NovelToon NovelToon
Antasena Pendekar Tanpa Tanding

Antasena Pendekar Tanpa Tanding

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / Spiritual / Perperangan / Ilmu Kanuragan / Kultivasi Modern / Penyelamat
Popularitas:7k
Nilai: 5
Nama Author: kelana syair( BE)

Pengembaraan seorang pendekar muda yang mencari para pembunuh kedua orang tuanya.Ia berkelana dari satu tempat ketempat lain.Dalam perjalanannya itu ia menemui berbagai masalah hingga membuat dirinya menjadi sasaran pembunuhan dari suatu perguruan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kelana syair( BE), isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Duka

Siang itu halaman rumah yang biasanya tenang kini dipenuhi oleh aura permusuhan.  Nyai Damah dan Ki Supa berdiri berdampingan,  siap menghadapi siapapun yang berani mengganggu ketenangan mereka.  Matahari siang menyinari kedua sosok pendekar itu,  membuat aura kewibawaan mereka semakin terpancar.

Tak lama kemudian, munculah dua orang dari balik pohon.  Wajah-wajah mereka dipenuhi amarah,  siap melampiaskan dendam lama.Orang itu tidak lain adalah Kamiswari yang didampingi oleh Danis Waris murid utama dan terkuat perguruan Semeru.

"Sepasang iblis pencabut nyawa sungguh aku tidak percaya ternyata kalian sudah lama bersembunyi di sini, "ucap Kamiswari.Saat melihat dua orang berdiri di teras rumah.

"Tirani dan Jalarupa!"  teriak Danis Waris dengan suara lantang,  "Kalian telah membunuh saudara kami!  Hari ini,  nyawa kalian akan menjadi bayarannya!"

"Kameswari dan Danis waris, "desis Ki Supa,ia sangat kenal dengan dua orang itu.

"Semula aku ragu pada berita yang aku dengar, tapi setelah aku datang ke sini dan melihat kalian,  sekarang aku percaya kalau kalian lah yang membunuh Jaran Lejong dan teman temannya." kata Kamiswari. 

"Aku terpaksa membunuh mereka karena  sudah berani mengusik ketenangan ku,jadi bukan salahku kalau mereka semua mampus"Kata yang keluar dari mulut Nyai Damah terdengar dingin dan tidak merasa punya beban dengan keadaan yang sekarang ini.

Ki Supa dan Nyai Damah menatap tajam ke arah para pendekar berbaju merah di depannya.Mata tuanya tiba-tiba melihat tiga orang berpakaian hitam, kuning dan biru muncul di belakang Kamiswari dan Denis Waris.Mereka bertiga adalah Jalatunda, kelabangkoro, dan Alugoro.Masing-masing dari mereka berasal dari perguruan Kemuning, Mega Merah dan Pagar Ruyung.

"Rupanya selain orang orang dari semeru ada juga dari perguruan lain yang menyambangi tempat kita ini Nyai, " kata Ki Supa, tidak mengenal siapa nama mereka ,namun dapat tahu dari perguruan mana dari pakaian yang mereka kenakan.

"Hehehe.. hehehe...! tidak ku sangka ternyata tempat terpencil ini kedatangan orang orang dari empat perguruan besar aku sungguh merasa tersanjung, " ledek Nyai Damah sambil tertawa terkekeh-kekeh.

Tawa Nyai Damah yang mengejek bagai percikan api yang menyulut kobaran amarah di hati para pendekar.  Wajah mereka memerah,  tangan terkepal erat,  dan sorot mata mereka menyiratkan niat membunuh yang membara.

"Kurang ajar!"  geram, Kamiswari.  "Jangan banyak bicara,  iblis betina!  Rasakan pembalasan kami!"

"Semuanya ayo kita serang sepasang iblis pencabut nyawa dan balaskan dendam kita.! " Teriak Kamiswari.

Danis waris, jalatunda, Kelabang koro dan Alugoro langsung berkelebat menyerang Ki Supa dan Nyai Damah.

Kilatan pedang dan suara benturan senjata memenuhi udara. Ki Supa dan Nyai Damah, meski telah lanjut usia, menunjukkan kepiawaian dalam bela diri yang luar biasa. Mereka dengan cekatan menangkis serangan bertubi-tubi dari para pendekar muda. Nyai Damah, dengan lincahnya menghindari serangan Jalatunda, sambil sesekali melancarkan serangan balik yang tepat sasaran. Sementara itu, Ki Supa berhadapan dengan Danis Waris, pertarungan sengit antara dua generasi pendekar pun terjadi.

Di tengah hiruk pikuk pertarungan, Kelabang Koro dan Alugoro berusaha mengalihkan perhatian Ki Supa dan Nyai Damah. Kelabang Koro dengan gerakan lincahnya melompat ke atap rumah, sambil melemparkan senjata beracun ke arah Nyai Damah. Alugoro, dengan kekuatan tenaganya, menghancurkan dinding rumah, membuat debu beterbangan dan mengaburkan pandangan.

"Waspadalah, Nyai! Serangan racun!" teriak Ki Supa.

Nyai Damah dengan cepat menghindar, namun senjata beracun itu mengenai lengannya. Wajahnya berubah pucat, namun ia tetap berusaha melanjutkan pertarungan.

"Ha ha ha, lihatlah! Nyai Damah telah terkena racunku!" ejek Kelabang Koro.

"Jangan meremehkan kami!" balas Nyai Damah dengan tegas.

Ki Supa yang melihat Nyai Damah terluka, semakin murka. Ia meningkatkan serangannya terhadap Danis Waris. Dengan sekuat tenaga, ia melancarkan serangan terakhirnya, sebuah jurus pamungkas yang menggetarkan bumi.

Terpaan angin kencang menerbangkan rambut putih Nyai Damah, wajahnya pucat pasi akibat racun yang menyebar cepat. Ki Supa yang melihat kondisi istrinya semakin memburuk, nekat menerobos barisan lawan untuk mendekati Nyai Damah. Namun, serangan bertubi-tubi dari Danis Waris dan Jalatunda membuatnya kewalahan.

Sebuah pukulan telak mengenai dada Ki Supa. Ia terhuyung ke belakang, tubuhnya membentur dinding hingga terkapar tak berdaya. Melihat kesempatan itu, Kelabang Koro dengan cepat mendekati Nyai Damah dan menusukkan senjatanya tepat ke jantung. Nyai Damah terjatuh ke pelukan Ki Supa, matanya terpejam perlahan.

"Nyai...!" jerit Ki Supa dengan suara lemah. Air matanya mengalir deras membasahi wajahnya yang penuh luka.

Dengan tatapan penuh kebencian, Ki Supa menatap keempat pendekar yang telah merenggut nyawa istrinya. Tubuhnya bergetar hebat, urat-urat lehernya tampak menonjol. Dalam sekejap, aura kemarahan membungkus tubuhnya. Ia berseru lantang, "Kalian akan membayar dengan nyawa kalian!"

Tanpa ragu, Ki Supa melancarkan serangan habis-habisan. Jurus demi jurus mematikan ia keluarkan dengan kekuatan penuh. Tanah bergetar, angin berputar, dan udara menjadi panas. Keempat pendekar itu kewalahan menghadapi serangan dahsyat Ki Supa.

Namun, meski kekuatan Ki Supa luar biasa, jumlah lawan yang lebih banyak dan lebih muda membuatnya tidak bisa berbuat banyak.Hingga pada satu kesempatan pukulan Denis Waris,tepat mengenai dadanya membuat Ki Supa terpental dan memuntahkan darah.

Kamiswari yang sudah lama menyimpan  dendam kepada Ki Supa , langsung berkelebat cepat ke arahnya dan tanpa ampun langsung menikam orang tua itu dengan kerisnya.

Kreees.....!!!

Ki Supa pun roboh dengan suara tertahan setelah terkena tusukan keris itu. Darah segar menetes dari lukanya yang menganga sampai membasahi bumi .Ki Supa pun akhirnya menghembuskan nafas terakhir dan meninggal setelah terkena tusukan keris Kamiswari.

"Akhirnya kita berhasil membunuh mereka kakang, " ucap Denis waris, terdengar senang dan puas dapat membunuh dua orang yang selama ini menjadi buronan semua perguruan.

"Ya ,dan guru pasti senang karena kita berhasil menyelesaikan tugas yang di berikannya, " ucap Kamiswari.

"Bagaimana kalau kita bakar saja rumah ini, " ucap Jalatunda.

"Kenapa tidak, tentu saja kita harus membakar rumah ini berserta mayat mereka berdua, " sahut Kelabang koro.

Setelah berhasil membunuh Ki supa dan Nyai Damah Kamiswari dan keempat temannya segera membakar rumahnya dan segera pergi meninggalkan desa Parang Sari karena tugasnya telah selesai.

Sementara itu Antasena yang ada di ladang merasa terkejut melihat asap hitam membumbung tinggi.

"Seperti itu dari desa parang sari, ayah ibu, " Ucap Antasena dengan segera berlari menuju rumah meninggalkan pekerjaannya.

Antasena berlari secepat kilat menuju rumahnya dengan perasaan khawatir dan sangat cemas.

Sesampainya di sana, ia terpaku melihat rumahnya telah hangus terbakar. Api masih berkobar-kobar melahap sisa-sisa bangunan, meninggalkan kepulan asap hitam yang menyesakkan dada.

"Ayah! Ibu!" teriak Antasena dengan suara parau. Ia mencari-cari di sekitar reruntuhan, berharap menemukan tanda-tanda kehidupan, namun yang ia temukan hanyalah puing-puing dan abu.

Hatinya hancur berkeping-keping. Ia terduduk lemas, air mata mengalir deras membasahi pipinya. Amarah mulai membakar jiwanya. Ia mengepalkan tangan, giginya terkatup rapat.

"Siapa yang melakukan ini?! Akan kubalas !" jeritnya.

Antasena bangkit, matanya menyala-nyala. Ia bersumpah akan menemukan pelaku pembakaran rumahnya dan membalas kematian kedua orang tuanya. Ia akan menuntut keadilan, meskipun harus mengorbankan segalanya.

1
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Yeaaah
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Gempa bumi 🌏
ria
lanjutkan
Endri ALLIKA
lanjutkan Bosque 🙏🙏
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Waooow
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Yeaaah
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Waooow
Zainal Arifin
lanjutkan
Redy Ryan Little
Bagus
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Muantebz
ria
lanjutkan
ria
lanjutkan maju terus
ria
maju
ria
semangat
ria
lanjutkan
ria
mantap
ria
maju terus
ria
lanjutkan
yun
mantap semangat dan lanjutkan
yun
lngsung kam
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!