NovelToon NovelToon
Kembalinya Sang Dewa Kegelapan

Kembalinya Sang Dewa Kegelapan

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Balas Dendam / Kelahiran kembali menjadi kuat / Perperangan / Balas dendam dan Kelahiran Kembali
Popularitas:3.5k
Nilai: 5
Nama Author: Ash Shiddieqy

Perang terakhir umat manusia begitu mengerikan. Aditya Nareswara kehilangan nyawanya di perang dahsyat ini. Kemarahan dan penyesalan memenuhi dirinya yang sudah sekarat. Dia kehilangan begitu banyak hal dalam hidupnya. Andai waktu bisa diputar kembali. Dia pasti akan melindungi dunia dan apa yang menjadi miliknya. Dia pasti akan menjadikan seluruh kegelapan ada di bawah telapak kakinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ash Shiddieqy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 19 - Pil Tingkat Surga

"Tunggu! Itu kan pil Golden Core. Dari mana ibu mendapatkan ini?" Aditya terlihat sangat sangat terkejut saat melihat pil itu.

Pil Golden Core adalah pil yang memiliki tingkatan paling tinggi di antara pil Heaven Grade yang lain. Di kehidupan sebelumnya Aditya hanya pernah melihat pil ini satu kali yang terjual di sebuah pelelangan dengan harga yang sangat fantastis. Dia tidak mengira ibunya bisa memiliki pil ini.

"Ayahmu memberikan pil ini sebagai hadiah pernikahan kita dulu. Ibu tidak pernah menggunakannya karena ibu rasa barang seperti ini sangatlah berharga. Jadi ibu menyimpannya," jelas Almeera.

Aditya menelan ludahnya sendiri saat melihat pil itu. "Apa ibu yakin akan memberikannya padaku?" tanya Aditya ragu-ragu.

Almeera tersenyum lebar. "Tentu saja. Kamu adalah putra ibu satu-satunya. Seandainya ibu punya seribu pil seperti ini, ibu tidak akan ragu untuk memberikan semuanya padamu. Lagipula pil ini tidak akan terlalu berguna bagi seorang Archmage."

Aditya mengulurkan tangannya untuk mengambil pil itu dari dalam kotak yang dibawa ibunya. Dia masih belum benar-benar percaya dengan apa yang ia lihat. Kalau saja di kehidupan yang sebelumnya dia memiliki pil seperti ini, dia pasti akan menjadi salah satu orang yang berdiri di puncak dunia.

"Pergilah ke ruang bawah tanah untuk menyerap pil itu! Tidak akan ada orang yang mengganggumu di sana," ujar Almeera yang dijawab Aditya dengan anggukan kepala.

Aditya bangkit dari tempat duduknya untuk segera menuju ke ruang bawah tanah. Ia tidak sabar untuk melihat bagaimana efek pil itu pada dirinya. Dengan langkah cepat Aditya menuruni tangga lalu masuk ke ruang bawah tanah dan mengunci pintunya.

Setelah menyalakan lampu bohlam tua yang redup, Aditya duduk bersila di tengah ruangan. Ia mengamati pil di tangannya sejenak sebelum akhirnya ia masukkan ke dalam mulutnya.

"Come on. Jangan kecewakan aku!" guman Aditya sambil menelan pil itu kemudian menutup kedua matanya.

Tiba-tiba Aditya merasakan energi yang luar biasa kuat memenuhi seluruh tubuhnya. Dengan tenang Aditya berusaha untuk mengalirkan dan mengatur energi itu ke dalam jantung mana miliknya. Energi itu terasa semakin kuat sampai membuat pembuluh darah Aditya rasanya seperti akan meledak.

Aditya ingin sekali berteriak dan menghentikan semua ini, tapi dia memilih untuk bertahan. Terlihat otot di seluruh tubuh Aditya menegang karena menahan rasa sakit yang amat sangat. Nafasnya menjadi cepat dan keringat mulai membasahi tubuhnya.

Setengah jam berlalu begitu saja. Rasa sakit yang Aditya rasakan menjadi semakin parah setiap menitnya. Walaupun begitu semua tidak sia-sia karena Aditya dapat merasakan kalau ia akan segera menerobos. Hentakkan kuat di jantung mana miliknya menandakan sudah terbentuknya magic circle baru di sana.

"Ugh, apa-apaan ini?" keluh Aditya saat energi di dalam tubuhnya masih belum juga mereda. Dia tidak menyangka efek pil tingkat surga akan seintens ini. Energi itu benar-benar sangat agresif. Jika orang biasa menelan pil ini sudah pasti mereka akan mati.

Aditya kemudian mulai mengalirkan energi yang tersisa untuk memperkuat tubuh fisiknya. Dulu ia pernah mempelajari teknik penempaan tubuh dari salah satu 17 Saint. Namun saat itu Aditya sudah terlalu tua untuk menggunakan teknik itu dengan sempurna. Sekarang adalah saat yang paling tepat karena ia masih memiliki tubuh seorang remaja.

"Aakh." Aditya hampir berteriak saat merasakan otot dan syaraf tubuhnya seperti dikoyak-koyak sampai hancur. Dulu seingatnya proses penempaan tubuh tidak sesakit ini.

"Ayolah sialan!!! Aku tidak boleh gagal!!!" Aditya mengepalkan tangannya dengan sangat kuat untuk menahan rasa sakit sampai kuku jarinya menusuk telapak tangannya sendiri.

Rasa sakit yang dirasakan Aditya membuat waktu terasa berjalan sangat lambat. Ia tidak tahu kapan penderitaan ini akan berakhir. Ia sama sekali tidak bisa mengendalikan energi dalam tubuhnya hingga membuat energi itu terpancar menghantam ke segala arah. Yang dipikirkan Aditya di kepalanya saat ini hanyalah dia harus menjadi lebih kuat.

Setelah satu jam bergelut dengan rasa sakit akhirnya energi di dalam tubuh Aditya mulai tenang dan bisa ia kendalikan. Aditya menghela napas panjang lalu membuka matanya.

"Huh? Kenapa gelap sekali di sini?" guman Aditya saat ia tidak melihat adanya cahaya. Sepertinya lampu di ruangan itu sudah hancur karena terkena hempasan kekuatannya.

Dengan instingnya Aditya berdiri kemudian berjalan meninggalkan ruangan bawah tanah yang gelap. Ia segera menuju ke ruang tengah yang di sana sudah ada ibunya dan juga Farhan yang berdiri di samping pintu.

"Selamat karena sudah naik tingkat, Tuan Muda," ujar Farhan memuji sedangkan Almeera hanya tersenyum kecil saat melihat keberhasilan putranya.

"Jangan berbangga diri, Nak! Jalanmu masih panjang," tutur Almeera.

Aditya duduk di sofa yang ada di depan ibunya. "Tentu saja. Mana mungkin aku puas hanya dengan seperti ini."

Almeera mengangguk sebelum mengubah wajahnya menjadi serius. "Baiklah kalau begitu mari kita bahas rencana kita selanjutnya."

...****************...

"Apa yang terjadi padamu?" tanya Rio begitu Aditya duduk di sampingnya.

"Memang kenapa?"

"Jangan berlagak bodoh! Bagaimana kau bisa menembus circle ke lima?"

"Ya jelas karena aku ini kan sangat berbakat," timpal Aditya sombong. Ia tidak mengira Rio akan menyadari terobosannya segera setelah mereka bertemu.

"Ugh, sialan. Apa memang keluarga Nareswara seberbakat ini?" ucap Rio dengan frustasi. Dia sudah terjebak di circle keempat selama dua tahun tanpa ada tanda-tanda ia akan menerobos.

"Sayang sekali, sepertinya aku memang lebih berbakat darimu." Aditya berkata yang diikuti dengan tawa renyah yang membuat Rio semakin jengkel.

Rio tidak tahu bagaimana perasaan Aditya di kehidupannya yang dulu saat ia tertinggal begitu jauh dari Rio yang menjadi salah satu orang terkuat di dunia. Aditya berusaha keras menggunakan segala cara yang bisa ia lakukan untuk menjadi lebih kuat, tapi tetap saja saat itu ia bukan apa-apa dibandingkan Rio. Sekarang ia merasa sedikit senang karena memiliki kesempatan untuk melampaui Rio.

"Oh, iya. Senjata kita sudah selesai. Aku dapat info dari profesor Faisal tadi. Bagaimana kalau kita ambil sepulang dari akademi?" ajak Rio.

"Oke," balas Aditya. Akhirnya dia bisa mulai berlatih dengan tombak yang dibuat khusus untuknya. Dia hanya berharap senjata itu akan sesuai dengan apa yang ia bayangkan.

^^^Continued ^^^

1
Toto Marwoto
ceritanya sudah mulai tertata apik.....
selamat berkarya terus.....
Aixaming
Aku sudah jatuh cinta dengan karakter-karaktermu, thor.
Mafe Oliva
Ngasih feel yang berbeda, mantap!
Nia Achelashvili
Ngangenin banget!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!