NovelToon NovelToon
Surga Yang Terenggut

Surga Yang Terenggut

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / Janda / Konflik etika / Pelakor / Penyesalan Suami / Ibu Mertua Kejam
Popularitas:27.3k
Nilai: 5
Nama Author: Rini Antika

Tak kunjung memiliki keturunan, Amira terpaksa harus merelakan Suaminya menikah lagi dengan perempuan pilihan Ibu Mertuanya.

Pernikahan Amira dan Dirga yang pada awalnya berjalan harmonis dan bahagia, hancur setelah kehadiran orang ketiga dalam rumah tangga mereka.

"Meski pun aku ingin mempertahankan rumah tangga kita, tapi tidak ada perempuan di Dunia ini yang rela berbagi Suami, karena pada kenyàtaan nya Surga yang aku miliki telah terenggut oleh perempuan lain"

Mohon dukungannya untuk karya receh saya, terimakasih 🙏

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rini Antika, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 34 ( Surga Yang Terenggut )

Amira, Rendra, dan Vania pamit kepada Pak Adnan setelah ketiganya melaksanakan Shalat Ashar serta makan sore di rumah Pak Adnan.

"Ayah harus selalu menjaga kesehatan ya. Jangan lupa makan sama minum obat," ucap Amira dengan memeluk erat tubuh Pak Adnan.

Amira menitikkan air mata karena tidak rela berpisah dengan Ayah tercintanya.

"Amira, kalau kamu masih ingin tinggal di sini, kamu boleh mengambil cuti kok," ujar Rendra.

"Aku tidak mungkin mengambil cuti, apa kata orang kalau aku karyawan yang baru masuk beberapa bulan sudah mengambil cuti, apalagi kita sedang banyak pekerjaan."

"Kamu tidak perlu memikirkan masalah pekerjaan. Aku bisa meminta Karyawan lain menghandle pekerjaan kamu," ujar Rendra.

"Tidak bisa begitu Ren. Aku harus bersikap profesional," ujar Amira.

"Tapi aku juga mengkhawatirkan Ayah. Kalau kamu ada di sini, aku pasti akan lebih tenang karena ada kamu yang menjaga Ayah kita," ujar Rendra.

"Sudah, sudah, sebaiknya sekarang kalian pulang supaya tidak kemalaman. Ayah sekarang sudah lebih baik, jadi kalian tidak perlu mengkhawatirkan Ayah lagi," ujar Pak Adnan.

Vania sebenarnya merasa iri dengan perhatian yang ditunjukan oleh Rendra kepada Amira, apalagi Rendra terlihat sangat menyayangi Amira.

Padahal Kak Rendra selalu bersikap dingin terhadap ku, tapi dia begitu perhatian terhadap Kak Amira. Apa mungkin kalau sebenarnya Kak Rendra mencintai Kak Amira? Batin Vania kini bertanya-tanya.

"Vania, kamu baik-baik saja kan?" tanya Amira pada saat melihat Adik iparnya melamun.

"Vania baik-baik saja Kak. Yuk pulang," ujar Vania dengan menggandeng tangan Amira.

Amira sebenarnya merasa tidak enak karena dia terpaksa harus meminta Vania duduk di jok belakang.

"Vania, tidak apa-apa kan kalau kamu duduk di jok belakang? Soalnya kepala Kakak suka pusing kalau duduk di belakang," ucap Amira yang sengaja mencari alasan supaya Adik iparnya tersebut tidak merasa tersinggung.

"Tidak apa-apa kok Kak, Vania juga kebetulan mengantuk. Jadi Vania bisa tiduran," ucap Vania dengan memaksakan diri untuk tersenyum.

Sepanjang perjalanan menuju Jakarta, Rendra terus mengajak Amira mengobrol, bahkan Rendra tidak segan-segan meminta Amira membukakan air minum serta menyuapinya cemilan.

Kak Rendra terlihat bahagia saat berada di samping Kak Amira. Apa Kak Rendra sengaja melakukan semua itu supaya aku menyerah? Sebaiknya aku sadar diri dan menyerah untuk mendapatkan hati Kak Rendra, apalagi dia sama sekali tidak bersedia meski pun hanya sekedar melirikku, ucap Vania dalam hati dengan menahan sesak dalam dadanya.

Setelah mengantar Vania pulang ke kediaman Cakra dinata, Rendra mengantar Amira pulang.

Rendra sebenarnya merasa enggan berpisah dengan Amira, bahkan dia melajukan mobil dengan kecepatan lamban.

Kenapa udah nyampe aja sih? Padahal aku masih pengen berduaan sama Amira, ucap Rendra dalam hati.

Ketika mobil Rendra sampai di halaman rumah Amira, Dirga sudah terlihat menunggu di depan teras rumahnya.

"Amira, aku langsung pulang saja ya," ucap Rendra yang malas bertemu dengan Dirga.

"Kamu hati-hati ya, terimakasih banyak untuk hari ini. Sampai jumpa besok di Kantor," ucap Amira dengan melambaikan tangan ketika mobil Rendra meninggalkan pekarangan rumahnya.

Amira mengucap salam ketika melihat Dirga, kemudian Amira mencium punggung tangan Suaminya tersebut.

"Kenapa jam segini baru pulang?" tanya Dirga.

"Jalanannya macet Mas," jawab Amira dengan melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah.

"Amira, tunggu. Kenapa sekarang kamu berubah?" tanya Dirga yang lagi-lagi menanyakan perubahan sikap Amira.

Amira beberapa kali mengembuskan napas secara kasar sebelum menjawab pertanyaan Suaminya. Dia tidak ingin terus berdebat dengan Dirga, tapi setiap mereka bertemu, keduanya selalu saja berdebat.

"Aku belajar berubah dari Mas Dirga. Bukannya Mas juga berubah setelah menikah dengan Regina? Jadi jangan pernah bertanya lagi kenapa aku berubah," ucap Amira, kemudian berlalu begitu saja meninggalkan Dirga yang masih diam mematung.

Aku rindu Amira yang dulu. Kenapa sekarang kita semakin menjauh? Ucap Dirga dalam hati.

......................

Bu Meri bergegas ke luar dari dalam rumah pada saat melihat mobil Sinta memasuki halaman kediaman Cakra dinata.

"Sinta, kemana saja kamu Nak? Kenapa baru pulang sekarang? Mama khawatir sekali sama kamu, Mama takut terjadi sesuatu yang buruk menimpa kamu, sayang," ujar Bu Meri yang terlihat begitu mengkhawatirkan putri kesayangannya tersebut.

Sinta tidak menjawab pertanyaan Bu Meri, tapi dia berlalu begitu saja masuk ke dalam rumah.

"Sinta, tunggu. Kenapa kamu tidak menjawab pertanyaan Mama?" tanya Bu Meri lagi dengan terus mengikuti langkah Sinta yang berjalan menuju kamarnya.

Sinta semakin frustasi karena dicecar banyak pertanyaan oleh Bu Meri, apalagi ada rasa sesal sekaligus takut jika Riko tidak bertanggung jawab.

"Kenapa berisik sekali sih? Sinta bukan Anak kecil lagi, jadi Mama tidak perlu khawatir seperti itu. Sinta capek, jadi sebaiknya Mama jangan ganggu Sinta," teriak Sinta dengan membanting pintu kamarnya sehingga membuat Bu Meri terlonjak kaget.

Bu Meri menangis melihat sikap yang ditunjukan oleh Sinta terhadap dirinya, apalagi baru kali ini Sinta berani membentaknya.

Bu Meri sama sekali tidak menyangka jika Putri kesayangannya akan bersikap kurang ajar terhadap Ibu kandungnya sendiri.

"Mama kenapa menangis?" tanya Vania ketika melihat Bu Meri yang masih berdiri di depan pintu kamar Sinta.

"Mama tidak kenapa-napa," jawab Bu Meri dengan menghapus air mata yang menetes membasahi pipinya.

Bu Meri merasa malu apabila mengatakan yang sebenarnya kepada Vania jika penyebab dia menangis adalah Sinta.

"Apa Kak Sinta telah menyakiti Mama?" tanya Vania yang sebelumnya mendengar teriakan Sinta.

"Mungkin Sinta hanya kecapean, makanya dia sampai membentak Mama," ucap Bu Meri yang masih saja mencoba menutupi kesalahan putri kesayangannya.

"Ma, sampai kapan Mama akan terus menutupi kesalahan Kak Sinta? Jika Mama terus bersikap seperti ini, Kak Sinta pasti tidak akan pernah berubah. Vania harap Mama lebih tegas lagi kepada Kak Sinta. Jangan sampai suatu saat nanti Mama menyesal."

Bu Meri hanya diam mendengar perkataan Vania. Saat ini kepalanya semakin berdenyut sakit, apalagi semalam Bu Meri kurang tidur.

Apa selama ini aku sudah melakukan kesalahan karena terlalu memanjakan Sinta? Batin Bu Meri kini bertanya-tanya.

......................

Amira masih enggan beranjak dari atas sajadahnya setelah selesai melaksanakan Shalat Isya. Dia berpikir jika selama ini dirinya memang terlalu lemah, bahkan Amira selalu mengalah demi kebahagiaan orang lain tanpa memikirkan perasaannya sendiri.

"Aku memang perempuan bodoh. Selama ini aku selalu mengalah demi kebahagiaan orang lain, tapi hasilnya aku sendiri yang tersakiti," gumam Amira dengan tersenyum kecut.

Beberapa saat kemudian, handpone Amira terdengar berbunyi. Dia membaca sebuah pesan yang dikirimkan oleh Rendra.

📩"Titik tertinggi dari mencintai diri sendiri adalah berdo'a supaya dilapangkan hati untuk menerima segala situasi. Berdo'a supaya Allah SWT memberikan kekuatan dalam segala ujian-Nya. Semangat terus Amira, kamu berhak bahagia. Kamu juga jangan pernah merasa sendirian, karena aku akan selalu berada di sampingmu."

Amira tersenyum membaca pesan yang dikirimkan oleh Rendra. Dia merasa sangat beruntung karena memiliki sahabat sebaik Rendra, apalagi tidak dapat Amira pungkiri jika dirinya mulai bangkit setelah mendapat dukungan dari sahabat karibnya tersebut.

"Rendra benar, mulai sekarang aku tidak boleh terus-terusan memikirkan orang lain lagi. Aku harus lebih memikirkan dan mencintai diriku sendiri. Mungkin dengan begitu, aku tidak akan terlalu sedih jika suatu saat nanti aku ditakdirkan harus berpisah dengan Mas Dirga," gumam Amira.

*

*

Bersambung

1
Abu Yub
Ngak apa apa, aku tak butuh jadi luar biasa.
Abu Yub
Biar aku ucapkan saja, jangan marah iya
Abu Yub
Itu cuma katamu mas,
Abu Yub
Yang lalu tidak sama dengan sekarang mas
Abu Yub
Biar aku katakan saja, habis aku saksinya
Abu Yub
Eh ternyata cuma bulannya kelewati
Abu Yub
Itulah hebatnya angin malam bisa membuat ngak selera dan membuat kurus
Abu Yub
Biasa buk, kenak angin malam
Abu Yub
Pasti ada virus tuh di dalamnya
Abu Yub
Itu cuma perkataan mu saja, bagai dengan perkataan dia, dia dia..
Abu Yub
Kalau udah tau jangan nanyak lagi
Abu Yub
Maaf, aku akan cari tukang lain untuk.memperbaikinya
Abu Yub
Kalau sengaja ngak usahlah
Abu Yub
Kamu cuma diam saja, dia yang kata. Ayo katakan. Biar jelas segalanya.
Abu Yub
Kamu tidak perlu tau
Abu Yub
Katan apa benar itu kamu?
Abu Yub
Aku sungguh kecewa, aku kecewa berat
Sunshine
ngarep ya? kasihan....
Rini Antika: iya 🤣🤣
total 1 replies
Sunshine
Anak yang kamu bangga banggakan sebentar lagi akan mencoreng nama baik kamu Merong
Rini Antika: yups betul bgt
total 1 replies
Sunshine
rasain km mertua durhaka, meski pun Amira tidak membalasnya, tapi sekarang kamu dapat karma dari Anak kesayangan kamu sendiri 🤣🤣
Rini Antika: 😂😂 iya bener
Sunshine: gak bakalan dosa kalau ngetawain org jahat mah 🤣
total 3 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!