NovelToon NovelToon
Ketika Salju Turun

Ketika Salju Turun

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / One Night Stand / Anak Genius / Anak Kembar
Popularitas:29.7k
Nilai: 5
Nama Author: hermawati

Lahir, dan besar, di negara yang terkenal karena budaya tolong menolong terhadap sesama, tanpa sengaja Reina menolong seseorang yang sedang terluka, tepat ketika salju tengah turun, saat dirinya berkunjung ke negara asal ayah kandungnya.

Perbuatan baik, yang nantinya mungkin akan Reina sesali, atau mungkin justru disyukuri.


Karyaku yang kesekian kalinya, Jangan lupa mampir dan tinggalkan jejak.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon hermawati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kebahagiaan

Liburan semester kali ini, si kembar meminta pada Reina, berkunjung ke pulau yang terkenal sebagai tempat wisata terkemuka di negara ini.

Sudah jauh-jauh hari, Reina mempersiapkan segala hal terkait liburan. Tiket pesawat, booking kamar hotel, membuat list tempat-tempat yang akan mereka kunjungi, transportasi untuk mobilisasi, termasuk soal kuliner.

Reina merencanakannya dengan matang, juga budget yang akan dia keluarkan selama liburan berlangsung.

Novel yang dia unggah di salah satu aplikasi, cukup Viral, dan dari sana dia mendapatkan penghasilan lumayan.

Setelah kepulangannya dari Jepang, terakhir kali, Reina mengajak anak-anaknya untuk pindah rumah, dan sekolah, sementara rumah lamanya dia jual.

Demi keamanan, dan rasa tenang, Reina sempat hampir mengosongkan isi tabungannya, walau pada akhirnya hampir tertutupi, oleh penjualan rumah lamanya.

"Tante Nidia nggak ikut, Ma?" tanya Aizen, bocah berambut pirang itu, tengah mengecek barang-barang, yang akan dibawanya, pada liburan kali ini.

Reina juga tengah melakukan hal yang sama, "Om Harry nggak kasih, soalnya Tante Nidia lagi hamil muda, dan sedang mengalami morning sick yang cukup parah,"

Eizen yang tengah memainkan game online, melirik sekilas wanita yang melahirkannya, "Kasihan juga ya, Ma!" ungkapnya iba, "Apa dulu saat Mama mengandung kami, Mama mengalami morning sick, seperti yang dialami Tante Nidia?" tanyanya.

Reina duduk di atas ranjangnya, dia melipat baju yang memenuhi tempat tidurnya, karena tadi putra bungsunya, sempat bingung memilih baju yang akan dibawa berlibur. "Kurang lebih sama, cuma bedanya Mama masih bisa makan nasi, sementara Tante Nidia sama sekali tak bisa makan nasi, kasihan dia, besok kalau pulang liburan, kita bawakan oleh-oleh ya!"

Aizen menarik resleting tas ranselnya, dia telah selesai mem-packing, "Apa saat itu terasa berat bagi Mama? Apalagi Mama sendirian, dan tidak ada yang mendampingi." dia terlihat murung.

Reina menatap putra sulungnya, dia jadi merasa bersalah, "Sama sekali tidak, Karena sewaktu Mama hamil kalian, Mama menjalaninya dengan bahagia, meski sendiri, Mama punya banyak uang, dan apa saja yang ingin Mama makan, semuanya terpenuhi, jadi tak masalah."

Eizen menghentikan aktivitasnya, dia meletakan ponselnya, lalu duduk tegak di samping Reina, "Bagus lah kalau begitu, berarti kami bukan beban untuk Mama," ujarnya, "Tapi menurut Ei, mending nggak punya ayah nggak sih? Dari pada punya ayah, tapi seperti ayahnya Egi,"

Reina mengernyit bingung, dia menatap putranya dengan tatapan bertanya. "Egi teman kamu, di sekolah yang sekarang kan?"

"Iya Ma, yang ibunya kurus itu loh, tinggalnya di kontrakan ujung gang," sahut Eizen.

"Mama kenal sama ibunya, beberapa kali pernah ngobrol. Lalu apa hubungannya sama ayahnya?"

"Sering dipukulin Ma, kasihan deh," jawab Aizen, "Badannya pada biru-biru,"

"Apa kamu pernah lihat?" tanya Reina mulai khawatir.

Si kembar kompak mengangguk, "Dia sering nggak dikasih uang jajan sama ibunya, karena memang nggak punya uang, ayahnya kan suka main judi," tambah Aizen.

"Jadi aku sama Kakak sering gantian buat beliin dia nasi di kantin, abisnya dia nggak pernah sarapan, terus kalau lagi main, makanya sering aku ajak makan bareng," giliran bocah dengan rambut hitam menambahkan.

"Maka dari itu, Ai bersyukur, tidak punya ayah. Keberadaan Mama sudah lebih dari cukup untuk kami,"

Entah harus merasa sedih, atau justru senang, ketika dia mendengar perkataan putranya.

Reina merentangkan tangannya, supaya kedua putranya menghampirinya, dan mereka saling berpelukan. "Kalian adalah anugrah terindah buat Mama, dan Mama bersyukur memiliki kalian," gumamnya.

"Terima kasih Mama, telah melahirkan, dan membesarkan kami dengan baik, meski Ei isengnya nggak ketulungan, untuk Ai anak Mama yang pengertian," ujar Aizen, seraya mengeratkan pelukannya.

"Nggak apa-apa Ei iseng, tapi kan Ei ganteng, mirip Kakek, jadi Mama kalau kangen Kakek tinggal lihat Ei, dari ada Kakak, nggak mirip siapa-siapa, kayaknya Kakak bukan anak Mama ya!" bocah berambut hitam itu tak mau kalah.

Aizen mendengus, "Ai anak Mama kan, sifat kita kan sama, nggak kayak yang ngaku paling anak Mama, tapi kelakuannya buat Mama sakit kepala,"

Reina melepas pelukannya, lalu menatap kedua putranya secara bergantian, "Kalian anak Mama, lahir dari rahim Mama, kan udah pernah Mama kasih lihat fotonya, ada videonya juga kan? Kalau masih kurang yakin, coba tanya Tante Nidia."

Delapan tahun lalu, saat Reina hendak melahirkan, kebetulan Nidia sedang mengunjunginya, sehingga sahabatnya yang mendampinginya, sementara Reino baru tiba keesokan harinya. Karena si kembar lahir lebih awal beberapa hari sebelum hari perkiraan lahir.

"Kami percaya Ma, kami cuma bercanda kok!" ujar Eizen, seraya melirik sinis pada kembarannya yang sama sekali tidak mirip dengannya.

Sementara Aizen lebih memilih, tak menanggapi adiknya, "Ma, boleh nggak sebelum kita liburan, kita ajak Egi makan di warung sate, di pinggir jalan besar. Nggak apa-apa pakai uang tabungan aku, kasihan dia, Ma."

Reina tersenyum, di usia sekecil ini, putra sulungnya, memiliki rasa kepedulian tinggi, dan sering kali memberikannya perhatian kecil, seperti membuatkan kopi, atau teh, saat dirinya sedang di kejar deadline oleh Editor, atau tiba-tiba membelikannya wafer cokelat, terkadang permen lolipop, yang katanya sebagai penyemangat.

"Baiklah, kita ajak Egi makan bareng nanti sore, dan Mama yang traktir,"

Si kembar kompak bersorak, tak lupa berterima kasih pada Mamanya, jangan lupakan ciuman di pipi, yang mereka berikan untuk Reina.

***

Sesuai janjinya, usai pulang mengaji, keluarga kecil itu, mengajak bocah bernama Egi, makan bersama di salah satu warung sate.

Ketiga bocah itu, terlihat antusias, dengan senyum, dan tawa tak luntur dari raut wajah polos mereka.

Hanya dengan melihat hal sederhana itu, rasanya Reina bahagia, dan inilah kehidupan yang diinginkannya.

Tidak perlu mewah, asal cukup. Tak apa makan di warung tenda pinggir jalan seperti sekarang, yang penting momen kebersamaan, dan tawa bahagia, sudah lebih dari cukup untuk Reina.

Empat porsi Reina pesan, berserta minuman, sesuai keinginan masing-masing bocah itu, tak masalah untuknya, toh rejekinya akan terus mengalir, jika dirinya rajin berbagi.

Sambil menyantap hidangan yang tersaji, mereka berbincang, tentang banyak hal, mulai dari kehidupan sekolah, teman sepermainan, dan yang terakhir, tentu curhatan Egi tentang keluarganya yang kacau.

"Egi lebih baik nggak punya ayah, kayak Ai, dan Ei, Tante. Dari pada punya ayah, tapi jahat, setiap hari ibu diomelin terus, Egi nggak tega,"

Yang membuat Reina miris, adalah Egi bercerita sambil berkaca-kaca.

"Kenapa Ayah nggak mati aja sih? Biar Ibu bisa bahagia,"

Reina menyentuh punggung tangan bocah berkaus biru, yang warnanya telah pudar, dan ada beberapa lubang, "Egi kuat ya! Tante yakin suatu saat keluarga Egi akan menemukan kebahagiaan,"

Walau selama delapan tahun kebelakang, jalan hidup Reina tak mudah, tapi dia bersyukur, bisa melalui dengan baik, tanpa ada kendala berarti.

Sebelum pulang, Reina mengajak mereka mampir ke toko kelontong yang buka malam hari, dia membelikan beberapa jenis sembako, untuk keluarga Egi.

Bocah itu mengaku, jika beras di rumahnya sudah habis, dan sedari siang, ibunya belum makan.

Miris sekali mendengarnya. Terkadang Reina tak habis pikir dengan orang-orang yang terburu-buru menikah, dan memiliki anak, tanpa memikirkan kesiapan finansial, dan juga mental.

Hendaknya sebagai orang tua, harus menekan ego, jangan hanya memikirkan kesenangan sendiri, sementara anak, dan istrinya terlantar.

Sekali lagi Reina bersyukur, meski seorang orang tua tunggal, sedari dalam kandungan dia sudah memikirkan tentang finansial untuk anak-anaknya. Bantuan dari kakak sulungnya, benar-benar dia manfaatkan, untuk masa depan. Reina bukan tipe perempuan yang suka berfoya-foya, dia termasuk hemat dalam mengelola keuangan, sehingga sejauh ini, dia nyaris jarang bermasalah soal Uang.

"Makasih ya, Ma," kata Aizen, usai Reina selesai membacakan buku cerita, menjelang tidur, "Mama udah bantu teman Ai, semoga Mama selalu bahagia, dan Terima kasih sudah jadi Mama yang baik untuk kami,"

Reina mengangguk, seraya tersenyum, tak lupa mengecup kening kedua putranya secara bergantian, sambil membisikkan mantra cintanya.

1
ayudya
😂... nah ryu cari noh ustadz..., biar paham.
ayudya
😂😂😂 kasihan si reina.. gak di izin kan plng.
ayudya
aduh Thor kira² dapat jatah gak si ryu tu
Mareeta: mode maksa, kayak pertama kali, mereka gituan
total 1 replies
LISA
Wah Reina g di ijinkan utk pulg jg
Nadila Nisa
kak herma paling suka ngegantung dan bikin penasaran.. lanjut kak 🥰
Ripah Ajha
hais nanggung kali thor
Mareeta: entar malah nggak lolos sama editor
total 1 replies
ayii
ceritanya menarik....
Mareeta: terima kasih sudah mampir
total 1 replies
FeVey
tuu kan firasatku bener. jangan2 hamil.
waktu itu kan masa subur reina? /Whimper/
Anton Batubara
bagus ceritanya /Good//Good//Good/
Anton Batubara
bagus ceritanya /Good//Good//Good/
LISA
Reina sabar y..pelan² lehermu masih belum sembuh lukanya
ayudya
up nya lama ya Thor, semangat wae lah.
Mareeta: bentar lagi di kerjain, semoga nggak sampai malam udah up
total 1 replies
Ripah Ajha
semangat ya kak, keren karyamu🥰
Nadila Nisa
hadir kak.. karya yg selalu ditunggu2
semangat 💪🏻👍🏻🥰🥰
beybi T.Halim
ceritanya bagus...,cuma up nya gak tentu .,semoga setelah ini Rheina bs mengerti dan memahami klo Ryu benar2 mau bertanggung jawab 👍
ayudya
ayo lah rei sekali² dengar lah kata papa nya anak² kamu biar gak di ganggu lagi.
ayudya
kk nya ryu ada urusan apa sama Reina, mass sama adik sendiri selalu ikut campur.
ayudya
REI keras kepala sekali jangan gitu lah.
ayudya
mengalah demi anak gak apa² toh ryu orang bertanggung jawab.
ayudya
ryu tu serius orang cuma Reina takut aja mengingat bagaimana kk nya ryu.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!