Sebuah cerita yang berfokus kepada seorang remaja bernama Celvin Lloyd Relgi. Dia berangan-angan untuk menjadi seorang pahlawan kelas-S terkuat yang pernah ia dambakan. Bersama teman-temannya mereka pergi berpetualang dengan keseruan, candaan, suka dan duka akan mereka alami pada perjalanan mereka. Musuh-musuh yang menjadi lebih kuat seiring berjalannya waktu membuat Celvin ingin menjadi semakin kuat demi melindungi orang-orang yang ia pedulikan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Si Bogeng, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 15 Bagian 2: Kota yang Terkubur di Bawah Tanah
Aku kemudian terbangun di suatu tempat kosong yang hampa. Tampak seperti alam bawah sadarku tapi… entah mengapa hawanya terasa berbeda.
“Aqua!! Blaze!!... Aero!!... Siapapun. Tolong jawab aku!”
Teriakku dengan kencang, untuk mencoba memanggil para “The Elemental Origin”, namun tidak ada respon satu pun. Tak lama setelah itu, muncul sesosok entitas hitam yang memiliki aura yang sangat mencekam. Dia sedang melihat ke bawah dengan raut wajah yang tampak murung
“S-siapa kau?!!”
Tanyaku pada sosok hitam itu. Sosok itu kemudian mengangkat kepalanya dan menatap langsung ke arahku. Dia kemudian mengangkat tangannya dan…
*Snap!
Dia menjentikkan jarinya dan ruang yang awalnya hanya kehampaan dan kekosongan, kemudian berubah menjadi kota yang hancur dan terlihat hanya puing-puing saja, dengan api yang membakar seluruh kota. Aku yang kaget kemudian mundur sedikit dengan ekspresi yang shock.
T-tunggu… i-ini, kota Wicery kan?!!
“Apa…apa maksud dari semua ini?!!”
Sosok itu kemudian menunjuk ke suatu arah dan dengan tiba-tiba sebuah tumpukan mayat muncul dari sampingku. Aku sudah mulai ketakutan dan setelah melihat lebih dekat lagi, aku sangat terkejut atas apa yang kulihat.
“F-Finn?!! Amanda?!! Nevy?!! Dan… i-i-ibu?!!”
Aku melihat banyak sekali tumpukan mayat, dan kebanyakan dari mayat itu adalah orang-orang yang kusayang dan kupedulikan. Dengan gemetaran dan perasaan yang campur aduk, aku berteriak pada sosok itu.
“Apa…APA MAUMU HAH?!!!”
“...”
Tampaknya tak ada respon. Dan seketika, lantai yang kupijak berubah menjadi darah dan suasana mulai tambah mencekam, dengan darah yang tiba-tiba mengalir dengan deras dari berbagai sisi—mulai memenuhi ruangan. terlihat dinding dan atap mulai berubah menjadi kumpulan wajah manusia yang sangat mengerikan.
Aku kemudian melihat-lihat sekitar, dan dengan wajah yang tampak panik aku mulai mundur sedikit dan mengambil ancang-ancang untuk bertarung. Tapi saat aku mencoba menarik pedangku, tapi aku tidak merasakan apa-apa.
S-sial! Dimana pedangku?!
Sosok itu kemudian mengangkat sebelah tangannya ke arahku, dan kemudian dengan senyuman yang aneh dan menyeramkan, kedua mata dan mulutnya mulai menjadi sangat lebar dan kosong.
Dan dengan sangat cepat, dia menyerangku tanpa bisa kusadari.
“Hah! Hah! Hah! Hah!”
Dengan cepat, aku kemudian terbangun sambil terengah-engah. Dengan wajah yang terlihat panik dan ketakutan sambil berkeringat. aku kemudian melihat sekitar.
Tampak ada seorang wanita muda yang berpenampilan sederhana dengan pakaian kaos putih, rok coklat dengan stocking berwarna hitam, telinga yang runcing, pupil mata yang berwarna putih terang, dan rambut hitam yang pendek—sedang duduk di depanku.
Dan nampaknya aku terbangun di atas kasur yang terbuat dari semacam kulit hewan. Suasana ruangan itu sangat hening setelah aku tiba-tiba terbangun sambil terengah-engah.
Aku melihat di sampingku, terlihat ada Finn—yang masih berbaring lemas tak sadarkan diri, dan beberapa obat yang ada di atas meja disamping kasur. Wanita yang duduk itu lalu berdiri dan mendekatiku, dengan raut wajah yang khawatir dia bertanya.
“Apa…apa kau tidak apa-apa?”
“Y-ya. Aku baik-baik saja.”
Jawabku sambil mengelus kepalaku. Dia lalu memberikan ku sapu tangannya dan berkata.
“Ini. Lap dulu keringatmu itu. Kau tampak panik dan cemas, ada apa?”
Sambil mengelap keringatku, aku menjawabnya.
“E-enggak kok, bukan apa-apa. Aku hanya mengigau saja”
Ternyata hanya mimpi, tapi… mimpi itu sangatlah aneh. Entah apa maksud dari mimpi itu, akan ku tanyakan pada Aqua, nanti.
“Begitu ya? Kamu tadi memang tampak sedikit gelisah ketika pingsan tadi. Kamu bergerak gak karuan dan berkeringat sangat banyak.”
“Oh iya. Omong-omong perkenalkan, aku Alice—Alice Aoli”
Katanya sambil menjulurkan tangan kanannya.
“Celvin, Celvin Lloyd Relgi”
Jawabku, sambil berjabat tangan dengannya.
“Oh iya. Omong-omong, Alice—apakah kamu yang merawat kami tadi?”
“Y-ya itu benar, ketika regu pengintai desa—menemukan kalian, mereka menitipkan kalian padaku. Dan aku akhirnya merawat kalian yang tampak pingsan kehabisan EC”
Jawab Alice, padaku.
“Ternyata begitu? Maaf ya kalau kami merepotkanmu”
“A-ah. E-enggak sama sekali kok”
Jawab Alice, yang tampak tersipu malu.
“Oh iya, Alice. Omong-omong kita sedang berada di mana?”
“Kalian sekarang sedang di kota ‘Golgaria’, kota bawah tanah”
Jawab Alice, padaku. Aku lalu dengan sontak terkejut dan bertanya pada Alice.
“G-Golgaria? Jangan-jangan kamu ini… ras Galdia?”
Alice, kemudian tersenyum dan menganggukan kepalanya.
Ras Galdia ya? Aku pernah dengar soal ras itu. Mereka memang ras asli penghuni gua dan dunia bawah tanah, dikarenakan mata dan dan pendengaran mereka yang sangat sensitif. Mereka tak bisa terpapar di permukaan lama-lama, terutama kulit mereka yang juga sangat sensitif.
Mereka sangat jago ketika di bawah tanah, mata merekalah yang memberi mereka pencahayaan pada saat di bawah tanah. Aku juga nggak terlalu memperhatikan… ternyata telinga Alice, tidak hanya runcing ke atas tapi juga runcing ke bawah. Salah satu ciri dari Galdia lagi, mata putih cerah, telinga yang runcing keatas dan kebawah.
Finn kemudian terbangun. Dan dengan raut wajah yang kebingungan, dia bertanya keadaan sekitar. Aku dan Alice, kemudian menjelaskan keadaan yang terjadi. Finn kemudian menganggukan kepalanya dan memperkenalkan dirinya pada Alice.
Sementara itu, di sisi lain. Sudah tengah malam, dan ibuku yang masih belum menemukanku—akhirnya terlihat sangat gelisah dan khawatir.
“Aduh!! Dimana anak itu?!! Atau jangan-jangan dia hilang lagi?! Sudah kutanya ke ibu Finn dan ibu Nevy, tapi mereka tidak tahu apa-apa. Coba kuhubungi Amanda, tapi dia sedang mengurus misi. Bagaimana ini?!!”
Ibuku nampak frustasi dan menggaruk kepalanya dengan keras. Ayah tiba-tiba muncul dan mencoba menenangkan ibu.
“Ada apa? Kamu tampak tak baik-baik saja”
“Bukannya sudah jelas?!! Celvin sedang menghilang dan aku tak bisa menghubunginya. Bagaimana ini?!!”
Jawab ibuku, dengan gelisah.
“Tenang dulu dong. Kamu nggak bisa nyelesain masalah kalo kamu panik kayak gitu”
Ibu lalu mencoba menarik dan menghembuskan nafasnya berulang kali untuk mencoba tenang.
“Huft, ya… aku sudah sedikit tenang. Lalu bagaimana solusi darimu, Crane?”
“Begini. Untuk sekarang kita minta bantuan polisi dulu, biar mereka yang mencari.”
Jawab ayah, sambil menyilangkan tangannya.
“Begitu ya? Apa nggak ada solusi lain?”
“Untuk sekarang, kita coba untuk tenang dan jangan terlalu gegabah.”
Sambil menghela nafasnya dengan berat, ibuku berkata.
“Ya udah deh, kalau menurutmu itu adalah solusi yang terbaik untuk sekarang”
Ayahku lalu tersenyum dan membelai kepala ibuku.
Kembali lagi ke sisiku, aku dan Finn akhirnya kembali pulih—dan Alice membawa kami keluar sebentar untuk berkeliling.
Dan saat kami keluar dari rumah Alice, keadaan di luar cukup silau dan kami kira kami berada di permukaan. Tapi saat kami melihat ke atas, kami berdua sangat terkejut dan tak bisa berkata-kata. Langit-langit yang sangat tinggi dengan beberapa stalaktit yang menempel di atas.
“Inilah. Kota Golgaria!”
Kata Alice, sambil membentangkan tangannya. Keadaan kota ini sangat cerah, dan sangat berkilauan di dalam gua yang sangat gelap ini.
Tak lama kemudian, datang seorang pria ras Galdia dengan rambut berwarna biru gelap dan pakaian berwarna hitam dan baju pelindung ringan mendatangi kami. Dia kemudian bertanya dengan Alice.
“Hey Alice, bagaimana keadaan 2 orang manusia itu?”
“Ya. Mereka baik-baik saja”
Jawab Alice, padanya. Alice kemudian berbalik ke arah kami dan memperkenalkan pria itu pada kami.
“Celvin, perkenalkan—dia Lucky, Lucky Anzfer. Dia adalah bagian dari regu pengintai yang baru saja ku bicarakan tadi”
Lucky kemudian menjulurkan tangannya kepadaku dan berkata sambil tersenyum.
“Hey, salam kenal. Namaku Lucky, tapi kalian bisa memanggilku Kai”
“Y-ya, namaku Celvin, dan ini temanku—Finn.”
Jawabku sambil menjabat tangannya. Aku lalu bertanya kepada Kai.
“Omong-omong, Kai. Kau yang menjaga keamanan kota ini kan?”
“Ya. Ada apa memangnya?”
Jawab Kai, dengan wajah yang bingung.
“Aku ingin meminta tolong. Apakah kau bisa membawa kami pulang ke permukaan di atas?”
Kai, kemudian mundur dan berfikir sejenak.
“Ke permukaan ya? Maaf Celvin, kami sudah menduga kamu akan bertanya begitu—tapi kami gak bisa bantu sama sekali.”
“Loh?! Kenapa begitu??”
Tanyaku dengan wajah yang mulai terlihat gelisah.
“Yah… seperti yang kamu tahu. Ras Galdia, dulunya sering mengunjungi dunia atas, tapi… sejak insiden itu, kami tidak bisa lagi pergi ke dunia atas.
“Kami nggak tahu apa yang menyebabkan hal itu, tapi hal yang kami tahu ialah jalur ke dunia atas dengan sirkuit teleportasi akhirnya terganggu, yang menyebabkan jalur satu-satunya keatas terhalang”
“Dan lagi, sumber daya kami juga semakin hari, semakin menurun. Dan sinyal untuk le dunia atas juga terblokir. Entah apa yang terjadi pada kota Golgaria”
Ternyata begitu? Itu juga alasan kenapa aku nggak bisa menghubungi siapa-siapa ketika terjebak tadi.
Aku lalu maju dan berkata pada Kai.
“Kami akan bantu kalian”
Kai, seakan tak percaya dengan omonganku—kemudian menjawab.
“Apa? Tidak tidak tidak, kalian hanya perlu menunggu. Kami akan cari cara agar kalian bisa kembali ke dunia atas”
Aku lalu menggelengkan kepalaku dan berkata lagi.
“Gak, kami juga akan ikut membantu kalian. Tugas apapun yang kalian berikan. Ya kan Finn?”
“Ya itu benar. Kemanapun kau pergi, aku akan selalu berada disisimu”
Kai, akhirnya menghela nafasnya dan berkata kepada kami.
“Aduh kalian ini. Naif banget deh, lagian kalian juga kenapa bisa masuk ke dunia bawah tanah ini?”
Aku lalu tersentak dan tidak mau berbicara.
“Kami mengejar rusa, dan malah jatuh ke lobang… sebenarnya dia yang mengerjar rusa, aku hanya mengikutinya saja”
“...?!”
Suasana tiba-tiba hening. Aku kemudian menggenggam baju Finn, sambil menggoyangkannya aku berkata.
“Hey Finn!! Apa ini?!! Kenapa kau beritahu mereka?!!”
Alice yang tak kuat menahan tawanya kemudian tertawa kepada kami. Kai, lalu tersenyum dan menghembuskan nafasnya berkata padaku.
“Astaga. Bagai orang buta yang dituntun oleh orang buta”
Yah. Ini semua memang benar salahku. Mau bagaimana lagi ya kan?
“Sudah, cukup bercandanya. Apa kalian bisa kembali ke tempat kalian jatuh lagi? Mungkin kami bisa ngebantu”
Aku yang ingat kejadian barusan menolak untuk kembali lagi ke sarang Brown Back Arachnid. Kai, kemudian menyarankan kami untuk pergi menemui kepala desa “Aldat” untuk meminta petunjuk darinya.
Jujur, mungkin aku lebih setuju dengan petunjuk yang diberikan oleh Aqua. Kami pun akhirnya pergi untuk menemui Aldat, dan ketika kami berjalan—kami melewat berbagai tempat. Dan suasananya cukup ceria, ada banyak anak-anak yang bermain, dan orang-orang yang berbincang, meskipun mengingat lagi apa yang dikatakan oleh Kai.
Setelah beberapa lama berjalan, kami akhirnya sampai di rumah kepala desa, Aldat. Terlihat seperti pondok biasa yang terlihat sangat tradisional, dengan beberapa hiasan di sekitar rumahnya.
Ini… rumah kepala desanya?? Cukup sederhana dan, kuno?
Kai, kemudian menjelaskan tentang rumah yang ada di depan kami.
“Aku tahu apa yang kalian pikirkan. Aldat, sendiri adalah ‘Shaman’ tingkat tinggi yang sangat mempercayai hal-hal mistis dan gaib yang ada di dunia ini”
“Dia juga percaya dengan eksistensi dari dunia ‘Void’ yang katanya hanyalah dongeng dan cerita rakyat semata”
Ternyata begitu, nggak heran banyak sekali aksesoris sihir di depan rumahnya.
“Ingat, jaga sikap dan ucapan kalian ketika menemui Aldat’
Kami setuju dan menganggukan kepala. Setelah itu kami mengetuk pintu dan masuk ke dalam. Terlihat, Aldat sedang duduk menyilang dan terdiam—dan kemudian dia melihat tajam ke arahku sambil berkata.
“Aku sudah menunggumu… Celvin Lloyd Relgi sang Wielder”
..."ALICE AOLI"...