Cintanya pada almarhumah ibu membuat dendam tersendiri pada ayah kandungnya membuatnya samam sekali tidak percaya akan adanya cinta. Baginya wanita adalah sosok makhluk yang begitu merepotkan dan patut untuk di singkirkan jauh dalam kehidupannya.
Suatu ketika dirinya bertemu dengan seorang gadis namun sayangnya gadis tersebut adalah kekasih kakaknya. Kakak yang selalu serius dalam segala hal dan kesalah pahaman terjadi hingga akhirnya.........
KONFLIK, Harap SKIP jika tidak biasa dengan KONFLIK.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NaraY, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
20. Mempermainkan jantung.
Sejak usai apel tadi, Bang Rama lebih banyak menyendiri bahkan persiapan sertijab komandan pun tidak menjadi kesibukannya pagi ini.
"Bang..!!" Sapa Bang Riffat melihat Abangnya menyendiri, wajahnya nampak pucat meskipun terlihat tenang.
Bang Rama menoleh pada sumber suara yang menyapanya.
"Sudah selesai gladinya?" Tanya Bang Rama.
"Di mulai saja belum, Bang." Jawab Bang Riffat, ia merasa pagi ini konsentrasi seniornya hilang begitu saja.
Bang Rama mengangguk sesaat. "Fat, tolong ambilkan Abang Ponco di gudang..!!" Pinta Bang Rama.
"Laah.. Abang pucat begini mau lari?? Berat badan Abang juga stabil. Kalau tidak enak badan jangan di paksa, Bang." Kata Bang Riffat.
"Amaaaann..!! Tolong ambilkan saja. Satu jam olahraga sudah cukup." Jawab Bang Rama.
...
Nyaris dua jam lamanya Bang Rama berlari keliling lapangan hingga tubuhnya benar-benar lelah. Setelah benar-benar tidak sanggup berlari lagi, Bang Rama pun terkapar di pinggir lapangan.
Danyon yang melihat juniornya itu segera menghampiri. "Ram, kau ini tau Abangmu mau sertijab tapi kenapa kau punya kesibukan sendiri?? Tak sayang kau sama Abangmu ini??"
Bang Rama menoleh pada sumber suara. Bang Rama pun merasa bersalah hanya karena urusan pribadi, ia sampai melalaikan tugasnya.
"Siap salah, Abang..!!"
"Kau ini kenapa? Frustasi sekali. Apa kau cemas kalau Abang akan pergi bersamamu juga?" Tanya Danyon.
Bang Rama terdiam tak paham maksud seniornya. Rasa lelah masih menjalar di sekujur tubuhnya.
"Skep Abang ada perubahan. Abang pindah ke pesisir timor bersamamu." Kata Danyon.
Nafas Bang Rama terbuang kesal namun terdengar pasrah. "Siap.. Abang."
Danyon mengulurkan tangannya membantu juniornya untuk berdiri. Bagai adik sendiri memang Danyon begitu menyayangi adik-adiknya.
"Nggak usah di pikir, Ram. Kalau memang dapatnya perempuan ya di terima saja." Celetuk Danyon menyemangati Bang Rama.
"Ijin Dan. Anak saya memang laki-laki." Jawab Bang Rama.
Raut wajah Danyon pun seketika nampak kesal. "Kita tukar saja yuk.. Abang pengen anak laki."
"Kalau saya yang melahirkan, tidak masalah kalau Abang mau tukar. Masalahnya Dilan yang melahirkan. Bisa di kutuk saya, Bang." Jawab Bang Rama.
Danyon tertawa terbahak kemudian membantu langkah juniornya yang sedang kelelahan itu.
...
Prada Decky dan Prada Jubair bernafas lega. Hingga siang ini Letnan Rama baru menyudahi hukumannya berendam di kubangan belakang Batalyon, itu pun karena perintah dari Ibu Danton. Jika saja Ibu Danton tidak berbaik hati mungkin hingga sore hari hukuman tersebut masih berlanjut.
"Inilah hukuman dari saya karena kalian berani mencelakai istri saya. Itu yang di perut ada anak Danton." Omel Bang Rama. "Jika saya istri saya tidak marah-marah karena saya menindak kalian, sampai malam pun akan saya lanjutkan..!!" Suara tinggi Bang Rama masih membahana. Sungguh kesalnya masih di puncak ubun-ubun kepala.
Kecelakaan kemarin membuat jantung Bang Rama nyaris berhenti berdetak apalagi melihat Dilan seketika tidak sadarkan diri.
"Siap salah, Danton..!! Terima kasih..!!" Jawab kedua 'ajudan' Bang Rama.
"Sekarang kalian ke rumah saya dan tolong bantu istri saya packing barang. Nanti saya menyusul..!! Saya masih banyak pekerjaan..!!" Perintah Bang Rama.
...
Dilan tidak bisa diam melihat begitu banyak barang. Baru beberapa hari barang tertata rapi kini sudah harus di bongkar lagi karena mereka harus pindah ke satuan tugas yang baru.
"Ijin Ibu, lebih baik ibu duduk saja dan memberitahu apa yang harus kami kerjakan. Kalau Danton tau ibu sibuk begini, kami pasti kena hukum lagi. Kami sudah tidak sanggup berendam di kubangan." Kata Prada Decky.
"Bang Rama masih lama pulangnya. Ayo cepat di kerjakan saja biar cepat selesai..!!" Jawab Dilan tetap sibuk dengan tugasnya.
"Ijin Bu Danton, kami tidak berani. Ibu duduk saja ya..!!" Imbuh Prada Jubair tak kalah cemas.
Bukan karena Dilan tidak ingin istirahat tapi yang namanya wanita pasti akan lebih lega melihat dan menangani segala sesuatunya sesuai dengan keinginannya.
Dilan tidak menggubris dan ikut packing barang meskipun perutnya sudah tidak leluasa lagi untuk bergerak, berjongkok pun kini sudah semakin sulit.
Merasa pergerakannya sulit, Dilan pun mengubah posisinya untuk bergerak.
"Aawwhh.. aarrgghh..." Dilan memegangi perutnya yang tiba-tiba saja merasa kram. Nafasnya terasa tercekat, ia pun segera berdiri namun pandangan matanya berkunang-kunang. Semua terlihat gelap, tubuhnya pun terasa ringan.
Tepat saat itu tak di sangka Bang Rama kembali lebih cepat. Ia melihat Dilan terhuyung dengan kepanikan kedua 'ajudannya'.
"Ibuuuuu....."
"Dilaaann..!!!!" Bang Rama ikut terkejut dalam kepanikan. Ia sigap segera menahan tubuh Dilan.
Bola mata Bang Rama menatap tajam pada kedua 'ajudannya'.
"Bukan kami yang minta, Dan..!!" Kata Prada Decky cemas.
"Betul, Dan.. Ibu yang tidak bisa diam..!!" Imbuh Prada Jubair panik bukan main.
Bang Rama segera membawa Dilan ke dalam kamar dan menyadarkan istrinya namun sudah beberapa saat Dilan tak kunjung sadar juga. Rasa kesalnya mengalahkan rasa cemasnya pada Dilan.
Demi sang istri, Bang Rama mengalahkan egonya. Ia mengambil ponselnya.
"Assalamu'alaikum, Le. Ada apa?"
"Wa'alaikumsalam. Bisa ke rumah sekarang?? Dilan pingsan kecapekan..!!" Pinta Bang Rama.
:
Bang Rama menyandarkan keningnya pada bingkai pintu kamarnya. Melihat Dilan tak kunjung sadar membuat sekujur tubuhnya ikut terasa sakit.
Papa Hanggar hanya bisa mengusap punggung putranya yang tengah di ombang ambingkan keadaan.
Mama Arlian memasang oksigen untuk membantu jalan nafas Dilan. Istri Letnan Rama itu sempat mengejang. Beberapa saat setelah penanganan, Dilan mulai tersadar. Mama Arlian pun membantu Dilan untuk duduk.
"Baang..!!" Dilan menyapa Bang Rama usai matanya benar-benar terbuka.
Bang Rama terhenyak melihat Dilan sudah tersadar. Langkah kakinya menghampiri Dilan dan refleks mengangkat tangannya tinggi. Papa Hanggar hendak menahannya namun kemudian Bang Rama menghambur memeluk Dilan. Siapapun pasti tau bahwa Danton garang itu sedang menangis.
"Baaang.. maaf..!!"
"Kalau kamu ini laki-laki, kalau kamu bukan istri Abang pasti Abang akan mengajakmu gelud hidup-hidup..!! Bisakah sekali saja kamu tidak mempermainkan jantung Abang???
Dilan pun merasa sangat bersalah, betapa pria ini begitu memperhatikan dirinya bahkan hingga hal terkecil sekalipun.
"Niat Dilan hanya ingin memastikan semua tertata dengan rapi. Siapa sangka Dilan memang tidak memang tidak bisa berbuat banyak. Dilan minta maaf ya, Pak Danton..!!" Ucap lembut Dilan. "Selanjutnya Dilan tidak berani lagi melanggar kata-kata Abang."
.
.
.
.