasakan kebahagiaan dan kehangatan yang sebenarnya. Aku sudah tidak mempercayai pria lagi, kecuali dia," jawab Mbak Maya.

Roni, yang sama sekali tidak peka, berpikir bahwa yang dimaksud Mbak Maya adalah seseorang di tempat kerja Mbak Maya. "Mungkin saja dia butuh waktu buat mengerti perasaan Mbak padanya. Suatu saat dia pasti mengerti kok. Tapi, apa dia tahu kalau Mbak mencintainya?" tanya Roni lagi.

"Ya, aku juga berharap seperti itu," kata Mbak Maya sedikit kecewa, sebab Roni tidak menunjukkan tanda-tanda bahwa dirinya adalah orang yang dimaksud.

"Kenapa kamu tidak peka juga, Roni? Astaga, setiap hari dan setiap malam kita selalu bersama, tapi kamu masih berpikir kalau yang aku maksud bukan kamu," gerutu Mbak Maya dalam hati dengan kesal.

"Tapi Mbak pernah kan tidur dengannya?" tanya Roni lagi.

"Ya, pernah. Bahkan sering sekali," jawab Mbak Maya sambil berharap Roni akan mengerti maksudnya.

"Begitu ya, Mbak. Astaga. Tapi kenapa dia belum juga mengerti ya? Hem, mungkin butuh waktu. Ya sudah, Mbak, aku sudah selesai mandi. Aku duluan ya," kata Roni sambil keluar dari kamar mandi.

Mbak Maya menatap punggung Roni yang keluar, lalu ia melempar centong yang ada di dekatnya dengan kesal, membuat Roni kembali masuk.

"Tadi ada apa, Mbak? Kayak suara sesuatu yang jatuh begitu keras?" tanya Roni.

"Ah, itu tadi centongnya jatuh," jawab Mbak Maya. Roni pun keluar lagi.

"Kau membuatku kesal, Roni. Lebih baik kau jangan bertanya kalau kau sendiri tidak peka. Astaga!" gerutu Mbak Maya dalam hati, wajahnya memerah karena kesal.

Setelah selesai mandi, Roni pergi menemui Bayu yang sedari tadi menunggunya. "Hai, aku dengar kau mencariku?" tanya Roni.

"Ya, aku mencarimu, Bang. Kata Mbak Maya, aku diminta membantumu merapikan kamar sebelah. Katanya mulai sekarang kamu tinggal di kamar ini," ucap Bayu.

"Iya bener, aku kok jadi lupa. Astaga. Bentar ya, aku ambil barang-barangku dulu," kata Roni, lalu kembali untuk mengambil barang-barangnya.

"Mbak, aku ambil barangku ya. Aku mau pindah ke kamar kos yang kosong," teriak Roni memberi tahu Mbak Maya yang masih mengganti baju di kamarnya.

Karena masih kesal, Mbak Maya hanya diam dan tidak menjawab.

Merasa Mbak Maya sedang sibuk, Roni pun langsung keluar dengan membawa tas berisi pakaiannya.

Setelah kamar dibereskan dan dibersihkan dari bekas penghuni lama, Roni mulai memasukkan barang-barangnya ke dalam kamar. "Nah, mulai sekarang kita tetanggaan. Jadi, kita bisa lebih sering ngobrol," kata Bayu.

"Iya bener. Oh ya, kamu nggak pergi bekerja? Aku lihat setiap jam siang kamu masih di sini," tanya Roni sambil merapikan barang-barangnya di lemari yang sudah disiapkan.

"Hari ini aku libur. Sayangnya nanti malam ada lembur. Sebenarnya aku berencana mengajakmu pergi nongkrong lagi, Bang. Tapi aku lembur, sih. Pulangnya tengah malam lagi," ujar Bayu.

"Ya sudah, kan ada esok atau lusa juga," kata Roni santai.

"Oh ya, soal kerjaan, kata bos saya masih kosong, Bang. Nanti kalau ada tempat, aku kasih tahu ya," ucap Bayu.

Malam harinya, Roni terlihat duduk di depan teras kamar kosnya. Dia merenung sambil merokok. Ini adalah kali pertama Roni merokok di kota. Andai bukan karena Bayu yang memberinya rokok, mungkin Roni tidak akan merokok sampai sekarang.

Tiba-tiba, ponselnya berdering, membuat Roni segera mengambilnya. “Wah, benda ini tumben berbunyi lagi. Terakhir kali berbunyi itu waktu di pantai,” gumam Roni.

Dia melihat ada nama Miya tertera di layar. Pasti Miya yang menelepon. “Tapi... bagaimana cara menerima panggilannya, ya?” ucap Roni bingung sambil mengotak-atik ponsel itu. Karena suatu kebetulan, Roni menyentuh bagian yang tepat, dan suara Miya pun terdengar.

“Nah, kayaknya sudah keterima nih,” kata Roni lega.

“Hallo, ya...?” Roni mulai berbicara.

“Kamu lagi di mana? Lagi sibuk kah?” tanya Miya dari seberang telepon.

“Tidak, aku lagi santai saja di kos,” jawab Roni.

“Tapi kok lama sekali menjawab panggilanku?” tanya Miya lagi.

“Aku kan nggak tahu cara menerima panggilan. Ini saja tadi kebetulan aku tekan yang tepat. Ada apa ya malam-malam?” jawab Roni sambil bertanya balik.

“Itu tadi Bang Robi bilang, kamu mulai besok bekerja di gudang Papa aku,” kata Miya memberi tahu.

“Owalah, iya. Tapi kok sekarang baru memberitahunya? Kan bisa besok saja. Lagian besok kita ketemu juga di kampus,” ucap Roni.

“Pengen dengar suara kamu aja, makanya aku sambil menelepon kamu sekarang. Kalau kamu lagi sibuk, aku tutup aja,” ujar Miya.

“Tidak-tidak, aku tidak sedang sibuk,” kata Roni cepat.

Mereka pun melanjutkan mengobrol sampai malam semakin larut. Ketika rasa kantuk mulai menghampiri, Miya dan Roni memutuskan untuk mengakhiri percakapan mereka.

“Roni, besok lagi ya. Aku sudah mulai ngantuk nih,” kata Miya.

“Baiklah, aku jaga ngantuk,” balas Roni.

“Baiklah, sampai jumpa.”

“Iya, sampai jumpa.”

Lalu panggilan pun terputus.

“Oo, ternyata begini guna benda ini. Enak juga. Andai saja Ayu di kampung juga mengerti cara menggunakannya, aku jadi bisa mudah mengobrol dengannya tiap malam,” gumam Roni sambil masuk ke dalam kamar, bersiap untuk tidur.

Sementara itu, di rumah sebelah, Mbak Maya malah tidak bisa tidur. Ia merasa tidak terbiasa tidur tanpa memeluk Roni. “Kok aku malah kepikiran dia, ya? Astaga, bagaimana ini? Masa iya aku datang ke sana dan tidur di kamarnya?” gumam Mbak Maya sambil berusaha menenangkan dirinya.

“Tahan, Maya. Kamu kan sedang ngambek. Dia itu pria tidak peka yang bikin kamu emosi. Ayo, kamu pasti bisa tidur sendiri,” kata Mbak Maya mencoba menyemangati dirinya agar bisa tidur malam ini tanpa Roni untuk dipeluk.

Namun, setelah cukup lama mencoba, ia tetap tidak bisa tidur. Rasa kesal mulai menghampiri. Akhirnya, Mbak Maya memutuskan untuk pergi menemui Roni. Ia menyerah. Ia benar-benar butuh pelukan Roni.

“Kalau Roni jauh, mungkin aku bisa menahannya. Tapi ini, Roni ada tepat di dekat sini,” gumam Mbak Maya sambil bersiap keluar kamar untuk menemui Roni.

1
Mardelis
hal bisa, pasti putuss ditengah, jejejejje
Mardelis
roni roni, baik tapi mental kurang baik, heheheeh
Godoy Angie
Asik banget!
Aak Gaming: terus ikutin ya
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!