Sabar bukan berarti lemah,bertahan bukan berarti bodoh.Itulah ungkapan Arumi menjalankan rumah tangganya.
Sejak menikah, Arumi harus banting tulang cari nafkah untuk suami, anak dan juga mertuanya.Tapi apa yang di dapatkan Arumi, hanya perlakuan kasar dari suaminya
Setelah mendapatkan kekerasan rumah tangga.
Apakah Arumi masih akan mempertahankan rumah tangganya?
Jika ingin tahu kelanjutan ceritanya ikutin terus ya..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Selviana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20 Sebenarnya
Sebenarnya Gerry sudah menceritakan pada ibunya tentang Arumi yang berasal dari keluarga kaya raya.Hingga tawaran itu membuat Sarita ikut tergiur melihat uang sebanyak itu.Lalu wanita itu menarik tangan putranya menjauh dari Ayah Arumi.
"Ada apa sih,Bu?"
" Dengan uang sebanyak itu, kita bisa beli rumah lebih besar dari rumah ini dan juga buat usaha ,supaya kita ada penghasilan."Sarita ingin putranya memilih uang karena uang adalah segalanya.
"Tapi dengan mempertahankan pernikahanku dengan Arumi. Kita akan mendapatkan uang lebih banyak lagi,"pikirnya.
"Jangan bodoh kamu!! Apa yang akan kamu dapatkan jika Arumi sendiri tidak mau lagi dengan mu? Bahkan ayahnya saja tak menginginkan kamu jadi menantunya.Toh... bukan berarti setelah kalian bercerai tidak bisa lagi bersama."
"Maksud ibu apa?" tanya Gerry yang tidak paham.
Lalu wanita itu membisikkan sesuatu pada putranya hingga Gerry tersenyum miring dengan seringai licik tergambar jelas di wajahnya.Setelah itu, mereka kembali menemui Ayah Arumi.
" Bagaimana?" tanya Irawan yang kini menunggu jawaban dari Gerry.
Tanpa berpikir panjang lagi,Gerry segera menandatangani surat cerai tersebut hingga pria itu resmi bercerai dengan Arumi.
++++++
Malam pun telah tiba, Arumi baru saja selesai Sholat Magrib.Dia termenung, saat memikirkan perkataan ayahnya tadi sore.Bahwasanya ada tamu yang akan datang ke rumah, untuk acara makan malam.
'Siapa ya... tamu yang dimaksud ayah?' batinnya.
Ternyata sepulang dari rumah Gerry, Irawan menyampaikan hal itu pada Arumi membuat wanita itu jadi penasaran, apalagi dia di meminta untuk berpakaian rapi.Padahal, dia sendiri masih mengunakan baju tidur.
"Kenapa kamu belum ganti baju?" celetuk Aleta yang baru saja memasuki kamar Arumi.
"Ini aja ya,Mi? Lagi pula itu hanya acara makan malam di rumah," ucap Arumi.
"Tidak sopan menggunakan baju tidur di depan tamu Ayah kamu.Cepat sana ganti baju! jangan buat Ayah kamu marah!" protes Aleta.
" Baiklah,Mi."
Arumi menuruti keinginan maminya lalu membuka lemari dengan mencari baju yang pas untuk digunakan.Sementara Aleta sendiri memilih pergi dari kamar putrinya yang lagi ganti baju.
Arumi
" Sepertinya, ini sudah cocok buat acara makan malam," ucap Arumi dengan menatap penampilan dia di depan cermin.
Setelah itu, Arumi pergi ke kamar Aqilah supaya putrinya juga bersiap-siap untuk turun ke lantai bawah.
++++
Sementara Angga menggunakan kemeja putih disertakan celana chinos yang nampak sempurna.Lalu ayah dan maminya sudah siap untuk pergi.Hanya saja, Gilang tidak ikut dengan mereka yang masih ngambek di kamarnya.
Tak berselang lama,akhirnya mereka tiba di kediaman Irawan hingga mereka masuk lalu Irawan menyambut mereka dengan hangat.
"Silahkan duduk! Terima kasih... kalian sudah menyempatkan waktunya untuk datang ke rumah kami."
"Justru kami yang berterima kasih sudah mengundang kami makan malam," sahut Baskoro sambil tersenyum ramah.
Namun tatapan Angga, seperti mencari seseorang.Siapa lagi bukan Arumi? Sehari saja tidak bertemu dengan wanita yang dia sukai, rasanya setahun.Seperti halnya makanan, jika tidak di kasih garam rasanya hambar begitu juga dengan Angga ,tanpa Arumi hidup terasa hambar.
Pucuk dicinta ulam pun tiba, wanita yang ingin dia temui akhirnya muncul juga yang lagi turun tangga bersama Aqilah.Lalu tatapan Angga lurus ke arah Arumi, tanpa mengedipkan matanya hingga pria itu menelan salivanya saking terpesona dengan kecantikan Arumi.
" Ya Tuhan...sungguh cantiknya ciptaan mu! Semoga dia jodohku," ucap Angga dalam hati dengan penuh harapan.
Arumi menghentikan langkahnya saat melihat Angga yang kini duduk di sofa bersama orang tuanya.Lalu Aqilah berlari memeluk Angga.
"Aku senang,Om datang ke sini!" kata Aqilah.
"Om, juga senang bertemu Aqilah," jawab Angga sambil menyentuh pipi tembem Aqilah.
Namun wanita itu masih bengong tidak mengerti dengan maksud ayahnya dengan mengundang mereka untuk makan malam.
" Arumi, kemari!"panggil Irawan.
Lalu Arumi mendekati ayahnya dengan perasaan tegang dan gugup.
" Kenapa berdiri? Ayo, duduk di samping Angga! titah Irawan dengan sengaja.
Sontak Arumi kaget.Seakan ayahnya ingin mendekatkan dia dengan Angga.Kemudian dia duduk di samping pria itu dengan perasaan cemas.
"Ada apa ini,Yah...?" tanya Arumi yang masih nampak bingung.
"Perusahaan ayah dan perusahaan Angga akan melakukan kerjasama. Aku mau kamu yang menandatangani dokumen itu. Karena perusahaan ayah, akan aku serahkan padamu," terang Irawan.
Sebenarnya banyak hal yang ingin ditanya oleh Arumi.Hanya saja, tidak enak hati untuk menyampaikan di saat Angga sendiri bersama orang tuanya ada di sampingnya.Hingga wanita itu hanya mengikuti keinginan ayahnya.
"Jika itu keputusan ayah, akan aku tanda tangan.Tapi dokumen nya mana?"
Angga segera memberikan dokumen itu lalu Arumi menandatangani sebagai kerjasama.
Hufff....
Angga bernafas lega setelah Arumi menandatangani dokumen tersebut, begitu juga dengan Baskoro dengan Dewi karena itu yang mereka inginkan.
"Semoga...kerjasama ini menguntungkan perusahaan kita berdua,"ucap Baskoro.
"Aku berharap seperti itu.Tapi kapan produk itu di kirim ke perusahaan kami?"tanya Irawan untuk memastikan.
" Besok segera kami kirim," sahut Baskoro.
Hingga dua orang itu asyik berbincang dengan masalah keuntungan tanpa memikirkan ada kerugian kedepannya.Tetapi Arumi dan Angga hanya diam walaupun sebenarnya pria itu ingin menyampaikan sesuatu pada Arumi.Namun, pria itu malu untuk mengungkapkan di depan orang tuanya dan juga di depan orang tua Arumi hingga memilih diam.
"Jika Papi terus bicara, tamu kita ini akan kelaparan." tegur Aleta pada suaminya membuat Baskoro dan Dewi tertawa begitu juga dengan Angga.
Berbeda halnya dengan Arumi yang hanya tersenyum simpul.
"Astaga! Papi, sampai lupa."
" Santai aja,Pak Irawan."
"Oh... tidak boleh seperti itu!Nanti kalian pulang, mengatai kita pelit makanan lagi"canda Irawan.
"Rupanya anda ini lucu?" kata Baskoro.
" Ah.. tidak juga!" Irawan tidak mau dianggap lucu.
Setelah itu, Irawan mempersilahkan mereka pindah di ruang makan.Dengan berbagai menu masakan yang sudah siapkan oleh Bi Sum di atas meja makan.
"Sebelum aku masuk ke sini.Aku tertarik dengan desain Balkon di lantai tiga yang nampak unik!Apa boleh aku naik ke atas?Di temani anak Om, aku takut nyasar," ucap Angga.
"Hem...ya tentu saja boleh," sahut Irawan yang sudah paham jelas kalau Angga ingin berduaan dengan putrinya.
' Alasan Angga tidak masuk akal banget? Sebenarnya dia mau apa sih " batin Arumi yang masih kecewa terhadap Angga.
"Rum, temani Angga!" pinta Irawan.
" Iya,Yah..."ucap Arumi yang hanya nurut kata ayahnya.
Saat menaiki tangga menuju lantai tiga, Angga menyampaikan apa yang ingin dia sampaikan.
"Sekarang sikap kamu dingin terhadap aku! Kenapa,Rum? Dari tadi kamu hanya diam dan itu membuat hatiku sakit,"ucapnya lirih.
'Hatiku lebih sakit, saat kamu tidak menjengukku di rumah sakit' batin Arumi.
Namun, belum ada respon sama sekali dari Arumi hingga mereka tiba di atas Balkon di lantai tiga dengan hembusan angin yang terasa dingin untuk Arumi.
Saat itu, Angga meraih tangan Arumi hingga wanita itu sontak kaget.Entah kenapa, jantung dia berdetak begitu kencang saat pria itu menyentuh tangannya.
"Sebenarnya aku---"
Tetep berusaha saling percaya dan menyemangati Arumi bersama Angga ...hati" jng mudah luluh dan waspa ma gilang laki" pecundang tempat ttp sampah
kayak gaji umr staff biasa..