Bercerita tentang seorang anak yang bernama mugi yang terlahir sebagai rakyat jelata dan menjadi seseorang penyihir hebat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muchlis sahaja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Janji di tengah kegelapan.
Angin sepoi-sepoi berhembus di antara batu nisan yang menjulang tinggi, membawa aroma tanah dan bunga liar yang samar. Langit senja dihiasi warna jingga dan ungu, menciptakan suasana melankolis yang menyelimuti tempat pemakaman itu. Haruto berdiri tegak, matanya memandang ke arah barisan pedang yang tertancap di bumi, masing-masing pedang melambangkan nyawa yang tak terselamatkan.
Celis, dengan senyum lembut, menepuk bahu Haruto. "Setelah ini, jika engkau menemui ajalmu, kau akan bereinkarnasi kembali, Haruto. Sangat disayangkan jika orang sepertimu harus punah dari dunia."
Haruto hanya diam, matanya tertuju pada Celis. "Lalu bagaimana dengan Desa Sendai yang dijajah? Apakah warga di sana belum bebas?" tanya Celis.
Haruto menunduk, wajahnya terbayangi kesedihan. "Tidak, penduduk Desa Sendai belum bebas. Holsfey begitu kuat. Banyak dari pasukan ku yang mati. Jika bencana Bulan Merah menyerang bersamaan dengan pasukan Holsfey, maka tamatlah orang-orang di sana."
Celis terkekeh pelan, suaranya bergema di antara batu nisan. "Kau ingin menghadapi Bulan Merah dan juga Holsfey? Urusan Holsfey serahkan padaku. Kita akan menghancurkan musuh secara bersamaan."
Haruto sedikit tersenyum, hati nya terketuk oleh tekad Celis. "Celis, semua ini adalah nyawa yang tak bisa aku selamatkan. Mereka berjuang sampai mati demi impian dan perdamaian. Aku ingin menunjukkan pada mereka semua perdamaian itu, tapi kami terlalu cepat berpisah. Aku harus tumbuh lebih kuat dan mewujudkan impian mereka, meski harus disebut orang yang kejam dan melakukan tindakan mengerikan."
Celis menatap Haruto dengan mata yang tajam. "Menurutmu apa arti kuat yang sesungguhnya, Haruto?"
"Kuat? Aku tidak mengetahui pasti. Tapi tujuan ku menjadi kuat adalah untuk menciptakan perdamaian yang diimpikan oleh seluruh rekan ku melawan penjajah."
Celis tersenyum, memancarkan aura energi yang lembut. "Haruto, gunakan kekuatan ku itu sebaik mungkin. Seseorang yang kuat bukan yang mengaku dirinya hebat, dan bukan pula orang yang menguasai seluruh desa. Orang yang kuat adalah orang yang mampu mengendalikan dirinya dari amarah dan berfikir bijak."
Energi sihir yang besar mengalir ke dalam tubuh Haruto, memberikannya kekuatan yang tak terbayangkan. Celis menunjuk ke arah langit, di mana Bulan mulai memerah. "Ayo Haruto, kita pergi. Bulan sudah mulai memerah."
Haruto dan Celis berbalik, meninggalkan tempat pemakaman itu. "Ayo," bisik Haruto, suaranya sedikit bergetar, namun penuh tekad.
Di Desa Sendai, langit malam dipenuhi awan gelap. Warga desa dipaksa bekerja keras membangun istana megah untuk Holsfey, raja kegelapan agung yang memiliki kekuatan yang mengerikan. Holsfey mengawasi mereka dengan tatapan dingin. "Bagus, berkerja lah kalian dengan keras! Tidak ada istirahat bagi kalian semua. Jika kalian berani berhenti, aku akan membunuh kalian semua!"
Seorang warga terjatuh karena kelelahan, beban berat yang dia bawa membuat dia terhuyung dan menghancurkan beberapa bangunan yang sudah dibangun. Holsfey mendekati warga itu dengan langkah cepat, wajahnya mengerikan. "Kenapa engkau berani merubuhkan bangunan itu?"
Warga itu gemetar ketakutan melihat Holsfey yang semakin dekat. Holsfey menarik rambut warga itu dan melemparnya ke tanah. Holsfey menginjak kepala warga itu dengan kasar. "Itu adalah bangunan berharga bagiku. Aku adalah raja kalian sekarang, aku memiliki wewenang memerintah kalian. Jadi jika aku berkata bekerja lah dengan giat, maka kalian harus berkerja dengan giat! Kau begitu karena kau malas bukan?"
Holsfey menginjak kepala warga itu semakin keras, teriakan kesakitan memenuhi udara malam. Warga itu memohon ampun, "Ma-maafkan aku!"
Namun, Holsfey tidak peduli. Dia hanya tertawa dingin.
Tiba-tiba, tepukan tangan terdengar dari kegelapan. "Hebat sekali Holsfey, raja kegelapan agung. Tidak kusangka, seseorang yang diberi gelar raja berani menginjak orang yang lemah."
Holsfey melirik ke arah sumber suara, wajahnya mengerut. "Suara itu? Raja Iblis generasi pertama, Celis Gousha!"
Holsfey menunjuk Celis dengan jari telunjuknya, auranya meledak dengan kekuatan kegelapan yang mengerikan. Celis berdiri tegak, aura kekacauan yang tak tertandingi melingkupinya. Kekuatan kedua raja bertabrakan, menciptakan distorsi yang dahsyat. Tanah bergetar, bangunan retak dan hancur.
"Memang nya kenapa jika aku menginjak dirinya? Dia adalah bawahan ku. Jika dia berbuat kesalahan, itu adalah hak ku untuk menghukum nya." Holsfey berkata dengan nada sombong.
"Apa itu raja menurutmu? Kekuatan? Gelar? Wewenang?" Celis bertanya dengan tenang.
"Tentu saja semuanya!" jawab Holsfey dengan bangga.
"Tidak, bukan semua itu. Raja adalah sosok yang menjadi dirinya sendiri, yang mampu memikirkan sebuah kebijakan," Celis menjawab dengan tegas.
Petir hitam melesat dari tangan Celis, menghantam Holsfey dengan kekuatan yang dahsyat. Holsfey terpental jauh, tubuhnya terbanting ke tanah. Warga desa yang menyaksikan pertarungan itu tercengang.
"Dia kah raja iblis yang dikatakan begitu kejam?"
"He-hebat, kenapa dia membantu kita?"
Holsfey bangkit dari tanah, tubuhnya terluka namun matanya memancarkan amarah. Dia menunjuk Celis dengan jari telunjuknya. Seketika, cahaya kegelapan melesat cepat ke arah Celis. Celis hanya menjentikkan jarinya, menciptakan pelindung diri yang menghalau serangan Holsfey.
"Kau sama sekali tidak berubah. Kau masih kuat seperti biasanya." Holsfey berkata sambil tertawa.
Celis hanya menelengkan kepalanya sedikit. "Iya, ini bahkan sebaliknya. Kau yang melemah pada saat ini."
Holsfey mengerutkan keningnya, dia tidak menjawab ucapan Celis. Dia bergerak cepat, menyerang Celis dengan kekuatan penuh. Celis menahan pukulan Holsfey, mereka berdua saling menatap tajam.
Mereka berdua bergerak cepat, saling bertukar serangan yang dahsyat. Aura sihir mereka bertabrakan, menciptakan gelombang kehancuran yang menghancurkan bangunan dan tanah di sekitar mereka. Warga desa berhamburan menyelamatkan diri, meninggalkan Desa Sendai yang hancur.
Celis dan Holsfey menikmati pertarungan mereka. "Aku tidak menyangka, setelah cukup lama tidak berjumpa, akhirnya kita bertemu lagi," kata Holsfey.
"Aku tidak perduli akan hal itu. Sekarang ayo nikmati pertarungan ini," jawab Celis sambil tersenyum.