Dua pasangan sedang duduk di ruang tamu, dihadapan mereka terdapat handphone dan foto yang menjadi saksi dari linunya hati seorang istri.
"Kamu tega mas, kita udah hampir 15 tahun bersama dari sekolah sampai sekarang, apa aku sama sekali tidak ada artinya untuk kamu mas?." Kata Rani sambil terus menangis.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon siwriterrajin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
20
Daniel menggenggam tangan Rani sambil terus berdoa kepada tuhan dan diiringi tangisan.
"Ran, lo harus kuat." Kata Daniel.
"Gue nggak bisa kalau Lo kenapa-napa Ran, tolong demi Vania lo harus bertahan." Kata Daniel.
Kepala Rani tampak terus merembeskan darah, petugas sedang berusaha menahan darah yang keluar dengan kain kasa.
Setelah beberapa menit akhirnya mobil ambulan sampai di salah satu rumah sakit yang lumayan besar.
Direktur rumah sakit tersebut adalah ayah dari Daniel.
Petugas segera membawa masuk Rani ke dalam rumah sakit.
"Suster tolong, pasien kecelakaan, denyut nadi juga lemah, pasien kehilangan kesadaran sekitar 15 menit yang lalu." Kata Petugas sambil terus mendorong ranjang Rani.
"Maaf pasien harus menunggu sebentar dikarenakan dokter sedang sibuk mengoperasi pasien lain." Kata suster tampak panik.
Kecelakaan Rani bersamaan dengan kecelakaan bus yang mengangkut anak sekolah, suasana rumah sakit sedang ricuh tak terkendali.
"Tolong suster dahulukan dia." Kata Daniel sambil menunjuk ke arah Rani yang terkulai lemas.
"Maaf bapak kami tidak bisa, banyak yang sedang menunggu." Kata Suster menyesal.
"Dia! Tolong dia saya mohon." Kata Daniel membentak suster.
"Maaf bapak tidak bisa, kamu akan mengusahakan secepatnya." Kata Suster pergi meninggalkan Daniel.
Tiba-tiba kaki Daniel merasa lemas dan dia terduduk di lantai sambil membenturkan kepalanya ke tembok.
"Bapak tenang pak, rumah sakit akan mengusahakan yang terbaik." Kata petugas menenangkan Daniel.
Daniel dengan tampilan yang sudah acak-acakan segera bangun dari duduknya dan mendekat ke arah Rani.
"Ran sebentar, kamu harus kuat, tetap sama aku." Kata Daniel sambil menggenggam tangan Rani.
Daniel yang dalam kondisi acak-acakan setelan kemejanya yang awur-awuran, dasi yang dikenakannya tampak melenceng dari jalur, kemeja yang dipenuhi dengan darah, dan rambutnya yang tampak sangat kusut.
Daniel segera berjalan mendekat ke arah lift dan segera naik ke ruangan ayahnya.
Gilang Adi Nugroho yang merupakan ayah Daniel merupakan salah satu dokter terhebat pada masanya, beliau menerima banyak penghargaan dikarenakan menyelamatkan banyak orang dengan kondisi yang tak mungkin diselamatkan.
Sekarang Gilang menjabat sebagai direktur di rumah sakit yang terbilang besar dan terkenal itu.
Setelah sampai di lantai di mana ruangan ayahnya terletak Daniel segera masuk ke ruangan ayahnya tanpa mengetuk, Daniel berjalan sempoyongan dengan tatapan kabur.
Gilang yang sedang sibuk dengan pekerjaannya tampak terkejut melihat putranya masuk dengan kondisi yang sangat buruk, Gilang Yang melihat baju putra satu-satunya berlumuran darah, lalu Gilang dengan sigap mendekat ke arah Daniel.
"Daniel ada apa ini, kamu kenapa?." Tanya Gilang khawatir.
"Yah,,, Daniel mohon, tolong Rani yah." Kata Daniel dengan suara bergetar.
"Rani kenapa?." Kata Gilang sambil sesekali mengusap pundak putra kesayangannya.
"Ayah, kalau Rani kenapa-napa gimana?." Kata Daniel.
"Daniel nggak bisa tanpa Rani." Sambung Daniel diiringi tangisan.
Gilang sangat mengenal putranya, Gilang pun sangat tahu bahwa putranya sangat menyukai Rani sedari SMA bahkan sampai sekarang.
...----------------...
Flashback on
Daniel sedang menonton televisi dengan ayah dan ibunya di ruang tamu.
"Heh El, gimana kabar Rani?." Kata Gilang pada putranya yang sedang asik memakan popcorn.
"Baik." Jawab Daniel singkat.
Waktu itu memang Daniel sudah bertekad untuk melupakan Rani, dikarenakan pada saat itu Rani sudah berpacaran dengan Aditya.
"Kok singkat? Biasanya panjang banget." Kata Tiara selaku ibu Daniel.
Daniel memang terbuka soal kisah percintaannya, dia sesekali bercerita kepada orang tuanya.
"Rani sudah punya pacar." Kata Daniel sambil terus menatap ke arah televisi.
Setelah mendengar perkataan putranya Gilang dan Tiara saling bertatapan.
Mereka tahu seberapa besar rasa suka Daniel kepada Rani, Rani merupakan gadis pertama yang dibawa Daniel ke rumah, dan gadis pertama yang disukai oleh Daniel secara serius.
"Gapapa Daniel, masih banyak cewe lain kan?." Kata Gilang.
Daniel tak menjawab dan hanya diam sambil menatap film yang sedang di tonton nya.
Tiara yang melihat putranya diam tak berkutik lalu melihat ke arah suaminya sambil menggelengkan kepalanya tanda bahwa sebaiknya mereka menghentikan percakapan tersebut.
Setelah tahu Rani bersama Aditya, Daniel merasa dirinya sudah tidak mempunyai kesempatan sedikitpun.
Daniel yang belum bisa melupakan Rani memutuskan untuk pindah ke luar negeri setelah lulus SMA.
Flashback off
...----------------...
Gilang yang melihat kondisi putranya yang hancur segera mendudukkan Daniel di sofa.
"Kamu tenang dulu." Kata Gilang.
"Yah tolong Rani sekarang!."
"Ini permintaan Daniel setelah sekian lama, tolong Daniel yah." Kata Daniel sambil mengusap air mata yang terus menetes.
"Baik ayah akan segera bersiap untuk operasi, kamu tanang dan susul ayah jika kamu sudah siap." Kata Gilang mengelus pundak putranya.
Gilang segera keluar dari ruangannya dan turun untuk mempersiapkan operasi.
Daniel meminum air mineral yang ada di meja berusaha untuk menenangkan diri.
"Tante Kasih." Kata Daniel sambil merogoh sakunya.
Daniel tampak mencari ponsel di sakunya tapi tak ada, tampaknya ponsel Daniel terjatuh di tengah kepanikan tadi.
Daniel tidak bisa memberi tahu informasi kecelakaan Rani, karena ponselnya entah kemana, Daniel memutuskan untuk mengurus Rani terlebih dahulu setelah itu baru memberitahu keluarganya.
Daniel segera menuju ke tempat Rani tadi di rawat sementara.
Ketiak Daniel hendak mendekat ke arah Rani, tampaknya ayahnya sudah mengenakan baju operasi.
"Ran." Panggil Daniel.
"Daniel percaya sama Ayah, ayah akan selamatkan Rani dan membuat Rani kembali seperti sedia kala." Kata Gilang dengan penuh keyakinan dan dibalas anggukan oleh Daniel.
Daniel menunggu Rani di luar ruang operasi sambil sesekali berdoa kepada tuhan untuk keselamatan Rani.
...----------------...
Sementara itu keluarga Rani tidak ada yang mengetahui kondisi Rani.
Aditya tampak khawatir karena Rani tak kunjung pulang, Aditya tampak mondar-mandir di sekitar pintu.
"Rani ini kemana sih?." Kata Aditya sambil terus berusaha menelepon Rani.
"Ayah, bunda belum pulang?." Kata Vania yang sedari tadi menunggu ibunya.
"Belum sayang, kamu naik saja dulu belajar atau main game, nanti misalkan bunda sudah pulang, nanti langsung ayah panggil oke?." Kata Aditya pada putrinya.
Siska yang melihat Aditya resah karena Rani tak kunjung pulang merasa cemburu.
"Mas kamu khawatir sama Rani?." Kata Siska.
"Iya, biasanya itu Rai pasti kabarin aku kalau dia pulang telat, ini nggak ada kabar sama sekali." Kata Aditya.
"Kamu cinta sama dia?." Kata Siska.
"Hah? Enggak sayang, aku cuma khawatir." Kata Aditya.
Siska pergi dari hadapan Ditya dan segera duduk di sofa ruang tamu.
"Sayang jangan marah, dengerin aku." Kata Aditya tak tahu malu.
"Dia ibu Vania, dan kalau dia sampai nggak ada sehari aja aku yang repot urus Vania sama-sini jadi kamu tenang aja, nggak akan ada yang namanya cinta-cinta." Kata Aditya.
"Kamu janji ya mas." Kata Siska sambil memeluk Aditya.
"Iya sayangku." kata Aditya menepuk lembut kepala Siska.
Siska yang harus sehari tinggal di sana suda merasa bahwa ruang itu adalah hal miliknya.
...----------------...
Di rumah sakit tampak Daniel dengan wajah lelahnya terus menatap ke arah pintu operasi. Operasi sudah berjalan sekitar satu jam.
Daniel tetap sabar menunggu Rani, berharap operasi yang dijalani oleh Rani berjalan dengan sukses. Daniel masih sesekali mengusap air matanya yang terus menetes.
Setelah menunggu beberapa menit akhirnya Gilang keluar dari uang operasi bersamaan dengan Rani yang berada di ranjang.
"Tolong masukkan pasien ini ke ruangan VIP." kata Gilang pada perawat yang mendorong ranjang Rani.
"Baik dokter." Jawab Suster.
Daniel yang melihat Rani dibawa keluar hendak mengikuti Rani, tetapi dipanggil oleh Gilang.
"Daniel sini!." Kata Gilang memanggil putarnya yang tampak linglung.
"Ikut ayah." Kata Gilang sambil menyeret lengan putarnya.
"Tapi Rani,,." Kata Daniel ketika diseret.
"Rani baik-baik aja, kamu ikut ayah." Kata Gilang bersikeras.
Keduanya naik keuangan Gilang.
Setelah sampai di ruangan gila mendudukkan putranya yang tampak angkat kacau Dnegan mata sembabnya.
"Ayah gimana kondisi Rani?." Kata Daniel sesaat setelah sampai.
"Dia selamat, dia akan baik-baik saja." Kata Gilang.
Lalu Daniel membuang nafas beratnya dan merasa dirinya bisa tenang sekarang.
"Kamu sudah hubungi keluarganya?." Kata Gilang dan dibalas gelengan oleh Daniel.
"Hubungin secepatnya, mereka berhak tahu soal ini." Kata Gilang.
"Kamu sebaiknya pulang, bersihkan dirimu." Kata Gilang pada putranya.
"Nggak aku nggak mau ninggalin Rani sendirian." Kata Daniel keras kepala.
Gilang yang sudah menduga putranya tak akan mau meninggalkan Rani, tampak tak heran dan hanya tersenyum.
"Ini baju ganti." Kata Gilang sambil menyerahkan paperbag pada putranya.
"Bersihkan badanmu dulu baru kamu boleh menemani Rani." Kata Gilang.
Bersambung....