Annisa,seorang perempuan yang bekerja sebagai pelayan restoran dan tinggal di lingkungan pesantren dan diam2 mengagumi gusnya.Dia tinggal bersama ibu dan adik perempuannya yang bernama syifa.Hingga suatu ketika ibunya meninggal dan keadaan menjadikan Annisa di suruh tinggal di kediaman gus tersebut, karna sangat adik juga sedang mengenyam pendidikan di pondok pesantren itu.Hari-hari Annisa pun berubah, dia di hadapkan dengan persoalan dan orang-orang yg belum pernah di temui sebelumnya. Kira-kira akan seperti apa Annisa akan melewati perjalanan hidupnya kali ini? Apakah kekaguman nya terhadap gus nya akan bersambut...?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mbak imey mey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KABAR DARI GUS RASYA
BAB 20
"Sebenarnya apa yang sedang kalian bicarakan?"
Salamah mencoba menenangkan dirinya, jujur saat ini jantungnya berdetak sangat kencang, ia khawatir kalau Maya sudah mengungkapkan semuanya.
"Apa benar kau ada urusan dengan Maya?"
Tiba-tiba pertanyaan itu membuat Salah jadi salah tingkah, entah dia harus menjawab apa.
"Salamah?"
Ustadz Syahroni memastikan bahwa Salamah mendengar pertanyaannya barusan.
"Iya... kak.. itu.. em.. anu.. emm"
"Jawab kakak Salamah,kakak gak bisa basa basi"
"Sudah aku bilang Roni, dia itu ada urusan denganku, jadi mungkin dia hanya mau bicara denganku"
"Diam kamu Maya!!! aku tidak bicara denganmu"
"Kak.. aku hanya ingin berbicara sebentar dengan mbak Maya, boleh ya?"
"Kenapa kamu tidak izin sama kakak tadi pagi, kenapa harus diam-diam, apa ada sesuatu yang kamu sembunyikan?"
"Maaf kak, soalnya mbak Maya ngajaknya dadakan"
"Hei.. Salamah, aku ngajaknya dari kemarin ya, bukan dadakan seperti yang kamu bilang, enak saja menfitnah ku seperti itu"
Salamah tidak mengerti kenapa Maya tidak bisa di ajak kerja sama,seolah olah malah dia sengaja membuatnya terpojok.
"Aku memang mengajaknya bertemu, tapi tidak dengan yang di katakan nya barusan, adikmu ini ternyata pintar memanipulasi ya"
"Cukup... hentikan semua ini, lebih baik sekarang bereskan urusan kalian, dan pastikan ini adalah terakhir kali kalian bertemu, orang yang kutunggu akan segera datang, sekarang kalian pergi, cari tempat lain, dan jangan menggangguku..kamu Salamah, sampai rumah kamu harus ceritakan semuanya pada kakak mengerti?"
"Iy... iya kak"
"Roni.. kamu jangan terlalu keras pada adikmu,kan aku yang mengajaknya bertemu, kamu tenang saja kami tidak akan macam-macam,..
Maya menjelaskannya dengan logat lembut yang di buat-buat, Salamah yang mendengarkan dan melihatnya jadi agak geli.
" Sudahlah... aku tidak mau membahasnya sekarang"
"Baiklah kami pergi,jaga dirimu Roni sampai bertemu kembali"
Maya berpamitan dengan cara menyentuh lengan ustadz Syahroni,dia terkejut dengan sentuhan itu lalu dengan cepat ia menghindar. Maya tersenyum remeh.
"Tidak apa-apa mungkin kamu belum terbiasa, bye... "
"Wa'alaikumussalam... "
Ustadz Syahroni sangat heran dengan kelakuan Maya seraya mengucap istighfar.Maya dan Salamah pun pergi ke tempat lain. Ustadz Syahroni melihat jam di pergelangan tangannya.
"Kenapa dia belum datang?"
Dia bergumam karena mungkin sudah satu jam dia menunggu tapi orang yang di tunggu belum juga menampakan diri.Tanpa dirinya sadari ada seseorang yang dari tadi sebenernya sudah berada disana, tapi dia memilih untuk bersembunyi terlebih dahulu.Setelah dirasa aman dan tenang dia akan muncul.
"Assalamu'alaikum pak ustadz"
Seorang gadis manis berumur 19 tahun, menyapa dengan senyuman manis.
"Wa'alaikumussalam"
Ustadz Syahroni menjawab salam dari gadis manis itu, sejenak ia terpana dengan senyumannya, ya gadis itu adalah cinta pertama ustadz Syahroni, tapi dia hanya bisa mengaguminya dalam diam, dia tidak berani mengungkapkannya.Hatinya berkata apakah bisa mencintai seorang Ning? ya dia adalah Ning Risa, orang yang di telfonnya kemarin sore.Sesungguhnya jika ada Gus Rasya, dia akan memilih bertemu dengan Gus Rasya dari pada Ning Risa, sebab ia tak mau menjadi seperti ini, gugup dan tak bisa berkata-kata.
"Ustadz sudah lama nunggu nya, maaf ya"
"Ti.. tidak Ning, saya belum terlalu lama"
Ning Risa tersenyum, padahal dia tahu bahwa ustadz Syahroni udah 1 jam disini, dan dia melihat semua kejadian tadi.
"Ning mau pesen apa?"
"Emm... aku mau cappucino saja"
"Sebentar ya aku pesan kan, mas... "
Ustadz Syahroni memanggil waiters dan memesan cappucino untuk Ning Risa.
"Sebenernya ada apa ustadz mau bertemu saya?"
"Sebenarnya ada yang mau saya katakan,saya mau minta maaf atas kelakuan adik saya, Salamah,karena dia sudah membikin malu keluarga Ning"
"Oohhh... gak pa-pa ustadz, itung-itung buat hiburan, biar gak spaneng"
Jawaban dari Ning Risa membuat ustadz Syahroni melongo tak percaya.
"Tapi bukannya kelakuannya sudah keterlaluan Ning?"
"Bukan orangnya yang keterlaluan, tapi sifat dan sikapnya,,"
ustadz Syahroni terdiam dengan jawaban Ning Risa.
"Seseorang itu bisa seperti itu karena mungkin waktu kecil dia selalu mendapatkan apa yang dia mau, sekarang kemauan itu berubah menjadi obsesi, udah gak heran ustadz, kalau banyak yang suka sama mas Rasya, sekarang tinggal mas Rasya nya aja gimana"
"Demi Allah Ning, saya tidak mengira akan menjadi seperti ini, saya malu Ning, apalagi dengan ummi dan abbah"
"Waktu itu abbah gak ada ustad, jadi aman, gak tahu apa yang akan terjadi kalau watu itu ada abbah,tapi mungkin sekarang abbah udah tahu deh kayaknya"
"Mungkin ummi sudah cerita"
"100 untuk ustadz Syahroni yeeeee... "
Ning Risa bertepuk tangan seperti ada yang menang di perlombaan.
"Ning datang kesini, ummi tahu kan?"
"Ya iyalah ustadz,kalau sampai gak tahu, aku pasti di cincang sama ummi"
"Syukurlah"
"Tenang aja ustadz,ummi gak marah kok,tapi agak merinding dan geli iya hehe.."
"Gus Rasya masih lama ya pulangnya?"
"Masih, oh ya ustadz gak kasih tahu mbak Salamah kan kalau mas Rasya ke Kairo?'
" Tidak"
"Hufff... syukurlah, kalau ustadz kasih tahu mbak Salamah,aku akan dimarahi ummi,tapi sebenarnya kalau pun tahu juga gak mungkin mbak Salamah mau nyusul kesana"
"Salamah itu orangnya nekad Ning, apalagi sekarang dia punya temen, yaitu sepupunya sendiri?"
Ning Risa berpikir apakah sepupunya itu adalah wanita yang pertama kali menemui ustadz Syahroni?.
"Ooohhh... yang pakai baju seksi tadi ya? UPS!!!"
*Yahh.. keceplosan*
Ning Risa segera menutup mulut dengan kedua tangannya.
"Duuhh kenapa sih ni mulut gak bisa kerja sama"
"Ning... kamu"
"Ah.. eng.. enggak ustadz.. saya hanya asal ngomong.. beneran kok"
"Kalau memang sudah melihat tidak apa-apa, kenapa harus sembunyi?"
"Maaf ustadz,saya pikir pembicaraan kalian berdua sangat penting,kelihatannya dia suka sama ustadz"
"Siapa yang Ning maksud?hem.. "
Sungguh pertanyaan dari ustadz Syahroni membuat hati Ning Risa menjadi tak karuan, apalagi di tambah dengan suara deep nya yang seksi,dan tatapan mata ustadz Syahroni yang tajam, haduuuhhh... Ning Risa menjadi tidak kuat.
"Ya... ya yang tadi, kan saya gak tahu namanya"
"Maya.. namanya Maya, dia masih sepupu, tapi sepertinya Ning memang benar, dia menyukai saya"
"WHAT...!!!!"
Suara kaget Ning Risa menggema di seluruh kafe,dan akibatnya semua orang melihat ke arah mereka, ustadz Syahroni pun yang tadinya sedang meminum kopinya jadi tersedak.
"Uhuk.. uhukk... uhuk.."
"Eh... ustadz ma.. maaf.. tadi kaget ya? hehe "
"Tidak.. tidak pa pa"
"Jadi sekarang gimana,apa rencana kita ustadz?"
"Abbah... apa Rasya sudah telfon hari ini?"
"Sudah tadi, dia bilang katanya salam buat ummi"
"Hah.. kapan telfonnya kok ummi gak di kasih tahu"
"Tadi pas ummi tidur"
"Terus dia bilang apa saja?"
"Kalau tidak salah, kuliahnya akan di majukan menjadi 2 tahun"
"Kenapa bisa begitu bah?"
"Ya karena anak ummi itu pintar, dia bisa lebih cepat menguasai pelajaran"
"Berarti dengan kata lain, anak kita akan pulang lebih cepat?"
"Ya mungkin saja seperti itu"
Ummi Fatimah yang mendengar penjelasan dari abbah, seketika excited, ummi memeluk abbah Rasyid erat, beliau begitu bahagia mendengar Gus Rasya akan pulang lebih cepat.
"Tapi abbah,sekarang baru 6 bulan Rasya pergi, jadinya masih lama,dan juga apa Annisa sudah tahu?"
"Sepertinya belum, dan untuk anak kita Rasya, tidak terasa sudah 6 bulan dia pergi,ummi jangan galau ya, kita tunggu sampai anak kita pulang"
"Apakah ummi harus memberitahu Annisa Abbah?"
"Kalau menurut abbah sebaiknya jangan dulu, karena rencana bisa saja berubah,niat abbah baik, supaya yang menunggu tidak akan kecewa"
"Heemmm... ya ummi paham"
"Dan ada satu kabar lagi yang harus ummi dengar dan ini juga menyangkut masa depan Rasya"
"Ada bah?"
"Ummi kenal Nasrullah?"
"Ya ummi sekedar tahu,kalau tidak salah istrinya bernama Aisyah, memangnya kenapa bah, dan apa hubungannya dengan anak kita"
"Anaknya Kyai Nasrullah juga kuliah di Kairo,satu kampus dengan Rasya, satu jurusan tapi beda gedung"
"Lalu???"
"Mereka kan sekarang tinggal di sana untuk menemani anaknya yang sedang kuliah, dan secara tidak sengaja bertemu dengan anak kita"
"Intinya saja bah jangan buat ummi pusing"
"Mungkin kamu sudah bisa menebaknya"
"Jangan bilang jika mereka mau menjodohkan anaknya dengan anak kita"
Abbah menganggukkan kepala yang artinya memang benar.
"Apa mereka yang menelfon abbah?"
"Ya tadi pagi sebelum Rasya telfon"
"Lalu abbah jawab apa"
"Abbah jawab kalau abbah ikut keputusan Rasya"
Ummi menghela nafas lega, sekaligus khawatir.
"Kenapa banyak sekali cobaannya"
"Cobaan datang supaya kita bisa jadi lebih kuat"
"Iya perasaan dulu waktu kita mau nikah gak seperti ini"
"Ehhhhh... abbah dulu banyak penggemarnya loh"
"iya.. si paling banyak penggemar"
"Jangan ngambek gitu, sekarang kan abbah cuma milik ummi seorang"
"Iihhh si abbah, belajar gombalan dari mana?"
"Dari buku yang di kasih Risa kemarin"
"Buku apa bah"
"Buku yang isinya, cara membuat pasangan supaya lebih romantis"
"Hadeehhh... dari mana Risa dapat buku itu?'
" Ya beli mungkin, atau punya temannya"
"Huff anak itu,kemana dia, kenapa sampai sekarang belum pulang?"
"Memangnya tadi dia pamitnya mau kemana?"
"Katanya mau bertemu Ustadz Syahroni,"
"Ustadz Syahroni?, dia sendirian?"
"Dia di temani oleh Nayla dan Putri, santri ndalem kita"
"Ada perlu apa dia bertemu dengan Ustadz Syahroni?"
"Ya mana ummi tahu,katanya cuma ada urusan sebentar gitu"
"Apa ada sesuatu yang terjadi selama abbah pergi kemarin?"
"Emmm... tidak.. tidak ada"
"Jangan bohong ummi,abbah tahu ummi bohong atau tidak"
"Itu.. iya.. sebenarnya kemarin Annisa datang kesini bersama seseorang,dia Salamah,teman kuliah Rasya"
"Lalu.. apa yang terjadi?"
"Dia kesini untuk bertemu Rasya"
"Memangnya ada urusan apa?"
"Dia menyukai Rasya"
Abbah melongo mendengar pernyataan ummi,yaa sekarang abbah paham apa yang di maksud ummi, begitu banyak cobaan yang datang.
"Kasihan Annisa bah,saingannya banyak,dan bukan anak sembarang orang, ummi bisa merasakan betapa minder nya Annisa nanti, ya ada satu yang kelakuannya nauzubillah"
"Siapa memangnya?"
"Salamah,dia membuat semua penghuni di sini keluar karena perbuatannya,Risa di suruh merekam adegan dimana dia mengutarakan maksud dan menunjukan bahwa dia sudah berubah dengan mengenakan pakaian syar'i nya"
"Bukankah Salamah itu adik dari ustadz Syahroni?, apa ini ada kaitannya dengan perginya Risa menemuinya?"
"Mungkin seperti itu bah"
"Ya sudah biarkan saja, yang penting dia ada yang menemani, supaya tidak menimbulkan fitnah"
Malam pukul 22:00,Annisa belum bisa memejamkan mata, ya hari ini dia mendapat shif pagi. Entah kenapa ada rasa yang tidak enak di hatinya, apa karena dia sedang rindu?itu pasti, tapi apakah hanya itu saja, tidak.Tadi setelah sholat maghrib ia mendapat WA dari nomer tak di kenal, dia mengancam akan mencelakai orang yang paling disayang di hidupnya, jika masih berharap menikah dengan Gus Rasya. Ingin dia curiga bahwa yang mengirim itu adalah Salamah, tapi dia tidak ada bukti.Annisa di liputi kegelisahan, dia tidak tahu harus membicarakan hal ini kepada siapa. Ia hanya bisa berharap tidak akan ada yang terjadi apa-apa dengan keluarganya, orang yang paling di sayang,orang yang paling dia sayangi adalah ibunya.Saat dia berpikir bagaimana cara melindungi ibunya,Hpnya berdering, ia meraih nya dan melihat nama yang tertera di sana"Gus Rasya",Annisa segera menggeser tombol hijau.
"Assalamu'alaikum Gus"
"Wa'alaikumussalam, calon istriku"
Annisa tak bisa menyembunyikan perasaan malunya saat ini, ada apa ini, kenapa moodnya cepat sekali berubah.
"Tidak usah malu Annisa,aku tahu kami sekarang pasti sedang menyembunyikan wajahmu yang merah itu"
"Ahh... tidak.. tidak ada,wajah siapa yang merah?"
"Benarkah.. padahal aku suka dengan wajahmu yang seperti itu"
"Emm.. Gus jangan menggombal"
"Kenapa?kamu tidak suka?"
"A... aku.. aku tidak bisa membalasnya"
"Hahahahahahahaha.... kamu lucu Annisa, aku semakin merindukanmu, aku ingin segera pulang dan bertemu denganmu, lalu menikahimu dan kita akan bersama selamanya"
"Apa.. Gus yakin dengan saya?"
"Apa maksudmu Annisa, apa kamu sudah lupa dengan janji yang ku buat?"
"Bukan seperti itu, aku ingat dengan janji itu,tapi bagaimana disana, apa sama sekali tidak ada satupun wanita yang memikat hatimu Gus?"
"Tidak ada"
"Yakin?"
"Ya"
"Masa sih, padahal wanita disana terkenal cantik dan pintar"
"Aku sudah punya kamu,kamu cantik dan pintar, sama kan yang ada disini?"
"Hemm... Gus"
"Ada apa hem.... ceritakan semuanya Annisa, aku ingin mendengar suaramu lebih lama"
"Nanti pulsa Gus Rasya habis"
"Tidak apa apa, bicaralah aku akan mendengarkan"
"Sebenarnya siapa Salamah?"
"Salamah?dia teman kuliahku, ada apa, kamu bertemu dengannya?"
"He.. emm.. aku sempat membawanya menginap di rumah, dan mengantarnya ke pesantren, tadinya aku kira dia mauenjenguk santri, tapi ternyata dia mencari mu"
"Untuk apa dia mencariku?"
"Dia menyukai mu Gus, dia mengutarakan nya di ndalem, di depan ummi, aku, Ning Risa, dan semuanya, maaf Gus aku mnengadu soal ini"
"Lalu apalagi, hem, kamu cemburu?"
"Ada sedikit, tapi lebih dominan mengarah
ke sakit hati"