bagaimana rasanya ketika kamu mendapatkan sebuah penawaran uang kaget?
Rara di hina dan di maki selama hidupnya.
Ini semua karena kemiskinan.
Tapi ketika dia merasa sudah menyerah, Dia mendapatkan aplikasi rahasia.
Namanya uang kaget.
Singkatnya habis kan uang, semakin banyak uang yang kau habiskan maka uang yang akan kamu kantongi juga akan semakin banyak.
Tapi hanya ada satu kesempatan dan 5 jam saja.
Saksikan bagaimana Rara menghasilkan uang pertama kali di dalam hidupnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon samsuryati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
20
Rara keluar dari rumah sakit hari ini. Dia memiliki beberapa rencana dibenarkannya dan harus direalisasikan sebelum benar-benar keluar dari Indonesia.
Arya menjemputnya sebagai kakak yang baik. di sini ada tidak menceritakan apapun mengenai apa yang direncanakan terhadap Doni
Bagi nya Rara harus tetap suci dan murni seperti sebuah kain putih. Bagian yang kotor akan selalu menjadi miliknya sebagai kakak laki-laki.
"Kak bagaimana prosedurnya Apakah sudah selesai?"tanya Rara ketika mereka berjalan meninggalkan rumah sakit.
Ada sebuah mobil yang akan menjemput Rara dan mengantarkannya ke villa.
Kakak Adik ini tertawa lepas dan bercerita banyak di dalam mobil. Perjalanan langsung diarahkan ke puncak.
Ngomong-ngomong rumah mereka yang asli sebenarnya sudah di gadai kan Arya.Dia sangat percaya dengan Doni ketika Doni meminta dia melakukan itu.
Nyatanya rumah langsung beralih kepemilikan di hari yang sama.
Ini juga yang membuat Arya dan rara terpuruk.
Mereka sudah kehilangan rumah.
Rara sekolah yang memiliki asrama jika muridnya tidak bisa kembali ke rumah.Jadi dia tidak tau, sadar pulang Sebenarnya dia hanya menunjuk ini kedua orang tuanya sekaligus meminta biaya bulanan kepada sang kakak.
Siapa tahu jika dia diusir dari rumahnya sendiri dan pada saat itulah Rara sadar jika kondisi keluarga mereka sebenarnya tidak baik-baik saja.
Mereka sudah menjadi tunawisma.
Tapi sekarang Rara punya vila yang 100 kali lebih bagus dibandingkan rumah lamanya.
Di sini lah Rara sekarang.
begitu mereka sampai, Arya tidak ikut turun.Rara bertanya,"Kak kamu tidak ikut?"
Arya tersenyum lebar dan mengelus puncak kepala adiknya dengan sayang. Dia berkata ,"Kakak memiliki sedikit urusan lagi. jangan khawatir kakak pasti akan kembali"
Rara juga tersenyum, berkat sistem uang berkendara Dia tidak memiliki masalah apapun sekarang.
Jadi dia percaya.
"Hem aku akan menunggu Kakak pulang"
Rara masih berdiri di tempatnya sampai mobilnya membawa Kakak laki-lakinya ini pergi.
Arya memang perlu melakukan sesuatu.
Di tempat berbeda, suasana ruang VIP rumah sakit terasa tegang. Mesin detak jantung berdetak perlahan, mengiringi tubuh Papa Doni yang terbaring tak berdaya di atas ranjang rumah sakit. Beberapa selang terhubung ke hidung dan lengannya. Ia terlihat lemah, sama sekali tak seperti CEO yang dulu disegani di ruang rapat mana pun.
Mama Doni berdiri di sampingnya, wajahnya tanpa ekspresi tapi mata berkaca-kaca. Wajah wanita paruh baya itu tampak lebih tua dalam semalam.
Ia menggenggam tangan suaminya yang diam dan berkata dengan suara pelan namun dingin.
Dia mati rasa.
"Suamiku...
“Selama ini aku diam karena aku tak ingin mempermalukan keluarga kita. Tapi kau…” ia menggertakkan giginya, “Kau tidur dengan banyak perempuan entah itu di hotel,di kantor .di ruang kerja yang kubersihkan dengan tanganku sendiri waktu kita baru merintis dulu. Kau hancurkan semua yang kita bangun hanya demi nafsu murahan.”
Ia melepaskan genggamannya, menatap suaminya yang koma dengan sorot tajam.
“Dan anak kita? Anakmu?”napasnya memburu, “Dia lebih parah. Doni menjual kehormatan orang lain. Menghina anak orang dengan kekuasaan yang kau wariskan padanya, kau dan anak mu bajingan,seolah dunia ini milik Kalian berdua.”
Huhuhuhu..
Isakannya tertahan, tetapi air mata mulai turun perlahan.
Dia ingat , ketika kecil,dia dan suaminya akan selalu mengikuti keinginan Doni. maklum saja Doni adalah putra mereka satu-satunya.Dia mengalami masalah dan tidak bisa melahirkan lagi.
Tapi kasih sayang dan pola asuh itulah yang sekarang menghancurkan doni.
“Apa ini balasan dari semua kesombongan kita pah?”bisiknya, “Kau di ranjang rumah sakit, Doni hampir dipenjara dan seluruh negeri menertawakan keluarga kita.”
Rasa sakit ini nyata.
Seharusnya....
Tiba tiba saja seorang masuk ke dalam ruangan.Dia adalah asisten pribadi suaminya yang sekarang sedang kalang kabut.
Perusahaan hampir saja akan runtuh .Tapi seseorang harus bangkit untuk menopang perusahaan sebesar itu.
Bukan suaminya yang sedang sekarat, bukan juga Doni yang sedang dikejar oleh polisi. tapi itu adalah dia wanita setengah baya yang tidak tahu apa-apa.
Ia menoleh pada asisten di sisi kanan, lalu berkata tenang,
“Tolong hubungi pengacara keluarga kami. Segera. Mas Aku..aku akan bersihkan kekacauan ini… tanpa bantuan kalian berdua.”
Otaknya bekerja lebih cepat dari pikirannya sendiri.
Asisten itu menganggukkan kepala dan dia tahu apa yang harus dilakukan.
Sementara itu di sudut kota lain, Arya duduk tenang di dalam ruangan rumah sakit,.Arya sedang menandatangani beberapa berkas administrasi untuk keberangkatan kedua orang tuanya ke Swiss. Yang sudah di verifikasi.
Saat ini di depannya berdiri manajer keuangan Rara yang sebelumnya menjalankan perintah Arya.
“Tuan Arya… berita dari media menyebutkan saham Perusahaan Hartono terus merosot. Dua dari tiga perusahaan mitra mereka sudah menyatakan pemutusan kontrak. Satu lagi sedang kami tekan secara halus agar ikut mundur.”
Arya tak menjawab langsung. Ia menutup map berkas, berdiri dan menatap keluar jendela dengan tenang.
“Sudah cukup. Dunia juga butuh pelajaran tentang siapa yang boleh menghina adikku.”
Doni punya salah dengan keluarga nya tapi Ratusan pekerja di perusahaan itu, tidak salah apa apa.
Jika perusahaan besar ini bangkrut, ribuan orang akan jadi pengangguran.Indonesia yang indah pasti akan banjiri oleh orang yang menangis darah.
Dan dia belum sanggup memikul dosa sebesar itu.
Tapi ini cukup untuk memberikan pengajaran untuk Doni dan kawan kawan nya.
Ia tersenyum samar,bukan karena senang atas penderitaan orang lain, tapi karena rasa puas yang datang dari keadilan yang akhirnya bekerja, meski bukan lewat pengadilan resmi.
“Sekarang tinggal pastikan perusahaan kita tetap stabil. Aku tak ingin menjadi seperti mereka.”
Manajer itu mengangguk.Dia juga tidak mau jadi pendosa tapi ini juga resiko pekerjaan kan.Ah syukur lah , Arya tidak benar-benar ingin menghancurkan perusahan orang lain.
“Tentu, Tuan Arya.” jawab ibu Ratna dengan senang hati.
Dunia belum sepenuhnya tenang, tapi setidaknya satu beban besar sudah selesai dibalas.
Ya dunia sepenuh tenang tapi berbanding terbalik dengan apa yang terjadi dengan Doni.
Malam itu, Doni bersembunyi di sebuah rumah sewa kecil di pinggiran kota. Tak ada cahaya selain dari lampu temaram yang bergetar pelan di atas kepalanya.
Hanya satu hari saja.
Kemejanya lusuh, rambut acak-acakan, dan wajahnya tampak lebih tua dari usianya. Ia berkeringat, gelisah dan terus-menerus memandangi ponselnya.
Dia takut bila ada kabar dari polisi, atau lebih buruk lagi dari media.
Ponselnya berdering. Doni langsung menyambarnya.
"Gimana? Udah dapat kabarnya?" suaranya terburu dan penuh tekanan.
Di ujung sana, pria yang ia bayar sebagai penyelidik pribadi menjawab dengan nada datar, "Ini pekerjaan rapi. Sangat rapi. Tapi saya temukan satu petunjuk. Semuanya bersumber dari satu jaringan… perusahaan Mahesa."
Doni membeku. Perusahaan Mahesa. Ia menelan ludah. Tangannya mengepal.
"Arya..." bisiknya lirih, terngiang jelas ucapan yang keluar dari mulut temannya tempo hari.
"Pukul aku dan kita benar-benar impas. Tidak ada hubungan lagi di antara kita."
Saat itu ia tertawa meremehkan, merasa Arya hanyalah pecundang yang tengah jatuh. Tapi kini… dunia benar-benar berbalik.
"Arya...dia yang melakukan itu?"
Tapi tidak mungkin,dia bangkrut,dia tidak mungkin punya kemampuan ini, tidak mungkin?!"
Tapi, siapa yang aku singgung selain daripada Arya Mahesa?" Doni tertawa sekaligus menangis karena ini.
Dia sudah hilang akal.
"Jadi begini caramu balas dendam, Arya?""gumam Doni sambil menatap kosong ke dinding yang tak memiliki jawaban.
"Arya....
Ingatan tentang masa lalu menyeruak begitu saja.Tentang saat mereka duduk bersama di bangku SMA, bercanda, bolos kelas hanya demi makan mie di warung belakang sekolah, atau saat Doni membantu Arya menyusun skripsi karena Arya demam.
Mereka pernah tertawa bersama, menangis bersama… dan kini, dia sendiri—diburu hukum, keluarganya kacau dan ayahnya terbaring koma akibat serangan jantung.
Air mata Doni jatuh perlahan, tanpa suara. Bukan karena marah, tapi karena sebuah penyesalan yang menghantam dada tanpa ampun.
"Aku terlalu sombong… terlalu buta…"* ujarnya, menggenggam kepalanya. "Seandainya aku tak berkata seperti itu waktu itu. Seandainya aku tidak mengejek dia...
Aku...aku....aku...
Ahhhhh..
Tak ada yang menjawab.
Kesunyian tiba-tiba menjelma penjara yang menyakitkan. Doni kini benar-benar sendiri—tanpa ayah, tanpa kekuatan dan juga tanpa sahabat.
Sahabat nya ..
Apa yang dia pikirkan.
Semua nya menjauh dengan alasan masing masing.Tapi dia sendiri tau jika ,dia sekarang tidak lagi berharga.
Semua kartu kredit nya di bekukan.Kantong nya sekarang kosong melompong.
Dia semiskin pengemis.
Tadi sore dia menjual jam limited edition nya dan cincin batu akik di tangan untuk bertahan hidup selama beberapa hari kedelapan.
Tapi sampai kapan uang ini bisa bertahan.
Polisi mencari nya kemana.
Untuk pertama kalinya, Doni memahami… pembalasan yang paling menyakitkan bukanlah pukulan atau penjara.
Tapi kehilangan semua yang pernah dia banggakan dan menyadari bahwa ia sendirilah yang mendorong sahabatnya menjadi musuh paling kejam yang tak pernah dia duga.
Kabar terburuk belum tiba.
Keesokan harinya, dia membaca berita jika perusahaan di ambil alih oleh sepupu nya.
Bima dirgantara.
Ibu menyerah sejumlah saham dan mengakui kesalahan. Suaminya Gunawan Hartono di pecat secara tidak hormat.Ibu sekarang , Dewi dirgantara setuju menjadi pemilik saham pasif yang artinya hanya mengambil dividen tanpa hak suara.
Perusahaan terselamatkan dengan isu ini.Semua pekerja sangat senang.Tapi Doni merasa sedih sekali.
Yang lebih menyedihkan adalah Doni dirgantara yang di coret sebagai pemegang saham keluarga.
Dan ini adalah dirinya sendiri.
Tidak... tidak mungkin.
Apa mngkin rara menghancurkan bisnis mereka sprt arya lakukan
dasar si doni masa si rara mau dbeli emangnya barang🥴