NovelToon NovelToon
The Line Of Destiny

The Line Of Destiny

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Spiritual / Hamil di luar nikah / Konflik etika / Keluarga / Persahabatan
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: Rijal Nisa

Menunggu selama empat tahun lebih tanpa kepastian, Anya bahkan menolak setiap pinangan yang datang hanya untuk menjaga hati seseorang yang belum tentu ditakdirkan untuknya. Ia tetap setia menunggu, hingga sebuah peristiwa membuat hidupnya dan seluruh impiannya hancur.

Sang lelaki yang ditunggu pun tak bisa memenuhi janji untuk melamarnya dikarenakan tak mendapat restu dari keluarga. Di tengah hidup yang semakin kacau dan gosip panas yang terus mengalir dari mulut para tetangga, Anya tetap masih berusaha bertahan hingga ia bisa tahu akan seperti apa akhir dari kisahnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rijal Nisa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Hinaan

"Anya, gue mau tanya sekali lagi sama lo. Beneran lo udah enggak mau kerja lagi di tempat gue?"

Anya menggenggam erat kedua tangan Windi, dia merasa berat untuk pergi dari sana. Itu yang sebenarnya terjadi, jauh di dasar hatinya, dia tidak rela keluar dari kafe Windi.

Kafe Windi sudah seperti rumah kedua baginya, banyak kenangan di sana. Mereka membangun tempat itu bersama-sama, Windi tidak kuliah, ia memutuskan untuk memulai bisnisnya dari nol bersama Anya.

Anya dan Windi sangat kompak, kafe yang awalnya sepi pun menjadi ramai. Itu semua juga tak luput dari bantuan Anya, awalnya mereka cuma menyediakan minuman biasa saja dan beberapa macam cake. Namun, Anya kemudian merekomendasikan untuk menambahkan menu lain, seperti mie dan hidangan lainnya.

Berhubung kafe mereka tidak jauh dari kantor dan juga gedung sekolah, jadi banyak yang datang ke sana menjelang siang hari.

"Kalau aku terus di sana, yang ada kamu bakal kehilangan banyak pelanggan. Jadi, sebaiknya aku keluar, Windi." Anya berjalan mendekati jendela kamar Windi dan membukanya, udara dingin mulai masuk, langit biru berubah kelabu.

"Anak-anak kangen sama kamu, mereka pengen kamu kerja lagi. Katanya, enggak ada kamu suasana kafe jadi sepi, biasanya di dapur mereka selalu dengerin omelan dan celotehan kamu." Windi memperhatikan Anya yang berdiri memunggunginya.

Anya membalikkan tubuhnya menatap Windi. "Lama-lama mereka juga akan terbiasa, semua hanya masalah waktu."

"Kita bangun usaha ini bersama-sama, merintis dari nol, dan setelah berkembang pesat, kamu malah mundur." Windi berkaca-kaca.

"Kalau aku tidak mengambil keputusan seperti ini, maka kita akan kehilangan apa yang telah kita perjuangkan dengan susah payah itu. Ini adalah keputusan terbaik untuk kita semua, Win." Anya kembali berbalik arah dan menatap ke luar jendela.

Desiran angin berhembus pelan, semesta ikut merasakan bagaimana rasa sakit yang ia alami saat ini.

Seharusnya hari ini menjadi hari bahagianya, seharusnya dia yang bersanding bersama Rizki di sana, bukan Syifa!

Haruskah ia menangis meratapi semua ini? Perlukah ia berteriak dan mengeluh dengan jalan takdirnya?

Anya cuma bisa bersabar dan ikhlas, ia sudah ridha dengan ini semua, Allah lebih tahu mana yang terbaik untuknya.

Rintik hujan mulai turun, Windi bangkit dari sisi ranjang dan berdiri di samping Anya.

Mereka sama-sama memandang jauh ke depan, tercium aroma rerumputan basah yang terkena hujan.

"Allah berikan mendung dan menghadiahkan pelangi untuk kita, kita bertanya-tanya kemana perginya matahari, kenapa langit mendung? Lalu berkeluh kesah karena diterpa hujan, padahal yang akan datang setelahnya sangatlah indah. Begitu juga hidup, hari ini Allah uji dengan banyaknya masalah. Namun, siapa tahu esok akan Allah beri bahagia yg luar biasa."

"Seperti saat ini, Allah ambil kecerahan matahari, dan mendung datang hingga hujan pun turun. Lalu setelahnya Allah hadirkan pelangi, begitu kan?" sambung Windi yang berada di sampingnya.

"Iya, sungguh indah rencana-Nya. Aku cuma bisa bersabar dan ikhlas, aku percaya akan ada kebahagiaan yang menanti di sana." Anya tersenyum sambil mengulurkan tangannya, supaya rintikan hujan mengenai tangan halusnya itu.

Anya berharap hari ini akan segera berlalu, dia selalu berdoa supaya kuat menghadapi ujian ini, meskipun tak mudah, tapi ia harus tetap bertahan.

Apa pun akan dilakukan Anya untuk kebahagiaan keluarganya.

**

"Itu kan pak Faisal!" tunjuk Bu Etty.

"Eh, bos saya datang. Saya lanjut kerja dulu ya ibu-ibu!" pak Mamat langsung meninggalkan kumpulan ibu-ibu yang sedang memasukkan jagung hasil panen ke dalam keranjang.

"Ya elah, bos kayak gitu kok dihormati banget! Mana kagak punya sisi baiknya juga di mata warga," ketus bu Ella. Dua wanita itu adalah biang gosip di sekitar kawasan tempat Anya tinggal.

Bu Etty menaikkan ujung bibirnya dan kemudian berkata sinis. "Kamu, Dang? Kamu enggak ngikut pak Mamat tu, ke tempat pak Faisal? Cari muka gitu?"

"Iya, sama keluarga pezina macam gitu kok patuh banget!" cibir bu Ella ikut menghujat.

Dadang mengusap dadanya perlahan, dua orang di depannya kalau sudah ngomong memang begitu, suka menilai keburukan orang lain tanpa sadar akan keburukan diri sendiri.

"Kenapa ngeliatin kita kayak begitu? Kamu mau marah ya, Dang? Kamu enggak terima ya kita hina bos kamu itu?" tanya bu Ella.

"Bukan seperti itu ibu-ibu, kita sebagai manusia tentunya tidak pernah luput dari salah dan dosa. Jangan mengatai pak Faisal seperti itu, Bu. Kita ini juga belum tentu lebih baik dari dia," kata mang Dadang mencoba menasihati.

"Heleh! Anak lakinya ngehamili anak orang, dan sekarang malah anak perempuannya yang hamil di luar nikah, karma lah itu. Pendosa kok dibela, mati juga masuk neraka!" kata bu Etty dengan kejamnya.

"Astaghfirullah!"

Berkali-kali mang Dadang harus beristighfar mendengar omongan tak pantas dari wanita paruh baya itu.

"Istighfar terus, Dang. Kamu enggak usah sok suci di sini, kamu juga sebenarnya sependapat sama kita kan? Ngaku aja deh!" tebak bu Ella.

Melihat mang Dadang yang masih ngobrol sama dua ibu-ibu itu, pak Faisal pun segera mendatangi Dadang.

Mereka yang masih asyik menggibah tentang pak Faisal, tidak menyadari akan kedatangan lelaki itu. Sedangkan Dadang langsung diam begitu melihat pemilik perkebunan tempatnya bekerja ada di sana.

"Ngapain di sini, Dang? Ayo kembali kerja, pisahin semua hasil panen yang bagus dengan yang tidak bagus ya!" ucapnya memberi perintah.

"Iy-iya baik, Pak!" Dadang mengangguk dan segera berlalu dari sana. Pak Faisal pun menyusul dari belakang.

"Sholat kagak pernah, ke masjid juga kagak pernah kelihatan, sedekah ya sudah pasti enggak. Namun, lihat tuh rezeki makin mengalir deras loh," ucap bu Etty, mata besarnya melirik ke arah pak Faisal.

"Hati-hati, itu namanya istidraj," lanjut bu Ella. Pak Faisal sadar kalau mereka sedang menyindir dirinya.

Gelak tawa terdengar membahana memenuhi perkebunan yang luas itu.

Bu Etty dan Bu Ella bekerja pada juragan Kasim, dan kebunnya berada di sebelah kebun pak Faisal. Jadi, kalau mereka teriak-teriak dan bergosip di sana, pasti bakal terdengar oleh pak Faisal yang memang sedang berada di lokasi itu.

"Dang, ini kamu bawa pulang aja buat dimasak di rumah!" kata pak Faisal sambil memberikan satu kantong plastik sayur-sayuran yang sudah disiapkan untuk mereka para pekerjanya di kebun.

Dari jarak yang tidak jauh di tempat mereka berdiri, pak Mamat memperhatikan apa yang dilakukan oleh pak Faisal.

Pak Faisal yang terkenal tidak akur dengan tetangganya, tidak bersosialisasi, tak pernah pergi ke masjid, tapi dia memiliki hati yang baik. Itu semua yang tersimpan dalam memori pak Mamat, beliau masih ingat saat mang Dadang sedang kesusahan memikirkan biaya persalinan istrinya, saat itu mang Dadang tidak punya uang sepeser pun. Tidak ada yang bersedia memberikannya pinjaman, tapi pak Faisal tanpa pikir panjang langsung memberi Dadang uang, dan itu bahkan lebih dari apa yang dia butuhkan.

Sampai sekarang, pak Mamat tidak pernah melupakan hal tersebut. Pak Faisal juga sering membagi-bagikan hasil panennya kepada mereka yang berkerja di sana, kalau ada salah satu dari anggota keluarga mereka yang sakit, pak Faisal juga selalu memberikan uang bonus.

Kebaikannya itu tidak ada yang tahu selain mereka yang bekerja untuk pak Faisal. Sampai sekarang pak Mamat masih tidak mengetahui kenapa para warga sangat membencinya, dan pak Faisal juga tidak pernah menyangkal apa yang dikatakan oleh warga tentang keluarganya itu.

***

"Sendiri aja, Pak? Saya perhatiin dari tadi Bapak kok melamun terus?" tanya Dadang sambil berjalan mendekat, ia menjatuhkan tubuhnya tepat di samping pak Mamat yang kebetulan tengah berbaring di atas saung.

Dadang ikut berbaring, tatapan mereka sama-sama lurus ke atas.

"Pak Faisal mana, Dang?"

"Beliau udah pulang dari tadi, dijemput sama anak perempuannya yang paling tua. Kayaknya pak Faisal akhir-akhir ini kurang sehat deh, Pak."

Pak Mamat bangun lagi, kini beliau duduk dengan menyenderkan punggungnya ke dinding saung.

"Selama kerja di sini sama pak Faisal, bagaimana pendapat kamu tentang beliau, Dang?"

"Menurut saya pribadi ya, pak Faisal itu orangnya baik, ya walaupun dia tidak pernah duduk dan ngobrol sama kita di sini. Namun, beliau memiliki kepekaan terhadap para pekerja di sini, dia hanya tidak banyak bicara, tapi hatinya itu baik. Itu sih kalau menurut saya, Pak. Enggak tahu menurut yang lain," jawab Dadang. Ia bangun dan duduk tegap seperti pak Mamat, matanya menatap deretan ubi yang tumbuh subur.

Macam-macam dugaan terlintas di benak mereka tentang pak Faisal, kenapa banyak orang yang tidak suka terhadap beliau.

1
P 417 0
/Sleep//Sleep/haih ini juga teguran langsung mungkin
🥑⃟Riana~: teguran untuk siapa?/Shame/
total 1 replies
P 417 0
oh ternyata si ibu to/Slight/
P 417 0
siapA lgi ini yg ikut nimbrung🤔
P 417 0
/Sneer//Sneer/tokoh utama jago silat ternyata
P 417 0
makin rumit emng klo bca drama/Silent//Shy/
P 417 0
/Sleep/klo dah bgitu knpa harus saling nyalahin
P 417 0
udah bgus/Hey/
TrixJeki
wehh keren Anya gadis tegas dan berani, aye suka aye suka. semangat Author Rican💪💐
🥑⃟Riana~: Hehe, terima kasih kk.. udh mampir/Kiss//Sneer/
total 1 replies
P 417 0
mbak syifa dong/Sleep/
P 417 0: mkanya jgn buru2/Proud/
🥑⃟Riana~: salah ya/Shame//Facepalm//Facepalm//Joyful/ makasih otw revisi 🚴🚴🚴
total 2 replies
P 417 0
hanna🤔🤔anya kali
🥑⃟Riana~: repot/Shame/
P 417 0: /Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/kn jd ada kerjaan kmu/Silent/
total 3 replies
P 417 0
windi ini mnurt aku sahabat terbaik buat anya/Hey/
P 417 0
keinginan orang tua itu emng mlihat anakny bhgia dan itu udah pasti.namun terkadang mreka tidak pduli dengan perasaan anknya dan lbih kpda memaksakn kehendak .emng sih nggk semua orang tua bgitu /Sleep/
P 417 0
emng demit bisa jatuh juga kah🤔
🥑⃟Riana~: bisa, kalau punya kaki/Sweat/
total 1 replies
P 417 0
membiarkan/Silent/
P 417 0
insyaallah bukan in sha allah/Hey/
P 417 0
hmmm.dri sini keknya bncana mulai terjadi😌
P 417 0
ini ayah kndung bukn sih🤔
P 417 0: lah /Proud/aku jga mna tau
🥑⃟Riana~: masa ayah tiri/Shame/
total 2 replies
P 417 0
"nggk mau punya mntu"...lbh enk deh kyaknya/Silent/
P 417 0
terkadang temen emng lbih mengerti apa yg kita rasa dripada kluarga sendri/Sleep/
🥑⃟Riana~: Betul, tumben bener/Shame/
total 1 replies
P 417 0
di bab ini nggk ada koreksi.ada pesan di dlmnya😊mnrt aku sih ini bgus krna di zmn sekarng ank2 muda lbh mngikuti egonya .nggk pnh berpikir apa yg terjdi kmudian.dan bila sdah trjdi yg ada cmn pnyesalan. dri itu peran orang tua izu sangat pnting
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!