CANDU CANDY

Candy maju selangkah, bola mata seindah berlian itu menatap tajam.

"Apa kau bisa membuat iblis betina itu dibenci semua orang? Seperti yang kalian lakukan padaku. Akan lebih bagus lagi jika tubuh wanita jalang itu di gilir para pria, apa kau sanggup, Felitha?"

"Aku sanggup ...!" jawab Felitha tegas dan mantap.

Candy mendekati Felitha, mengecup hangat pipi bulat gadis bertubuh gempal itu sembari mengulurkan tangannya. "Welcome to my world, Felitha. Ku harap kau tak berpaling dariku. Sekali saja kau mengkhianati ku, akan ku pastikan kau akan kehilangan lidah mu."

Felitha menyambut uluran tangan Candy, keduanya saling berjabat tangan.

"Aku tidak akan pernah mengkhianatimu, Candu." Gadis tambun itu meneguk ludahnya.

Candy melempar pandangan, menatap Bisma yang sembunyi-sembunyi berusaha mengambil sekeping donat di atas meja.

"Bisma ...."

"Y-ya?!" Bisma menepuk tangan di udara. "Ada lalat!"

Candy tersenyum geli. "Makan lah, aku tidak melihatmu."

Bisma girang, lekas menyambar sekeping donat dengan toping matcha favoritnya. Disantap nya dengan lahap.

"Apa yang kau inginkan?" tanya Bisma dengan kedua pipi menggembung.

"Tantry punya berapa ponsel?" tanya Candy.

"Hanya satu." Jawab Bisma, telunjuknya mengacung tepat di depan dada.

"Kau bisa mengakses ponselnya dari sini?" tanya Candy.

"Tentu saja bisa." Bisma tersenyum sinis.

"Laptopnya?"

"Sudah dalam genggaman ku, apa yang harus aku lakukan?"

"CPSD." Candy menyamarkan ucapannya.

Copy Paste Save Delete? Ah, ternyata dia belum sepenuhnya percaya pada Felitha. batin Bisma.

"Ok!" Bisma tersenyum miring.

Bisma lekas duduk di depan monitor, jemarinya menari-nari di atas keyboard, matanya fokus.

Selagi Bisma sibuk dengan layar monitor nya, Candy menyodorkan sebuah kartu nama pada Felitha, mata gadis tambun itu nyaris melompat saat membaca tulisan yang tertera.

CX Gym? Ini kan pusat olahraga yang sangat terkenal itu. Tidak sembarang orang bisa menjadi member di sini. Batin Felitha.

"Pergi lah ke tempat itu setiap hari, kau harus menurunkan berat badan mu," kata Candy yang terdengar bagai perintah.

Felitha membisu, akan tetapi, isi kepalanya sangat berisik. Gadis itu bingung bagaimana mendapatkan uang untuk biaya menjadi member di sana.

"Kau tidak perlu mengeluarkan biaya apapun, semua sudah ku lunasi untuk dua bulan. Termasuk biaya transportasi menuju kesana hingga pulang kemari," ungkap Candy.

"Kemari?" Felitha tersentak.

"Ya, kemari. Karena mulai hari ini, kau harus tinggal bersama ku di apartemen ini." Jelas Candy membuat Felitha semakin terbelalak.

"Kenapa kita sampai harus tinggal bersama?" tanya Felitha bingung.

"Karena aku harus mengontrol pola makan mu secara langsung. Aku tidak mau olahraga yang kau terapkan menjadi sia-sia karena kau makan semau mu. Apa kau keberatan?" sinis Candy.

"T-tidak, aku tidak keberatan, tapi, aku masih heran. Kenapa aku harus menurunkan berat badanku?" tanya Felitha.

Candy menghela napas jengah. "Tentu saja untuk merebut posisi mu kembali, apa kau tidak rindu saling menyapa dengan para followers mu?"

"Followers? Maksudmu, kamu akan membantu ku kembali menjadi model dan influencer? Menggeser posisi Tantry?" mata Felitha berbinar.

"Yaps, kita berdua sama-sama untung bukan?" Candy tersenyum licik.

"Aku mau! Aku mau tinggal bersamamu, tapi ... apa pria bertatto itu akan tinggal bersama kita juga?" Felitha melirik Bisma yang masih fokus dengan monitor.

"Tentu saja tidak, kita akan tinggal dengan pria yang jauh lebih tampan. Namanya Marco." Candy tersenyum penuh makna.

"Marco? Apa tidak berbahaya? Kita hanya dua gadis lemah, bagaimana jika Marco melecehkan kita?" Felitha cemas.

"Pfft, melecehkan apanya. Kau tenang saja, Marco itu pria baik-baik. Jika kau memperlakukan nya dengan baik, dia akan menjagamu jauuuuh lebih baik," jelas Candy.

"Tapi pria tetaplah pria, Candu. Mereka itu kaum licik."

"UHUK ...!" suara batuk Bisma menggelegar, Felitha pias.

Candy tergelak. "Bisma, bawalah Marco kemari. Tampaknya Felitha harus berkenalan."

"Siap, Tuan Putri." Bisma beranjak dari duduknya, melangkah keluar ruangan. Tak berselang lama, pria itu kembali datang dengan seekor anjing Pitbull di samping kakinya.

Mahluk berotot dan kekar, menatap Felitha dengan sorot mata tajam.

GUUKKKK!

BRUGH...! Felitha pingsan.

Ealah pingsan pula, capek aku ngangkat nya. batin Bisma menggerutu.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Felitha membuka matanya perlahan, aroma minyak kayu putih menyengat di ujung hidung. Gadis itu terbelalak saat Candy menatapnya tajam.

"Jadi, kau memilih tinggal dengan pria bertatto itu? Atau dengan Marco?" cecar Candy.

"Astagaaaa, aku baru siuman loh ini," rengek Felitha.

"I don't care, jawab!" bentak Candy.

"Aku lebih memilih tinggal bersama Marco ketimbang harus tinggal dengan pria mesum seperti dia." Felitha menunjuk Bisma dengan ujung telunjuknya.

"Shut up!" dengus Bisma murka.

Candy tertawa terbahak-bahak, tepuk tangannya memekakkan telinga. Bisma menatap gadis jelita itu dengan jengkel.

"Selesai." Bisma menekan tombol enter pada keyboard nya.

Candy dan Felitha berdiri menghampiri Bisma, ikut menatap layar monitor. Dua gadis itu saling beradu pandang dengan senyuman kemenangan.

Sementara itu, di sebuah rumah megah. Suara Tantry menggelegar, wanita itu menjerit-jerit sekuat hati bak kesetanan. Tangannya menggenggam erat segumpal rambut sembari menatap cermin.

"A-ada apa dengan rambut ku? Alis ku? Bulu mata ku? Apa yang terjadi padaku?!"

*

*

*