Ini hanya kisah fiktif belaka.
Nirmala merasa tidak suka ketika anak majikannya membawa kekasihnya pulang, dia nekat pergi ke dukun agar pria itu mau menjadi suaminya. Dia memuja setan agar anak majikannya, Leo mau memutuskan hubungannya dengan kekasihnya itu.
"Aku bisa membantu kamu demi mendapatkan anak majikan kamu itu, tapi kamu harus memuja setan."
"Aku bersedia," jawab Nirmala dengan yakin.
Akan seperti apa kehidupan Nirmala selanjutnya?
Apakah dia akan mendapatkan Leo?
Yuk kita baca kisahnya, buat yang suka jangan lupa kasih bintang 5 dan komen yang menarik.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cucu@suliani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tuduhan
Pagi ini mata Nirmala terbuka dengan sempurna, tadi malam tidurnya terasa lelap dan juga pulas. Meskipun ranjangnya kosong tanpa kehadiran Leo, tetapi rasa lelah setelah kemarin bepergian membuat dia begitu pulas dalam tidurnya.
"Mandi dulu ah, biar seger."
Nirmala melangkahkan kakinya menuju kamar mandi, lalu dia menyalakan shower air hangat agar bisa menenangkan tubuhnya.
"Enak sekali jadi istri orang kaya, mau mandi air hangat aja nggak usah ngerebus dulu." Nirmala tertawa sambil mengusap tubuhnya dengan sabun mandi.
Setelah menyegarkan diri di kamar mandi dan menghias wajah dengan sentuhan makeup, dia bersiap untuk memulai hari dengan langkah mantap keluar dari kamarnya.
Namun, saat pintu kamar terbuka, detak jantungnya berhenti sejenak, kejutan tak terduga terpampang di hadapannya, menjadikan momen itu terasa dramatis.
Sosok yang tak lain adalah juragan Bagus, mertuanya, sudah berdiri di ambang pintu dengan tatapan yang sulit diartikan. Rasa kejutan, bercampur dengan cemas segera menyeruak dalam dada Nirmala.
"Ada apa, Juragan?" tanya Nirmala dengan sopan.
Dia sudah menetralkan perasaannya, dia berusaha menyembunyikan kegelisahannya. Walau dalam hati dia begitu takut kalau juragan Bagus akan memarahi dirinya.
Dia lupa meminta dukun untuk meluluhkan hati mertuanya itu, karena pria itu saat ini sedang menatap dirinya dengan tatapan yang begitu sulit untuk diartikan.
"Leo sedang pergi dengan Erika, mau periksa kandungan katanya. Bisa kita bicara sebentar?"
"Bisa juragan," jawab Nirmala.
Juragan Bagus mengajak menantunya itu menuju ruang kerjanya, dia lalu memepersilakan wanita itu untuk duduk tak jauh dari dirinya.
"Ada perlu apa ya?"
"Saya cuma mau tanya, kenapa Leo bisa begitu lengket kepada kamu? Apa kamu memberikan pelet atau sejenisnya kepada anak saya?"
Jantung Nirmala rasanya mau melompat dari tempatnya mendengar pertanyaan dari juragan Bagus, dia begitu gelisah karena sepertinya perbuatannya sudah mulai bisa ditebak oleh pria paruh baya itu.
Nirmala berusaha untuk menguasai hatinya, lalu dia meluruskan tubuhnya ke atas lantai dan memeluk kaki pria itu.
"Ampun, Juragan. Saya tidak berani melakukan hal itu, justru saya juga heran kenapa den Leo begitu posesif kepada saya. Bahkan, pria itu berkata kalau saya tidak boleh jadi milik pria lain."
Nirmala menunduk, dalam hati bercampur takut dan juga marah terhadap pria itu. Namun, tak lama kemudian dia melihat cincin permata yang diberikan oleh Ki Ageng.
Senyum licik langsung menyeringai dari bibirnya,ada hal yang tentunya harus dia lakukan secara diam-diam agar pria paruh baya itu tidak melakukan banyak protes.
"Saya itu benar-benar merasa aneh dengan sikap dari Leo, anak saya itu seperti dikuasai oleh sesuatu yang tidak saya ketahui. Apa benar kamu tidak melakukan hal yang jahat?"
Nirmala mengusap cincin batu permata yang saat ini sedang dia pakai itu, lalu dalam hati dia meminta agar nyai pelet bisa mengatasi pria paruh baya yang nantinya bisa mengancam kelangsungan hidupnya.
'Bantu aku, Nyai. Jangan biarkan pria tua ini mengganggu ketenangan hidupku,' ujarnya dalam hati.
Cincin permata itu dia usap-usap dengan begitu lembut, tak lama kemudian dia mendongakkan kepalanya. Dia menatap juragan Bagus dengan kedua tangannya yang mengusap lutut sampai kaki juragan Bagus.
"Kalau boleh memilih, saya ingin kuliah saja. Biar anda bisa lebih tenang, untuk ikatan pernikahan biarkan saja. Kalau saya pergi, pasti den Leo akan melupakan saya. Izinkan saya untuk pergi kuliah," ujar Nirmala.
Dalam hati dia ingin melihat bagaimana lingkungannya Leo tanpa dirinya, dia akan pura-pura pergi ke ibukota untuk kuliah.
"Ya udah, kalau kamu mau kuliah nanti Ayah kasih kamu biaya yang banyak."
Tatapan mata pria itu melunak, Nirmala tentunya tersenyum penuh arti melihat apa yang dia lihat saat ini. Dia yakin kalau ajian nyai pelet sudah mulai merasuk ke dalam pikiran pria itu.
"Makasih Ayah, kalau begitu Nirmala mau siap-siap dulu. Mau masukin baju ke dalam tas, kebetulan dua hari lagi sudah harus konfirmasi kalau aku memang mau kuliah di sana."
"Ya," jawab Juragan Bagus.
Nirmala pergi dari ruangan kerja milik juragan Bagus, lalu wanita itu memasukkan bajunya ke dalam tas miliknya. Tak lama kemudian dia berlari dari dalam kamar menuju ruang kerja Juragan Bagus.
"Loh, kok kamu balik lagi?"
"Anu, Yah. Duit mahar aku kok gak ada ya?"
Nirmala pura-pura kehilangan uangnya, karena ini adalah salah satu cara untuk dirinya memojokkan Erika nantinya.
"Kok bisa?"
"Gak tau, Yah. Kemarin aku pergi, jadi nggak sempat benahi uangnya. Tapi, sekarang pas aku cari karena mau aku masukkan ke dalam tas, uangnya nggak ada."
Nirmala menunjukkan wajah sedihnya, juragan Bagus langsung menghampiri Nirmala dan mengusap punggung wanita itu dengan begitu lembut.
"Ayo, Ayah bantu cari. Kalau ilang rasanya tidak mungkin," ujar Juragan Bagus.
Keduanya masuk ke dalam kamar tamu, mereka mencari uang yang lima puluh juta itu. Nyatanya uangnya tak ada, hanya ada yang seratus juta pemberian dari juragan Bagus.
"Ini aneh," ujar Juragan Bagus.
"Nirmala juga gak ngerti, apa kemarin ada pelayan yang masuk?"
"Nggak ada, cuma ada Leo dan juga Erika yang masuk. Tapi, kayaknya Mereka nggak bakalan ngambil."
"Kak Leo aku yakin nggak bakalan ngambil, tapi bagaimana kalau misalkan kak Erika cemburu dan mengambil uang mahar aku?"
Juragan Bagus terdiam sesaat mendengar apa yang dikatakan oleh Nirmala, tetapi tidak lama kemudian dia menggelengkan kepalanya.
"Apa mungkin?" tanyanya tak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Nirmala.
"Nirmala gak tau, Ayah jangan marah. Aku hanya menduga saja," ujar Nirmala.
Di saat keduanya sedang berbicara, Leo dan juga Erika datang. Leo langsung menghampiri Nirmala yang terlihat berwajah cemas, dia bahkan tanpa ragu langsung mengusap kedua pundak wanita itu.
"Ada apa, Sayang?"
"Itu, Den. Uang mahar yang kamu berikan sama aku ilang, maafkan aku tidak bisa menjaga uang itu." Nirmala menunduk, lalu tak lama kemudian air matanya luruh.
"Kok bisa?"
"Nggak tau, aku kemarin pergi. Aku tidak membawa uangnya, aku simpan di dalam bajuku. Tapi sekarang malah hilang, maaf."
Erika menangis seperti orang menyesal, dalam hati dia menginginkan Leo segera menuduh Erika yang mengambilnya. Dia juga meminta nyi pelet untuk membuat Leo begitu tergila-gila padanya sampai melakukan hal yang tidak masuk akal.
"Erika, apa kamu melihat uang milik Nirmala?" tanya Leo yang membuat Erika begitu kaget mendengarnya.
"Aku mana lihat, kenapa kamu tanya sama aku?"
"Masalahnya kamu sama aku Yang kemarin masuk ke dalam kamar ini, aku tak mungkin mengambilnya. Bisa saja kamu yang ambil," tuduh Leo.
Wanita hamil itu tentu saja langsung marah,dia bahkan langsung menghampiri Leo dan menampar pria itu.
"Aku tak segila itu, ngapain ngambil-ngambil duit orang. Gila kamu tuh, makin hari kamu makin nggak masuk akal!"
Erika yang marah langsung keluar dari dalam ruangan itu, dia merasa kesal bukan kepalang dan rasanya tidak ingin berada di dekat Leo dalam waktu sementara ini.
"Yang, dia pergi. Apa mungkin dia ngambil, tapi gak mau ngaku? Biasanya orang salah itu akan marah, terus pergi menghindar."
Nirmala langsung berbisik tempat di telinga Leo setelah kepergian Erika, tentu saja dia berbisik-bisik karena takut didengar oleh juragan Bagus.
"Nanti aku ganti, kamu tenang saja. Kalau dia memang pelakunya, aku akan memberikan hukuman." Leo berbicara dengan lembut, lalu dia usap puncak kepala Nirmala.