Ciara Anstasya, wanita berusia 27. merantau demi kesembuhan emntalnya, dari luar jawa sampai akhirnya hanya sebatas luar kota.
di tempat kerja barunya ini, dia bertemu orang-orang baik dan juga seorang pria bernama Chandra. satu-satunya pria yang selalu mengikutinya dan menggodanya.
"Berbagilah, kamu tidak sendirian sekarang"
kalimat yang pernah dia katakan pada Cia, mampu membuat hati Cia berdebar. namun, tiba-tiba rasa insecure Cia muncul tiba-tiba.
mampukah Chandra meredam rasa insecure yang Cia alami? dan menjalin hubungan lebih jauh denganya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ningxi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Masa lalu dan masa sekarang
"Loh!" Cia masih terdiam menatap pintu yang terbuka itu menampakan sebelah kaki dan tangan.
"ZAKI?" ucap Cia dengan keras karena Zaki membuatnya takut. Zaki mengintip di balik pintu yang sedikit terbuka itu dengan menampakkan kening dan sebelah matanya saja. Seperti orang yang ingin melakukan kejahatan.
"hehehe. Maaf kak, aku kira ada mama di sini karena pintunya terbuka" ucap Zaki dengan cengengesan.
"ngapain kamu Zaki? Tumben sudah pulang?" Celine masuk ke dalam ruangan. Dia menatap zaki yang sudah berada di sana.
"temenku di suruh pulang sama orang tuanya, jadi Zaki ikut pulang ma. Kirain tadi mama yang di sini, taunya kak Cia" ucap Zaki yang kemudian langsung pergi begitu saja.
"SARAPAN DULU" tante Celine berteriak karena Zaki yang sudah berjalan lumayan jauh dari mereka.
"Ayo duduk lagi Ci"
Mereka berjalan kembali ke kursi untuk duduk dan melanjutkan sesuatu yang tertunda tadi.
"Kalau kamu merasa berat menceritakannya, jangan terlalu di paksakan ya? Kita bisa melakukannya lain kali" Celine menatap Cia yang mengangguk dengan yakin.
"ok, untuk sekarang, ketakutan apa yang sering kamu rasakan Ciara?" tanya Celine memulai konsultasinya.
"banyak tan, aku selalu panik saat ada seorang pria yang menyatakan perasaanya tiba-tiba, aku takut saat ada yang membahas pernikahan denganku, aku takut jika ada yang berteriak kepadaku, aku takut dengan sesuatu yang memiliki banyak lubang" Cia masih sangat santai mengatakannya.
"hanya takut atau di sertai gejala lain? Seperti perasaan cemas pening atau sesuatu yang lain" tanya Celine. Pandangannya terus lurus ke arah wajah Cia.
"iya tan, dari panik, cemas, berdebar, sesak, kepala pusing, mual, takut, sampai akhirnya Cia menangis"
"sekarang tante tanya, apa yang membuatmu takut dengan suara keras? Apa kamu bernah di marahi dengan berlebihan atau menerima kekerasan?" Celine menangkap ekspresi Cia yang mulai nampak kesedihan di dalamnya.
"Cia nggak tau tan. Tapi Cia merasa itu karena seringnya Cia mendengar suara orang tuaku yang bertengkar karena pendapat mereka yang berbeda. Seperti yang Cia ceritakan sebelumnya pada tante Celine"
"iya tante masih ingat. Berarti tidak ada hal lain selain itu ya? Kalau yang membuatmu takut dengan pernikahan?" tanya Celine lagi.
"iya tan. Kalau untuk itu, mungkin karena keluargaku yang tidak begitu harmonis. Dan yang memperburuk keadaan adalah saat kakakku di paksa dalam berjodohan hingga mengalami kegagalan pernikahan, tapi alhamdulillah sekarang sudah bahagia dengan suami dan anaknya. Hingga akhirnya Cia mengalami sendiri, perjodohan yang di paksakan. Cia menolak dengan keras hingga tak bertegur sapa dengan orang tua, cia di salahkan banyak orang. Tak ada satupun yang mencoba menghibur Cia" Cia menghela napasnya dengan berat.
"perjodohan itu terjadi tiga atau empat kali. Belum lagi yang di kenalkan guru ngaji Cia, rasanya semua itu terasa campur aduk tan. Sangat sakit dan merasa sendirian karena benar-benar nggak ada yang mau mengerti posisi Cia sama sekali" Cia berhenti bercerita, seakan mengatakan hanya sampai di situ saja cerita tentang takutnya dia dalam pernikahan.
"perasaan kamu setelah mengalami hal itu seperti apa Ci? Dengan kamu yang sering di biarkan sendiri, apa yang kamu rasakan tentang orang-orang di sekitarmu?" tanya Celine. Pandangannya menatap terus ke arah Cia.
"Cia merasa tidak takut kehilangan apapun lagi tan. Jika harusnya seorang anak takut kehilangan orang tua mereka, Cia berada di posisi tidak takut kehilangan orang tua Cia ataupun orang-orang yang dekat dengan Cia, kecuali satu sahabat yang Cia miliki, dia yang selalu ada untuk Cia" satu mata Cia mengeluarkan air mata yang tidak di sadarinya.
"sekarang tante tanya lagi Ci. Apa yang membuatmu tidak mudah percaya dengan orang lain? Apalagi seorang pria" Celine menggenggam tangan kiri Cia dengan lembut seakan menguatkan.
"Banyak orang yang sering membohongi Cia tan, dan banyak pria yang datang pada Cia, tapi mereka hanya sebatas penasaran. Jadi Cia sering bertanya tentang sakit yang Cia miliki agar mereka cukup penasaran sampai sana saja, karena nyatanya hampir tidak ada pria yang mau dengan perempuan memiliki penyakit mental" Cia tersenyum miris.
"Cia sering tan mencoba membuka hati, tapi mereka lagi-lagi hanya penasaran. Cia mencoba untuk yakin, tapi ujungnya dia main perempuan juga. jadi Cia hanya bingung, pria seperti apa yang harus Cia percaya. Awalnya Cia takut berlebihan, tapi semakin ke sini, Cia sudah mampu mengontrol ketakutan Cia tan" senyuman kecil muncul di bibir Cia.
Celine tersenyum menatap Cia yang nampak sudah lebih baik. Perempuan di depannya ternyata benar, dia sudah mampu mengontrol emosinya dengan baik.
"kira-kira apa yang Cia alami ini tan? Apa diagnosa dari tante?" tanya Cia saat melihat Celine hanya tersenyum ke arahnya tanpa mengatakan apapun.
"mari kita sembuh bersama Ci, tante akan menemanimu. Untuk diagnosa, akan tante katakan nanti" Celine mengelus rambut Cia dengan pelan.
"apa hanya itu yang ingin kamu ceritakan?" tanya tante Celin lagi.
"iya tan, Cia merasa sudah lebih baik sekarang karena Cia mampu mengontrol emosi dan menghadi berdebat deng orang" jawab Cia dengan semangat yang sudah kembali.
"Tante cuma mau bilang, kamu memang harus berhati-hati dengan siapapun Ci. Jika ada yang mendekatimu juga harus hati-hati, tapi kamu tidak boleh menyama ratakan semua pria. Kamu bisa mempercayai seseorang yang memang hati kecilmu ingin percayai. Tapi ingat, berikan rasa percayamu itu 50% saja Ci, karena saat dia menipumu, kamu tidak akan terlalu kecewa" nasihat Celine pada Cia.
"sesuatu yang mulai Cia terapin akhir-akhir ini tan. Saat menyukai seorang pria juga Cia akan menyukai secukupnya. Agar tidak ada yang bisa menyakiti Cia. Karena pada dasarnya yang mampu melindungi kita ya diri kita sendiri" Cia tersenyum lagi.
Mereka keluar dari ruangan bersama. Celine menyuruh Cia untuk istirahat di ruang tamu sembari menunggu Zara. Sebelumnya Celine menyuruh Cia istirahat di kamar Zara tapi dia tidak mau. Cia merasa itu terlalu lancang meskipun mereka baik, tapi jika tidak ada orang di dalamnya kan tidak boleh. Cia segera merebahkan tubuhnya hingga tak lama kemudian matanya terpejam pelan, dia tertidur.
"kakak, Bangun kak" Zara menepuk bahu Cia yang tertidur itu dengan pelan. Cia membuka matanya dan tersenyum menatap Zara yang bersimpuh di atas kasur tepat di sampingnya.
"ini jam berapa Ra?" tanya Cia yang saat ini sudah bangun daei posisi rebahannya.
"jam tiga kak, sekarang kakak mandi saja dulu, kita akan pergi sama mama ke suatu tempat"
Cia menatap Zara yang nampak sudah sangat rapi, berarti tinggal menunggu dirinya saja. Cia berjalan dengan cepat menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya.
"Mama? Zaki mau ikut ya ya?"
Cia dan Zara menatap Zaki yang sedari tadi merengek pada mamanya untuk ikut, sedangkan tante Celine selalu melarangnya.
"Yaudah ayo, bawa mobil kamu saja" tante Celine akhirnya setuju Zaki ikut.
Mereka bertiga segera memasuki mobil yang di kendarai Zaki, yang duduk di depan bersama Zaki adalah tante Celine. sedangkan Cia dan Zara di belakang.
Sekitar 30 menit mereka akhirnya sampai di tempat tujuan. Ternyata tante Celine membawa mereka ke kota tua. Mereka mulai berjalan bersama menyusuri area kota tua. Dari mulai Art Street Kota Tua untuk melihat para seniman jalanan, dari mulai pengamen, cosplay, dan pantomim yang berkostum zaman penjajahan.
"Setelah ini kita ke mana ma? Seru banget melihat pertunjukan yang ada di sekitar" ucapan Zara yang antusias itu di ikuti dengan anggukan kepala Cia yang sama antusiasnya.
"ke taman dan museum Fatahillah. Mama mau lihat koleksi keramik di sana" jawab tante Celine.
Zaki yang mulai bosan mengikuti tiga perempuan itu. Zara yang beberapa kali ke kota tua tetap saja sangat antusias ke sana.
"Setelah itu kita makan ya ma?" pinta Zaki.
"iya. Kamu ini tau makan aja" mereka kembali berjalan ke taman Fatahillah yang baru pertama kali Cia datangi.
Cia melihat dengan nyata pemandangan kota tua yang selama ini dia hanya melihatnya dari postingan di sosial media. Luas dan indah. Banyak orang yang berlalu lalang di sana.
Mereka mulai memasuki museum Fatahillah. Cia tentu takjub melihat barang peninggalan zaman Belanda itu, dari mulai keramik, mabel dan senjata yang benar-benar terlihat indah.
"ternyata seru ya Ra kalau berjalan-jalan di museum, banyak cerita yang kita ketahui" Cia berbicara dengan Zara.
"iya kak, meskipun Zara sudah beberapa kali ke sini. Zara tetap menimatinya" mereka berempat terus berjalan melihat-lihat barang-barang zaman dulu.
Setelah keluar dari museum Fatahillah. Mereka berjalan ke arah Cafe Batavia untuk makan. Zaki sudah lapar di jam lima sore. Tante Celine membawa mereka ke lantai dua, satu per satu mulai menyebukan pesanannya. Yang mereka pesan berbeda-beda, mulai dari Sop buntut goreng, sop buntut kuah, nasi campur meneer yang nasinya bisa request nasi putih atau nasi kuning, nasi itu disajikan dengan sate ayam, rendang, telur balado, urap tongseng, terong balado, juga nasi goreng Batavia yang di pesan Cia. Untuk minum mereka memesan Jus yang juga berbeda-beda, karena selara kan nggak harus sama. Sedangkan untuk Dessert mereka memesan Banana waffle, Blueberry pancake, dan dua Ogy ice cream.
Cia menatap seluruh ruangan yang bergaya Vintage itu. Sangat terlihat elegan dengan lampu kuningnya. Mereka segera makan apa yang baru saja di hidangkan oleh waiters.
"Ternyata beneran enak ya makanan di sini" ucap Cia setelah menyuap sesendok nasi goreng di piringnya.
"bener kan? Makanya tadi Zaki maksa ikut ya karena ini tujuan Zaki kak" ucap Zaki cengengesan.
"makanya mama nggak mau ngajak kamu. Karena sudah tau niat kamu Ki" ucap Tante Celine dengan sinis.
"tapi nggak apa, kan ini kamu yang bayarin" lanjut tante Celine dengan tersenyum. Mata Zaki langsung melotot saat mendengarnya.
Setelah memakan dessert yang memang terasa sangat lezat. Mereka kembali melanjutkan jalan-jalan. Mereka melewati jembatan kota Intan atau biasa di sebut Engelse Burg, Cia melihat dengan penuh takjub karena pertama kali dia datang ke kota tua. Katanya jembatan kota Intan ini adalag jembatan tertua di Indonesia karena di bangun semasa pemerintahan Voc.
Setelah para perempuan berfoto beberapa kali dan Zaki sebagai tukang fotonya. Mereka kembali berjalan melewati Menara Syahbandar dan museum bahari yang memang berdekatan. Selanjutnya mereka masuk ke Museum Bank Indonesia untuk melihat koleksi uang kertas yang pernah beredar di masa lalu.
Mereka kembali lanjut berjalan memasuki Museum Seni Rupa dan Keramik. Salah satu cagar budaya yang di lindungi negara dan jarang di temui di zaman sekarang. Banyak yang mereka lihat, namun ada beberapa tempat juga yang mereka lewati.
Setelah jam 8 malam, mereka memutuskan untuk pulang dengan mengantar Cia terlebih dulu. Sebelum sampai tempat kos Cia, mereka kembali berhenti di supermarket untuk membeli beberapa cemilan. Cia hanya membeli air putih karena dia memang haus, dia juga masih memiliki cemilan serta susu kotak yang di belinya beberapa hari lalu.
"Ini untuk kamu Ci. Buat makan di kos kalau kamu pingin ngemil" ucap Celine, dia memberikan sekantong Cemilan pada Cia.
"nggak usah tan. Cia masih punya cemilan di kamar" Cia menolaknya dengan halus.
"kakak terima saja. Tadi Zara yang beli buat kak Cia, kalau kakak menolak, Zara bakalan marah sama kakak" Zara akhirnya angkat bicara karena Cia terus menolak.
"Baiklah. Terima kasih untuk waktu yang kalian berikan untuk Cia hari ini Tante, Zara dan Zaki" ucap Cia dengan senyuman tulus sebelum turun dari mobil Zaki.
"sama-sama Ci. Lain kali kita jalan lagi bersama, tanpa Zaki tentunya" uca Celine yang juga menggoda Zaki.
Cia tertawa mendengar itu.
"Sekali lagi terima kasih tan" Cia melambaikan tangannya saat mobil itu mulai berjalan meninggalkan Cia di depan kosnya.
Cia berlari kecil memasuki kamar kosnya. Dia merasa sangat senang hari ini. Dia baru ingat saat berganti baju jika baju yang dia pakai sebelumnya ini masih baju milik Zara.
Ting..
"jalan ke mana aja Ci? Kok baru pulang"
"dari kota tua mas Chan"
"lain kali kita jalan ke sana"
"kamu pasti belum mengunjungi keseluruhannya"
"Kok mas tau?"
"mas tau semuanya"
"si paling tau"
Pesan mereka berhenti sampai sana, Cia segera merebahkan dirinya untuk tidur. Padahal dia bangun jam tiga tapi baru jam 9 dia sudah sangat mengantuk, mungkin karena lelah setelah berjalan jalan.
.
.
...****************...