Seorang gadis berusia 20 tahun, yang bekerja sebagai pelayan di sebuah Mension mewah milik keluarga Angkasa.
Suatu hari, gadis bernama Dara itu, tak sengaja di nodai oleh putra satu-satu tuan Angkasa, yang menyebabkan ia hamil.
Karena kehamilannya, ia terpaksa di nikah sirihkan oleh laki-laki yang telah menodainya.
Ayo ikuti kisahnya, apakah Dara mampu bertahan dalam rumah tangga menjadi istri sirih sekaligus istri simpanan? Apakah dia bisa melalui ujian rumah tangga yang di penuhi banyaknya rintangan? Ataukah ia akan memilih pergi saja?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bunda Qamariah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keputusan
Adam berdecak. "Untuk apa aku melakukan itu," ketus Adam pada Papinya.
Angkasa lagi-lagi tersenyum. Karena ia sadar jika putranya itu tak menyadari tentang perasaannya pada Dara.
Angkasa berdiri dari duduknya. "Papi memberimu waktu selama dua hari untuk mengambil keputusan, jika kau menyetujui pertaruhan ini, maka Papi akan menepati janji Papi untuk mencari keberadaan Dara," kata Papi Angkasa, kemudian pergi dari hadapan Adam yang masih merenung.
Cukup lama ia berada di rumah Papinya, akhirnya Adam pulang ke Villanya.
,,,
Malam hari.
Sudah menunjukkan pukul 10 malam. Anim baru saja pulang dari kerja.
Adam yang melihat Anim masuk ke dalam kamar, mendekati wanita itu.
"Kau dari mana Anim? Kenapa kau baru pulang?" Tanya Adam penuh selidik.
"Aku dari luar kota, tadi kebetulan aku ada urusan di sana," Jawab Anim berbohong, kerena sejatinya sebelum ia pulang ke Villa, ia dari menemui Vano, dan menghabiskan waktu mereka di hotel seperti biasa. Hari ini ia telat pulang karena ia ketiduran.
Tak sengaja bola mata Adam seperti menangkap sesuatu di leher Anim.
Adam memegang dagu Anim, kemudian mengangkat dagu wanita itu.
"Apa di lehermu ini Anim?" Ternyata itu adalah bekas percintaannya bersaa dengan Vano tadi.
GLEK!
Anim menelan salivanya dengan susah payah. "I-ini, tadi aku tidak sengaja terjatuh, dan leherku mengenai sesuatu," Anim memberi alasan yang tak masuk akal karena gugup.
Adam sangat tau, jika itu adalah bekas ****** seorang laki-laki.
Adam memilih diam. Marah? Oh jelas, jangan di tanya lagi, suami siapa yang tidak marah jika istrinya memiliki tanda ******, padahal ia tak pernah melakukan itu, tapi kembali lagi ia mengingat jika mungkin saja Anim selingkuh karena ia tak mempu memu*skan wanita itu.
Animm buru-buru melangkah ke kamar mandi, sebelum Adam kembali bertanya padanya.
Laki-laki itu mengepalkan kedua tangannya. Jadi kau selingkuh di bekalangku, Anim. Batin Adam, ia benar-benar ingin meledak saat ini, tapi mengingat jika kesalahan ada pada dirinya, ia memilih bungkam. Adam benar-benar tak bisa menerima perbuatan Anim yang telah mengkhianatinya.
,,,
Keesokan harinya.
Adam mengunjungi Mension Papinya.
"Aku akan bekerja di perusahaan Papi, sesuai yang Papi tawarkan padaku," kata Adam memutuskan.
Ia bertekad untuk membawa Dara pulang ke Villanya, dan membuktikan pada Anim, jika dia adalah laki-laki sejati, tak seperti yang Anim pikirkan tentangnya. Ia juga ingin mulai bekerja, dan tak bermalas-malasan lagi seperti sekarang.
Papi Angkasa tersenyum mendengar keputusan putranya. "Baiklah, sesuai sepakatan, di untungkan Papi, dan di untungkan kamu juga," ujar Papi Angkasa.
Adam hanya mengangkat bahu.
,,,
Para karyawan di perusahaan Angkasa Group di buat melongo saat melihat pemimpin baru mereka yang melangkah elegan masuk ke dalam kantor di lengkapi setelan jas yang rapi, dan sepatu mengkilat, tak lupa ramput yang di tata rapi membuat mereka semua meleleh. Karena Adam tampak sangat tampan.
Angkasa mengumpulkan semua karyawannya dan memperkenalkan Adam sebagai pemimpin baru mereka.
Selesai perkenalan, Angkasa membawa Adam ke ruangannya. Ia juga menyuruh Asistennya untuk membimbing Adam di perusahaan.
Angkasa pergi ke suatu tempat, saat semuanya sudah ia uruskan di perusahaannya.
Saat tiba di sebuah tempat, (jualan kaki lima) Ia turun dari mobil menghampiri wanita paruh baya sedang berjualan kue.
"Ida" panggil Angkasa pada ibu Ida.
Wanita itu tak asing dengan suara tersebut. Membalik badan, ia sangat kaget melihat Angkasa berdiri di punggungnya.
"Untuk apa kau datang kemari" datar ibu Ida.
"Sudah 27 tahun, tapi kau masih belum berubah," kata Angkasa menatap teduh wanita yang pernah singgah di hatinya itu, hingga saat ini.
"Bukan urusanmu!!"