Bagaimana rasanya di kejar-kejar seekor harimau? Pasti takut kan?
Daniel yang di juluki sebagai Harimau karena selalu penyendiri dan di takuti banyak orang hingga ia menemukan mangsa baru yaitu Ruelle, gadis kutu buku yang tidak kenal takut pada nya.
Kehidupan Daniel berubah semenjak hadirnya seorang Ruelle
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nasri Suju - Kiasan Rasa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
20
"A-apa yang kau lakukan," pekik Nero.
Kedua Tangan Minsi di tembok menahan Nero di dalam nya, bahkan badan mereka hampir menempel.
"Ayo jadi pacar ku," ajak paksa Minsi.
"Kenapa aku harus melakukan nya???"
Neo benar-benar panik, dia merasakan sesansi bebeda saar berdekatan dengan wanita untuk pertama kalinya.
"jawab ya dulu nanti aku kasih alasan kenapa aku melakukan ini,"
apa-apaan cewek ini??? ahk masa bodo!!!
"iya! iya!! aku mau!!!"
jawab nya terpaksa.
"Yeayyy!!!"
Nero menarik tangan Minsi dan membawanya menjauh dari lingkungan siswa. Neo juga memperingati semua murid agar tidak campur tangaan.
"Sebenarnya apa yang sedang kamu lakuin?"
Minsi terdiam berusaha menymbunyikan sesuatu dengan senyuman nya.
Nero menyilangkan tangan nya dan besandar di tembok.
Menatap tajam ke arah Minsi, Minsi menelan ludah dan mulai menggerutu.
"kumohon bantu aku," lirih nya.
"Apa?"
"KUMOHON BANTU AKU!!!!"
MInsi berteriak cukup kencang mengungkakan unek-unek nya.
"sebenarnnya apa mau mu sih?" tanya nya berusaha menahan amarah.
"Kamu ingat cowok kemarin?"
"Yah..." Balas Nero menaikkan alisnya
"Dia mantan ku, dan dia tidak bisa lepas dari ku saat aku minta putus dia terus menguntitiku dan aku sangat takut,"
Minsi menangis membuat Nero menjadi tambah bingung dan merasa bersalah.
"Hei kenapa kau menangis???"
"Huhu karena aku lelah terus di ikuti oleh nya,"
"Dia melakukan hal yang mengerikan Nero!!!" Ngeri Minsi mengatakan nya dengan raut tegang.
"Memang apa yang dia lakukan?"
"Itu menakutkan untuk di ceritakan," isak nya masih menangis.
Akhirnya Nero membiarkan Minsi menangis dan mendumel sendiri, sambil menemamninya maksudnya tapi hanya diam dan mendengar kan.
Nero mendengar cerita Minsi mulai dari selalu mempotretnya, saat ingin pergi ke tempat yang sensitif mantan nya selalu mengikutinya dan meneror nya.
Hingga dia mulai berhenti mengular kan air matanya.
Aku tidak percaya gadis yang selalu heboh bisa menangis karena ketakutan pada cowok? Padahal kerjaan nya mainin cowok.
"Apa ini karna ya, aku harus berhenti menggoda cowok berlebihan," gerutu nya sadar.
Hah inshap ternyata.
"Jadi, kenapa kau tiba-tiba mengajak ku berpacaran?"
"Bantu aku agar dia menjauh dari ku, keluarkan semua acting yang kau bisa," ujar Minsi sambil memohon dengan wajah sembab dan masih ingin menangis.
Takut terus menangis Nero akhirnya mengiyakan tapi dia bertanya-tanya bagaimana cara acting.
"Bukan kah kemarin kau bisa melakukan nya?" Tukas Minsi.
"Apa kemarin semua yang ku lakukan berhasil membuatnya menjauh?"
"Yah dia pergi kan, tapi dia masih meneror ku di chat," ungkap nya mulai ingin menangis lagi.
"Jangan menangis dulu, ini gak bisa selesai dengan menangis," pintar Nero hati-hati.
"Lalu aku harus BAGAIAMANA AAAA,"
Minsi mulai mengaung dan menangis.
Nero membenam mulut Minsi, Minsi akhirnya diam.
"Kumohon jangan menangis," pinta Nero lagi dengan lembut.
Membuat Minsi akhirnya terdiam dan merasakan sensasi ketenangan.
Perasaan apa ini? Aku merasa tenang...
Grep!!!
"Hei apa yang kau lakukan lagi,"
Tiba-tiba Minsi memeluk Nero.
"Kita kan sekarang pacar~"
"Hah kan cuman-"
"Sut! Kalau pacar mah pacar aja," bantah Minsi.
Minsi mulai melakukan aksi nya, gelagatnya yang gemulai mulai ia tunjukkan membuat Nero bergidik ngeri.
"Mantan ku saja gak bisa move on sama aku, masa kamu yang boongan gak kecantol sama A-ku!" Ucapnya dengan begitu bangga.
Nero hanya terdiam menaik-naik kan bagian bawah matanya seperti raut yang sudah kesal.
Istirahat usai dan mereka pun berpisah. Nero bisa melihat gelagat Minsi yang centilnsaat akan berpisah.
"Aaaaaaa bangsa*t merinding!!!"
Teriak nya.
---
Dua minggu menuju ujian, Ruelle dan Daniel berencana untuk kerja kelompok kembali, meski sebenarnya pekerjaan mereka sudah selesai beberapa hari yang lalu tapi dia ingin mengecek ulang.
Mereka kembali ke cafe resto di mana mereka kerja kelompok beberapa hari lalu.
"Ahk akhirnya ini dia, aku sudah mencetaknya menjadi buku, dan ini hasilnya cukup bagus meski bukan dari percetakan resmi,"
"Padahal kamu bisa minta bantuan aku,"
Wajah Daniel terlihat cemberut.
"Hehe,"
Soalnya waktu itu kamu keliatan malas, sebelum apa yang terjadi pada kita.
Aku masih gak percaya, bagaimana cara agar aku percaya? Ruelle.
Daniel menyadari dia di tatap oleh Ruelle, dia pun menatap balik sambil menyeringai.
"Ada apa?" Katanya sambil tersenyum penuh teka-teki.
Apa aku harus jujur?
"Aku hanya tidak percaya kita sudah..." Jawabnya lugas lalu berhenti di tengah-tengah kata.
Daniel beranjak lalu duduk di dekat Ruelle, sang empu ke bingungan.
"Haha ada apa Daniel?" Tanya nya.
"Apa kau tidak berdebar?"
"Sedikit, aku harus mulai terbiasa," katanya jujur.
Benar-benar polos.
"Aku juga tidak percaya Ruelle, aku jadi bisa banyak bicara begini kalau sama kamu," ungkap nya.
Daniel mendekat, dan Ruelle tidak bisa mengatur detak jantung nya, padahal tadi dia sudah terlihat mampu mengatasi nya.
Ahk sekarang aku punya kelemahan.
Kelemahan ku adalah cowok ini...
"Mau berkencan agar yakin?" Tanya Daniel.
"Daniel!!!"
Tiba-tiba saja Ruelle memegang kedua pipi Daniel.
"Apa kamu kerasukan? Kenapa kamu bisa suka sama aku? Kamu gak melakukan hal yang aneh kan?"
Pertanyaan itu terdengar khawatir.
Daniel melebarkan bibirnya dan sedikit terkekah.
"Jawabnya nya nanti kalau kamu mau berkencan dengan ku,"
Daniel mode liciknya.
Ruella hanya diam, entah apa yang ada di pikiran nya, dia hanya masih bingung dengan apa yang terjadi.
Agar aku tahu jawaban nya, agar kebingungan ini terjawab, aku harus...
"Baiklah," timpal nya.
Daniel terlihat senang, mata nya berbinar seperti anak-anak yang di berikan permen.
"Aku janji kencan nya akan jadi yang terbaik," ucap nya dengan nada angkuh.
Yah, begitulah sebenarnya Daniel.
Apa yang ku ragukan lagi?
Tapi ini terlalu cepat.
Daniel mengantar Ruelle pulang meski Ruelle menolaknya, karena muka melas Daniel Ruelle jadi tidak bisa menghindarinya.
Tapi kurasa itu menarik perhatian orang tua Ruelle.
"Aku pulang,"
"Ruelle!!!" Seru orang tuanya bersamaan.
"Ahk dia..."
Ruelle tidak menjawab dengan spontan membuat Orang tua nya menatap curiga.
Apa Aku harus jujur ya?
"Apa dia teman laki-laki mu yang kau bicarakan?"
"Nah iya, hehe,"
Orang tua Ruelle bertatapan mengerti apa yang di pikiran Ruelle. Ruelle ragu mengatakan status nya bersama Daniel.
Tapi sebaliknya Ruelle tidak mengerti dengan bahasa kalbu mata ke dua orang tuanya.
"Anak kita sudah besar ya,"
Orang tua Ruelle mengusap puncak kepala Ruelle bersamaan.
"Haha papa mama apa sih, Aku bukan anak kecil," kekah nya sebenarnya malu.
"Masuklah kau pasti lelah, mamah sudah masak kan makanan favorit mu,"
"Terimakasih mah,"
Tring!!!
Suara dari ponsel handphone ku itu dari Daniel.
Daniel : pulang dengan selamat?
Ayu menjawab dengan emoji jempol dan dia mengirimkan emoji smile, entah kenapa aku tersenyum lebar, dan aku sadar saat orang tua ku menegurku.
Hari itu aku sadar aku benar-benar sudah punya perasaan berbeda pada Daniel.
To be continud...