Demi pengobatan sang ibu, Bella rela menjadi simpanan Steven, CEO PT. Graha Sanatama. Namun, jodoh dan maut di tangan Tuhan. Sang ibu tetap tak dapat diselamatkan.
Setelah ibunya meninggal, Bella melepaskan diri dari Steven. Namun, takdir kembali mempertemukan mereka ketika Bella diperkenalkan kepada keluarga Axel, kekasih barunya. Tanpa di sangka ternyata pria itu adalah adiknya Steven.
Steven cemburu melihat kemesraan Axel dan Bella. Dia nekat merebut kembali Bella dari adiknya itu.
Apakah takdir tetap mempersatukan Bella dan Steven, sedangkan ada hati lain di antara mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab Dua Puluh
Bella tidak terkejut saat melihat Steven yang berada di dalam mobil. Dia sudah menduga jika yang melakukan semua ini adalah Han atau pria itu sendiri.
Steven memandangi Bella tanpa kedip, sedangkan wanita itu membuang pandangannya ke samping. Memandangi jalanan. Tak ada suara selama perjalanan. Bella juga tak melawan. Dia duduk diam selama perjalanan menuju apartemen.
Sampai diparkiran tangan Bella di tarik masuk ke lift. Lagi-lagi dia tak melawan, karena sadar semua itu percuma. Dia tak akan bisa bebas.
"Kenapa diam aja?" tanya Steven dengan penuh penekanan.
"Percuma, kamu tak akan melepaskan aku juga!"
Steven lalu memeluk pinggang Bella dengan erat. Dan saat telah sampai ke lantai unit apartemen miliknya, Steven menarik pinggang wanita itu agar berjalan masuk.
Sampai di dalam dia kembali menarik tangan Bella dan mendorong tubuh wanita itu ke sofa hingga terlentang. Bella sedikit meringis merasakan kesakitan. Dia tak melawan karena berharap anak dalam kandungannya bisa gugur sendiri. Di saat itu baru dia mengaku jika itu anaknya Steven.
Steven naik ke atas tubuh wanita itu. Mengukungku di bawah kuasa tubuhnya.
"Katakan dengan jujur, anak siapa yang sedang kau kandung?" tanya Steven dengan suara penuh intimidasi.
Bella bukannya langsung menjawab pertanyaan pria itu, justru tersenyum mengejek. Dia ingin membuat Steven marah dan menyiksanya.
"Itu anakku 'kan?" tanya Steven lagi.
"Apa kau pantas memiliki anak? Pria yang hanya bisa mengancam ku untuk melayani napsu tanpa ada niat menikahi. Axel lebih gentleman, dia langsung mau menikahimu," jawab Bella.
Mendengar jawaban Bella, pria itu tertawa. Bella menjadi heran. Steven bangun dari atas tubuh wanita itu. Dia memilih duduk.
Bella juga mencoba bangun. Dia memilih duduk agak berjauhan.
"Jadi kau mau dinikahi? Aku akan segera menikahimu begitu tes DNA keluar. Sebelum aku melakukan itu, aku tanya sekali lagi denganmu, anak siapa yang sedang kau kandung? Jika kau berbohong, kau akan tau akibatnya!" ancam Steven.
"Apa yang akan kau lakukan? Kau mau membunuhku?" tanya Bella menantang.
"Itu terlalu ringan untukmu. Jika anak yang kau kandung terbukti darah dagingku, kau akan aku pisahkan dengannya. Akan aku buat anak itu membencimu, dan bukan anak itu saja. Aku akan membuat dirimu hamil hingga anak ke tiga, dan semuanya akan aku pisahkan darimu. Setelah anak ketiga lahir, rahimmu akan aku angkat dan buang. Biar kau tak bisa memiliki anak lagi!" ancam Steven.
Tubuh Bella merinding mendengar ancaman pria itu. Jika memang itu benar terjadi, dia pasti akan menderita sepanjang hidupnya.
Baru saja dia akan menjawab, suara apartemen terdengar di buka. Bella melihat Han masuk dengan seorang pria. Sepertinya dokter.
"Ambil darah bayi dalam kandungannya dan lakukan tes DNA!" perintah Steven.
"Maaf, Pak Steven. Tadi Pak Han mengatakan jika kandungan ibu ini baru satu bulan, sedangkan tes DNA baru bisa dilakukan setelah usia kandungan dua bulan," ucap Dokter itu.
"Kalau begitu lakukan aja nanti saat usia kandungan dua bulan. Sekarang kamu boleh pergi!" usir Steven.
Setelah kedua orang itu pergi, Steven langsung menggendong tubuh Bella ke kamar. Sampai di kamar dia lalu menurunkan di atas tempat tidur secara perlahan.
"Karena waktu tes DNA baru bisa dilakukan satu bulan lagi, mulai besok aku akan bawa kau ke suatu tempat yang jauh dan terpencil. Setelah satu bulan aku baru menjemputmu."
"Kemana kau akan membawaku?" tanya Bella dengan suara yang di buat senormal mungkin. Padahal sebenarnya dia takut.
"Aku bawa kau ke hutan. Biar kau bisa merasakan tinggal di hutan selama satu bulan. Berteman jangkrik, ular, kalajengking, harimau atau apa lagi ya," ucap Steven sambil tersenyum.
"Kenapa kau lakukan itu denganku? Apa salahku?" tanya Bella dengan air mata yang mulai jatuh.
Dia yang takut dengan binatang seperti itu, menjadi tambah ketakutan.
"Salahmu karena berbohong padaku!" ucap Steven dengan senyuman mautnya.
"Aku memang mengandung anakmu, darah dagingmu!" seru Bella dengan sedikit berteriak.
Steven tertawa mendengar pengakuan Bella. Ternyata tak sulit untuk membuka mulut wanita itu agar bicara jujur. Dia lalu naik ke ranjang.
"Kenapa kau membohongiku?" tanya Steven. Dia kembali mengukung Bella di bawah tubuhnya.
"Aku nggak mau kau jadi bapaknya. Bukankah kau akan memiliki anak dari istrimu. Aku tak mau nanti anakku di sisihkan karena kau tak menginginkannya!" ucap Bella dengan terbata.
Tanpa di duga Steven membungkam mulut Bella dengan bibirnya. Dia tak mau mendengar ucapan wanita itu. Hingga dia melihatnya sesak napas barulah dilepaskan penyatuan bibir mereka.
"Kerena kau telah membohongi aku dan berniat menikah dengan Axel, kau akan aku hukum. Kenapa kau ingin menjauhi aku dan darah dagingku!" seru Steven dengan lantang.
Steven lalu membuka kain yang melekat ditubuhnya satu persatu. Lalu dia menarik baju Bella hingga tak berbentuk. Saat pria itu ingin memasuki inti tubuhnya, Bella lalu bersuara.
"Aku sedang hamil muda. Jika kau ingin anakmu celaka, lakukan dengan paksaan. Biar dia keluar lagi!" seru Bella.
Steven lalu menghentikan gerakannya yang awal dilakukan dengan paksaan dan gerakan cepat. Dia lalu memperlambat gerakannya sambil terus mengecup semua bagian di wajah wanita itu. Bella akhirnya bisa menikmatinya juga. Setelah pencapaian puncak, dia turun perlahan dari tubuh wanita itu.
Steven memeluk pinggang Bella dengan erat. Seolah takut wanita itu pergi darinya.
***
Pagi harinya, Steven yang bangun terlebih dahulu. Setelah berpakaian rapi, dia lalu membangunkan Bella.
Steven mengecup pipi wanita itu berulang kali dengan perlahan, berharap Bella terbangun dengan perbuatannya itu. Usahanya membuahkan hasil.
Bella akhirnya membuka mata. Dia terkejut menyadari wajah Steven berada dekat dengannya.
'Bangun dan mandilah. Kita akan segera pergi!" ucap Steven.
"Kita mau kemana? Apa kau akan tetap membawaku ke hutan?" tanya Bella dengan perasaan sedikit cemas. Dia teringat ancaman pria itu yang akan mengirimnya ke hutan.
Steven tersenyum lalu mengacak rambut wanita itu dengan lembut.
"Mandilah segera! Aku akan membawamu pergi dari sini," ucap Steven. Dia mengulangi perintahnya.
Bella bangun dengan terpaksa. Dia berharap ancaman pria itu tidak akan dilakukannya. Dalam hatinya berkata, Steven tak akan tega menghukumnya karena dalam rahim dia ada darah daging pria itu.