Haii…
Jadi gini ya, gue tuh gay. Dari lahir. Udah bawaan orok, gitu lho. Tapi tenang, ini bukan drama sinetron yang harus disembuhin segala macem.
Soalnya menurut Mama gue—yang jujur aja lebih shining daripada lampu LED 12 watt—gue ini normal. Yup, normal kaya orang lainnya. Katanya, jadi gay itu bukan penyakit, bukan kutukan, bukan pula karma gara-gara lupa buang sampah pada tempatnya.
Mama bilang, gue itu istimewa. Bukan aneh. Bukan error sistem. Tapi emang beda aja. Beda yang bukan buat dihakimi, tapi buat dirayain.
So… yaudah. Inilah gue. Yang suka cowok. Yang suka ketawa ngakak pas nonton stand-up. Yang kadang galau, tapi juga bisa sayang sepenuh hati. Gue emang beda, tapi bukan salah.
Karena beda itu bukan dosa. Beda itu warna. Dan gue? Gue pelangi di langit hidup gue sendiri.
Kalau lo ngerasa kayak gue juga, peluk jauh dari gue. Lo gak sendirian. Dan yang pasti, lo gak salah.
Lo cuma... istimewa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zoe.vyhxx, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
kue baru
"Halo" ucap kian dari seberang telepon
" Halo.. kian?" Tanya Jeevan
"Om ganteng belum pulang ya?" Tanyanya memastikan kalau tidak akan ada gangguan yang disebabkan oleh kian.
Jeevan melirik jam. Sepertinya sudah begitu larut. Namun yang menjadi pertanyaan kenapa sang penelepon belum tidur? Apakah karena efek liburan panjang jadi begadang dan bangun siang?
"Iya sebentar lagi. " Katanya datar.
"Oke om ganteng. Nanti kalau udah sampai rumah bilang ya. Jangan lupa kabarin. " Kata kian sambil mematikan ponselnya.
Jeevan merasa aneh. Ada apa dengan tingkah kian?
Apakah ia harus bergegas pergi menyusulnya? Kalau Jeevan keseringan bertemu, bukankah kian akan berpikir kalau harga diri dari ungkapan cintanya itu terlalu rendah ?
Ia buka chat beruntun dari kian yang lucu dan menggemaskan. Tak hanya itu. Foto kue kering yang terbakar mampu membuat Jeevan tertawa lirih.
"Pak Jeevan. Boleh saya ikut pulang bapak? Soalnya darel sudah pulang duluan pak. " Kata karyawan baru yang tak lain adalah azel.
Jeevan mengangguk. Setelah beberapa jam. Jeevan segera bersiap untuk pulang. Dibelakangnya, ia sudah mengikuti langkah Jeevan untuk segera pergi menuju mobil milik Jeevan. Khusus hari ini Jeevan tidak menyuruh darel untuk menyetir.. bahkan ia menyuruhnya pulang terlebih dahulu. Tapi ia lupa, kalau darel sekarang membawa masuk temannya yang tak lain adalah asisten barunya.
Azel duduk depan menggantikan darel.
"Nanti mampir ke toko kue dulu"
"Baik pak. " Jawab azel singkat sambil mengangguk paham.
"Menurut kamu. Enak yang coklat atau yang stroberi?" Tanya Jeevan.
"Kalau saya suka stroberi pak. Kalo coklat eneg. Dua ya pak hehe. " Jawab azel sambil nyengir.
"Siapa juga yang mau beliin kamu?" Jeevan sangat jutek seperti rumornya. Dan azel paham itu. Sedikit canggung sih. Tapi bagi azel, itu sudah makanan sehari harinya di tempat kerja lamanya.
Setelah membawa dua bungkus kue dengan dua rasa. Ia segera menuju rumah kian.
"Kita mau kemana pak?" Tanyanya kebingungan. Menurutnya ini bukan jalan pulang ke mansion Jeevan.
Sedangkan yang ditanyai hanya diam sambil mencoba menghubungi seseorang yang entah sedang apa.
..
Kian, Rohit dan adip masih asik bermain PS. Sedangkan anvita sudah tidur dikamarnya.
"Dip. Lo janji buang sampah Lo. " Kata kian mengingatkan.
"Iyaa.. bawel!! Bentar lagi kelar "
Adip segera keluar agar tidak mendapatkan Omelan dari anvita kecil. bisa dibilang kian ini mode anvita versi cewek kalau ga keturutan.
"Loh? Kayak pernah liat mobilnya " batin adip mengerjapkan mata beberapa kali sambil mengucek.
Amazing bro!!
Adip melangkah masuk sambil membawa sampah yang akan ia buang.
"Ki.. minta tolong Lo buangin ya, gue mau pup" elaknya.
Kian yang sudah hafal adip pasti akan membuat alasan. Dengan tampang malas ia merebut kantong plastik sampah dari tangan temannya, "kalo ganiat gausah iya iya aja kalo disuruh. "Ketusnya.
Rohit masih terfokus dengan PS dihadapannya. Adip yang kesal menendang pantat Rohit pelan" Lo mau liat kejutan gak!?" Tanya Adip berbisik.
"Paan?" Tanya Rohit tanpa berpaling.
Tanpa babibu adip segera menyeret Rohit kesamping jendela.
Sambil menunjuk adip mengarahkan mata Rohit ke luar rumah. "Tamatin mobilnya siapa "
Rohit menyipit. " Sedan hitam? " Seketika Rohit menutup mulut. " Om Jeevan !!"
Kian yang masih menggerutu. Keluar tanpa melihat sekeliling.
"Adik bontot Lo keliatan polos banget ga liat situasi dan kondisi" lirih Rohit menatap kian yang menekuk wajahnya
"Ngambeklah.. Lo kira" adip membalas sambil celingukan.
Kian masih menggerutu ga karuan" Awas aja habis ini kalo gue dikerjain"
"Kian?" Suara rendah yang memecah malam itu hadir kembali mengunjunginya.
Suara berat itu kembali terdengar, memecah keheningan malam yang semula tenang. Langkah Kian terhenti. Ia mengenali suara itu. Tubuhnya seketika tegak, matanya membulat saat melihat sosok pria tegap berdiri di bawah lampu jalan.
Dengan langkah cepat, Kian mendekatinya. Sorot matanya campur aduk, antara terkejut, penasaran, dan entah sedikit rindu yang ia sembunyikan rapat.
"Halooo " sapa azel
"Siapa dia?" Adip masih memperhatikan gerak gerik orang asing yang baru ia temui.
"Yang mana ?" Tanya Rohit tengah mencari.
"Itu. Udik, jelek, bau Deket om Jeevan., mukanya ngeselin"
Mereka masih saja mengintai kian dari dalam rumah. Seperti kakak yang memergoki adik kecilnya berpacaran.
Kian menatap azel lekat.
"Aku asisten barunya pak Jeevan. Azel " perkenalan azel singkat sambil menyodorkan tangan kanan
"Gue kian" juteknya tanpa membalas salam tangan.
"Pfftt.. anjir ,, kayak elo banget dip sumpah. Tengil bet"
"Haruslah" songong adip.
Disisi lain, Jeevan yang tak mengerti kenapa mata berbinar itu beralih tajam menatap orang yang ada disampingnya.
"Om ngapain kesini?" Tanya kian menoleh kearah Jeevan.
Jeevan dengan cepat menyodorkan kedua kue yang baru saja ia beli.
"Woahh.. eh! Tapi kian ga suka stroberi om" Setelah melihat apa yang Jeevan bawa, mata kian kembali berbinar seperti anak kucing. Namun kegembiraannya tak bertahan lama.
"Asikk.. buat saya aja ya pak. Saya suka stroberinya " jawab azel sambil merebut kue dari tangan kian.
Kian terdiam. Rasa cemburunya naik level ketingkat atas. Namun ia berusaha menahan sesuatu. Hanya saja kepalan tangan yang sudah memucat itu, Jeevan tahu.
"Azel kamu tunggu diluar dulu. Saya mau ngobrol sebentar dengan kian." Katanya sambil menarik tangan kian masuk kedalam mobil dan menguncinya dari dalam.
Suasana di dalam mobil sunyi. Lampu kabin menyala redup. Dari jendela, terlihat Asisten barunya berdiri menunggu beberapa meter jauhnya. Di dalam, Jeevan duduk diam, sementara Kian menunduk, menahan banyak hal yang ingin ia ucapkan tapi tak tahu harus mulai dari mana.
"Kamu lagi sebel ya? Atau keganggu karena kehadiran saya?" Tanya Jeevan lembut.
"Enggak om. Hehe. Kian cuma lagi capek aja, terus disuruh sama si adip buat buang sampah, kan itu tugas dia, jadi kian kesel." Katanya
Jeevan mengangguk paham. "Jadi kamu suka rasa coklat ?" Tanya Jeevan memastikan.
"Sebenarnya apapun kian suka, cuma lagi selera sama coklat aja, " alasannya.
"Om ganteng, gue kepengen foto bareng sama om ganteng,...boleh?"
Jeevan tersenyum. " Boleh. Tapi ada syaratnya "
"Syarat?"
Jeevan mengangguk. " Kalau lagi sama saya, jangan gue.. Lo ..begitu. Terkesan...kurang sopan"
"Jadi?"
" Panggil aku kamu .. kian"
Kian menggeleng pelan, " tapi itu gak keren om ganteng. Itu formal banget, gue gak suka. Kayak lagi upacara bendera"
"Oh.. jadi kamu udah gak suka sama saya?" Tanya Jeevan iseng,
"Eehh.. enggak gitu,, aduh , kian suka sama om ganteng. Banget poll.. tapi kalo merubah gaya bahasa jadi aneh. " Lirih kian gelagapan,
"Cuma sama saya, atau haruskan saya manggil kamu sayang,, biar mau?" Jeevan mengalirkan keisengannya.
Habis sudah wajah kian memerah .
"Saaa.. saaa.. ha!!" Kian terbata. Suaranya naik satu oktaf, seperti rekaman chipmunk kesetrum.
Jeevan sedikit lebih dekat dengan kian. Karena mereka duduk di belakang, jadi tidak ada jarak diantara mereka untuk lebih dekat.
Dengan menempelkan bahunya ke bahu kecil kian. Jeevan tahu kalau kian sedang gemeteran. " Sayang" surah rendah nan hangat itu..
Omaighh- larii kiannn!!! ..
Kian membeku. Seakan pusat tata Surya ikut terhenti dengan ucapan yang barusaja Jeevan lontarkan dengan begitu halus.
"Jangan gitu ih.. ga lucu tau gakkk!!" Sentak kian sambil menutupi mukanya.
"Pftt.. hahahahaha" Jeevan tertawa terbahak bahak.
Ternyata senyaman ini berada didekat kian. Hiburan yang tampak sangat menyenangkan.
......................
.
.
Kian masuk rumah dengan wajah sumringah.
"Ciee,, flash hp apaantuh tuh didalem mobil " iseng adip.
Rohit merebut ponsel kian secara paksa. "WOII!! Foto mesra yaaa... Boleh lahhh, vibes-nya kayak drama drama gitu. "
Adip dan Rohit saling melihat foto kian dan Jeevan yang barusaja ia ambil.
"WOOOO!!! peluk maut ni bosss!!!! " Teriak Rohit kesenangan. Ia seperti melihat idolnya sedang berfoto dengan fansnya.
Adip menggeser foto kian yang tampak imut dan memperbesarnya. Ketampanan Jeevan seakan tidak berumur. "Respect deh om Jeevan... dapet bocil kematian paling susah ditaklukan "
"Maksud Lo kasian sama om Jeevan dapet bocil tengil kek dia . Gitu kan maksud Lo?" Tanya Rohit
Sambil mengembalikan ponsel kian, adip duduk di bawah "Tapi yang disamping om Jeevan tadi siapa sih ki?" Adip penasaran.
"Asisten baru katanya" guman kian sambil merebahkan tubuhnya di sofa.
" Kok kayak kesemsem gitu?" Tanya Rohit menambahi.
"Nahh... Iyakan ? Lo juga ngeliat ekspresi waktu dia ngerebut kue gue kan? " Kian ikut tersulut.
Adip dan Rohit saling melirik satu sama lain. Seperti mengatakan. Sepertinya ada pesaing baru lagi yang bakalan menghiasi kisah cinta adik kecil mereka.
.
.
.
...****************...