Widuri Azzahra, seorang gadis cantik yang lahir di Cianjur tepatnya di sebuah desa di kabupaten cianjur, namun saat ia sudah berusia 15 tahun Widuri di bawa pindah ke Bandung oleh kedua orang tuanya, Widuri tumbuh menjadi gadis cantik, saat ia menginjak sekolah menengah atas, Widuri bertemu dengan Galuh, selang beberapa bulan mereka berpacaran, namun salah satu pihak merugikan pihak yang lain, ya sayang sekali hubungan mereka harus kandas, karena Galuh yang kurang jujur.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yuli Yanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8: Langkah yang Tegas
Galuh terdiam, tampak terkejut dengan nada suara Widuri yang lebih tajam dari biasanya. Tapi Widuri tidak peduli. Dia melangkah pergi tanpa melihat ke belakang.
Dalam hati, dia berdoa semoga Galuh akhirnya menyerah. Dia sudah terlalu lelah dengan semua ini. Yang dia inginkan hanyalah hidup tenang dan melanjutkan perjalanan tanpa bayangan masa lalu yang terus menghantuinya.
---
Pagi itu, langit terlihat cerah, tapi suasana hati Widuri masih mendung akibat pertemuan-pertemuannya dengan Galuh. Ia merasa seperti dikejar bayangan masa lalu yang tidak ingin dilepaskannya.
Saat sarapan, ibunya menyadari perubahan dalam ekspresi Widuri.
“Kamu kelihatan nggak semangat, Nak. Kenapa?” tanya sang ibu sambil menuangkan teh ke cangkir.
Widuri menggeleng sambil tersenyum kecil. “Nggak apa-apa, Mah. Cuma capek aja sama tugas sekolah.”
Ibunya tersenyum lembut. “Kalau ada apa-apa, jangan ragu cerita sama Mama, ya.”
Widuri mengangguk pelan. Namun, ada sesuatu dalam hatinya yang menahannya untuk menceritakan apa yang sebenarnya dia rasakan.
---
Di sekolah, Widuri sengaja datang lebih pagi untuk menghindari kemungkinan bertemu dengan Galuh. Dia berjalan langsung ke ruang OSIS untuk mengerjakan laporan yang belum selesai.
Namun, rencananya gagal.
“Widuri,” panggil sebuah suara dari belakang.
Widuri menahan napas. Dia tidak perlu menoleh untuk tahu siapa itu. Dengan berat hati, dia berbalik.
“Galuh, aku udah bilang…” Widuri menghela napas panjang. “Kamu mau apa lagi?”
Galuh tampak ragu-ragu sebelum akhirnya berbicara. “Aku cuma mau kita bicara. Sekali ini aja. Setelah itu, aku nggak bakal ganggu kamu lagi. Aku janji.”
Widuri menatap Galuh dengan tajam. Janji itu sudah pernah dia dengar sebelumnya, dan janji itu tidak pernah ditepati.
“Aku nggak yakin dengan janji kamu, Galuh. Kamu selalu bilang ini terakhir, tapi nyatanya kamu terus muncul.”
Galuh tampak tertekan, tapi dia tidak menyerah. “Widuri, aku nggak bisa tenang kalau kita masih kayak gini. Aku cuma mau tahu kalau kamu benar-benar nggak ada perasaan lagi ke aku.”
Widuri terdiam sesaat. Dia mengatur napasnya sebelum menjawab.
“Galuh, aku pernah mencintai kamu. Tapi perasaan itu hilang. Aku nggak tahu kapan tepatnya, tapi yang jelas aku nggak mau lagi mengingat masa lalu kita. Itu cuma bikin aku sakit. Jadi, ya, aku nggak ada perasaan lagi sama kamu. Sekarang kamu puas?”
Jawaban itu seperti pukulan telak bagi Galuh. Dia menunduk, terlihat kalah.
“Maaf, Widuri. Aku nggak bermaksud nyakitin kamu lagi.”
Widuri menghela napas. “Kalau kamu benar-benar minta maaf, tunjukkan dengan tindakan. Pergi dari hidupku, Galuh. Itu yang aku butuhkan sekarang.”
Galuh tidak berkata apa-apa lagi. Dia hanya mengangguk pelan dan pergi meninggalkan ruangan.
---
Selama sisa hari itu, Widuri merasa lega. Untuk pertama kalinya, dia merasa bahwa Galuh benar-benar akan menyerah kali ini. Tapi, seperti yang sering terjadi, hidup tidak semudah itu.
Ketika Widuri sedang duduk di taman sekolah bersama teman-temannya, seorang teman sekelasnya, Rani, menghampiri dengan wajah cemas.
“Widuri, kamu tahu nggak kalau Galuh…?”
Widuri mengerutkan kening. “Kalau Galuh apa?”
“Dia ngomong ke beberapa orang kalau kamu yang nggak bisa move on darinya. Katanya kamu masih suka ngirim pesan ke dia.”
Widuri tertegun. “Apa? Itu nggak benar!”
Rani mengangguk cepat. “Aku tahu. Tapi gosip itu udah mulai nyebar, Wid. Kamu harus hati-hati.”
Widuri merasakan kemarahan membara dalam dirinya. Dia pikir Galuh akan menghormati permintaannya, tapi ternyata dia malah memutarbalikkan cerita.
---
Di malam harinya, Widuri tidak bisa tidur. Ia memikirkan langkah apa yang harus diambil untuk menghentikan Galuh sekali dan untuk selamanya.
Pikirannya terhenti ketika ponselnya bergetar. Sebuah pesan masuk dari Damar.
“Widuri, kamu lagi apa?”
Widuri tersenyum tipis. Entah bagaimana, Damar selalu muncul di saat yang tepat. Dia membalas, “Aku lagi nggak bisa tidur. Ada yang bikin aku kesal.”
“Aku bisa bantu?”
Widuri merasa sedikit lega. Meski dia tidak ingin merepotkan Damar, dia tahu bahwa dia butuh seseorang untuk mendengarkan.
“Aku bingung. Ada orang yang menyebar gosip buruk tentang aku, dan aku nggak tahu gimana caranya supaya itu berhenti.”
Butuh beberapa saat sebelum balasan dari Damar muncul.
“Kalau aku boleh kasih saran, jangan kasih dia perhatian. Orang yang menyebar gosip biasanya cuma mau bikin kita bereaksi. Kalau kamu tetap tenang dan fokus pada diri sendiri, orang-orang akan tahu mana yang benar.”
Widuri membaca pesan itu berkali-kali. Kata-kata Damar terasa masuk akal.
“Terima kasih, Damar. Kamu selalu tahu cara buat aku merasa lebih baik.”
“Karena aku peduli sama kamu, Widuri.”
Kalimat itu membuat Widuri terdiam. Dia tidak tahu bagaimana membalasnya, jadi dia memilih untuk mematikan ponsel dan mencoba tidur.
Namun, kata-kata Damar terus terngiang-ngiang di kepalanya.