Bagimana jika dimasa lalu kalian dikhianatin sahabat kalian sendiri? Akankah kalian memaafkan orang tersebut? Atau kalian akan membalaskan dendam kalian?
Lalu bagaimana dengan hidup Calista yang di khianati oleh Elvina sahabatnya sendiri. Lalu kemudian ada seseorang laki-laki yang mengejar Calista, namun disatu sisi lain laki-laki itu disukai oleh Elvina.
Bagimana menurut kalian? Akankah Calista memanfaatkan moment ini untuk balas dendam di masa lalu? Atau bahkan Calista akan mendukung hubungan mereka?
Calista tersenyum remeh, lalu memperhatikan penampilan Elvina dari atas sampai bawah. "Pacarnya ya? Pantes, kalian cocok! Sama-sama baj**ngan!" Kata Calista tanpa beban, ia mengacungkan jari tengahnya sebelum ia pergi.
Kepo? Yuk simak cerita kelanjutannya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Njniken, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
20. yang terkejam dan berkuasa?
Berita tentang Calista dan Barra yang akhir-akhir sering bersamaan. Dari yang Barra menjemput Calista hingga kini mereka makan berdua di taman dengan kotak bekal itu telah menyebar.
Menyebar tidak hanya seantero sekolahan. Namun juga sampai ke telinga papa Darwin dan mama Elina.
Papa Darwin yang melihat hal itu tersenyum. Perlahan-lahan Barra berubah. Dan tentu saja itu ada pengaruhnya dengan Calista. Meski papa Darwin tidak tau sepenuhnya apa yang membuat Barra berubah. Namun, jika di lihat-lihat bukankah anak remajanya itu sedang jatuh cinta?
Sedangkan di sekolahan, Elvina mencari keberadaan Barra di kelasnya, sampai ke rooftop pun tidak ketemu.
Lalu tiba-tiba saja berita tentang Barra yang makan dikantin sama Calista itu pun trending. Elvina pun langsung memastikan dengan mata kepalanya sendiri. Dan benar saja mereka lagi makan di taman tersebut.
Elvina tidak terima dengan kedekatan mereka. Elvina pun langsung menghampiri Barra dengan amarah yang memuncak.
"Bar, kamu apa-apaan sih! Aku cariin kamu ke kelas nggak ada ternyata kamu berduaan sama si tengil ini!" Kata Elvina membuat Calista tertawa. Tengil katanya? Tentu kata tengil itu di tujukan pada Calista.
Barra menatap tajam kepada Elvina. Pasalnya Elvina telah menganggu sarapan paginya itu. Bahkan sangking enaknya, Barra ingin menghabiskan nasi goreng tersebut.
"Lo gilak ya! Lo siapa gue sampai berani ngomong kayak gitu?" Sentak Barra membuat Elvina memutar malas bola matanya. Barra ini benar-benar bodoh atau tidak tahu.
"Barra! Beberapa hari terakhir ini gue diem aja karena Lo nyuekin gue. Elo bodoh atau bego kita ini di jodohin Barra!" Ucap Elvina berteriak di akhir kalimat. Ia berusaha untuk berani di hadapan Barra. Karena sejujurnya Elvina juga takut sama Barra.
Calista melihat suasana sepertinya sedang serius. Banyak siswa siswi yang menonton dari jarak jauh. Calista memilih untuk pergi dan tidak ingin ikut campur urusan mereka.
"Sepertinya ada yang harus di bicarakan berdua." Kata Calista berdiri hendak pergi namun Barra mencekal pergelangan tangan Calista.
"Sebentar!" Kata Barra. Ekspresi wajahnya sudah sangat marah. Ia kemudian menoleh pada Elvina yang ada di depannya.
"Dengar baik-baik dan inget! Gue Nggak Pernah Menyetujui Perjodohan antara gue dan elo! dan elo bukan siapa-siapa Gue. Dan Gue Berhak Dekat Sama Siapapun. Paham! Dan Kita nggak ada hubungan apapun. DAN GUE NGGAK CINTA SAMA LO! " kata Barra dengan keras. lalu kemudian ia mengajak Calista untuk pergi dari kerumunan.
Elvina tertegun di mendengar ucapan Barra yang membentakknya. Ia tentu malu hal ini di dengar banyak orang.
Hu.... Cewek gatel...
Malu dong Elvina....
Kasihan banget, kalah sama Calista...
Oh, jadi si Elvina itu cuma pura-pura pacaran sama Barra. Habis gitu ngelabrak semua orang yang ngedeketin Barra pula...
Ahahaha... Habis ini nggak ada lagi yang takut sama Elvina...
Najis anjir sok berkuasa kenyataan di tolak...
Hahahha...
Elvina tidak terima dengan semua itu. Ia tidak akan tinggal diam pokoknya. Calista tidak boleh merebut Barra darinya.
Karma? Apa itu karma? Elvina tidak percaya pada Karma. Jelas-jelas di masa lalu Figo memilih dia ya karena dia lebih cantik. Pikir Elvina lalu ia berjalan menembus kerumunan itu.
"Gausah ngomongin gue!" Ucap Elvina membentak pada semua siswa siswi disana. Namun mereka juga tidak takut lagi sama Elvina karena Elvina bukan siapa-siapa Barra.
Sejujurnya semua orang juga takut sama Elvina waktu itu karena di duga pacar Barra. Mereka takut jika ada yang menyangkut soal Barra maka mereka akan habis juga.
"Heh! Lo nggak usah sok berkuasa disini!" Ucap Salah satu dari mereka.
Elvina tentu tidak mau kalah. Ia akan terus menjadi yang terkejam dan yang berkuasa. Pemikiran seperti itu juga di ajarkan oleh Danita dan Irfan, orang tua Elvina.
"Jangan pernah macem-macem sama gue atau kalian akan tau akibatnya." Tegas Elvina lalu kemudian pergi dari sana.
Semua orang disitu hanya menanggapi dengan cibiran. Mereka tidak takut lagi dengan Elvina.
Disaat yang sama
Barra membawa Calista ke Rooftop. Namun baru berada di undakan tangga menuju Rooftop, Calista menghentikannya.
"Stop!" Kata Calista menghempaskan pergelangan tangannya. Barra pun berhenti dan lengan Calista terlepas. Barra menatap Calista seolah bertanya lewat tatapan itu.
Dan Calista pun peka. "Untuk apa kita kesini?" Tanya Calista.
Barra sendiri baru sadar dengan apa yang dia lakukan. Astaga, tadi dia reflek melindungi Calista. Ia tidak mau Calista di ganggu.
"Ayo kita ke rooftop dulu." Kata Barra. Entahlah Calista juga ingin menurut saja. Ia pun melangkahkan kakinya untuk menuju ke rooftop.
Barra pun mengikutinya dari belakang.
"Lo punya masalah sama Elvina?" Tanya Barra sesampainya dia di rooftop. Saat ini tidak ada orang disana.
"Nggak ada. Tapi kayaknya dia nggak suka sama gue. Padahal gue nggak ngerebut Lo. Tapi elo yang duluan deketin gue." Kata Calista. Tentu dia tidak akan mengatakan jika ia punya masalah. Biarkan saja Barra mengetahuinya sendiri. Karena jika Barra tau saat ini, rencana Calista untuk balas dendam lewat Barra bisa gagal.
Barra sendiri percaya. Sepertinya yang di katakan sama Calista masuk akal juga.
"Yakin?" Tanya Barra lagi.
"Hm yaudah kalau gitu gue pergi." Kata Calista namun ditahan oleh Barra. "Kenapa?" Tanya nya.
"Nanti siang makan sama gue." Ucap Barra. Ia sedikit merasa bersalah karena Calista tidak makan dengan baik pagi ini. Bahkan nasi goreng itu sudah habis dan juga kotak bekal itu juga mungkin tertinggal di kursi taman.
Memikirkan kejadian tadi membuat Calista berfikir dua kali. Ia tidak mau kejadian seperti itu lagi. Memalukan.
"Nggak bisa. Gue nggak mau kejadian tadi terulangi."
"Gue pastikan nggak akan. Kita makan di tempat yang berbeda. Gue pastikan Elvina nggak akan ganggu kita lagi."
"Eummm oke deh!" Kata Calista lalu kemudian ia pergi dari rooftop itu.
Sejujurnya Calista sendiri tertawa dalam hati melihat ekspresi kesal Elvina. Padahal Calista tidak berniat untuk membuat Elvina secemburu ini. Tapi sepertinya usahanya untuk balas dendam berjalan dengan mulus.
"Sorry... El. Gue cuma ngasih perasaan yang gue rasakan di masa lalu. Supaya Lo tau sendiri rasanya gimana. Dan gue harap Lo mengerti dan berubah." Kata Calista dalam hati. Kini dirinya sudah memasuki kelas. Ia pun duduk disamping Deolinda.
"Gausah merasa nggak enak, Emang tuh Mak lampir pantas di gituin. Anaknya harus dapat karma!" Kata Deolinda. Ia tadi juga Melihat apa yang terjadi. Dan Deolinda tidak mau sahabatnya itu merasa tidak enak.
"Hm, biasa aja sih gue. Btw Udah beberapa terakhir ini kita nggak ngobrol bareng. Atau setidaknya makan bareng." Sahut Calista
"Yaudah deh, nanti kita makan di kantin bareng." Sahut Deolinda
"Yah, udah keduluan Barra Lo!" Kata Calista mengeluarkan bukunya dari dalam tas.
Deolinda memekik terkejut. "Ha! Awas ntar jatuh cinta beneran!" Kata Deolinda membisik.