Psikopat Gila Jatuh Cinta

\=\=\=\=\=\=\=\= • Next Story • \=\=\=\=\=\=\=\=

Pagi harinya Arlleta pergike sekolahnya dengan perasaan ceria, saat sampai di gerbang sekolah Arlleta menatap Bastian, Gabriel dan Leonardo yang menatap dirinya di gerbang sekolah.

"Arlleta" sapa Leonardo

"Hmm kalian temannya Barra kan, ada apa!" sahut Arlleta

"Tidak hanya ingin memastikan jika kau baik-baik saja" Sahut Bastian yang kini berdiri di belakang Arlleta.

"Memastikan" gumam Arlleta.

"Ya sudah, pergilah ke kelasmu kami akan mengawasi mu dari kejauhan" ungkap Leonardo.

Arlleta di buat bingung dengan kelakuan ketiga sahabatnya Barra itu. Entahlah tapi sedari tadi ia tidak melihat kehadiran Barra di sekolah Arlleta tidak mau ambil pusing ia berjalan menuju kelasnya.

Disana ia bertemu dengan Rossa dan Rania yang memang sudah menunggu kehadiran dirinya.

Arlleta menatap kursi milik Sandra dengan tatap sedih. kemudian ia bertanya pada Rossa yang duduk di sebelahnya.

"Ross, apakah Sandra tidak masuk sekolah" tanya Arlleta.

"Nggak usah lo pikirin orang kayak gitu Let, sejak keluarganya bangkrut dan daddy-nya di tahan polisi seluruh anggota keluarganya menghilang tanpa kabar" jawab Rossa.

"Kasihan Sandra" ucap Arlleta.

"Lo masih aja kasihan sama orang yang udah nyakitin lu Let" Rania angkat suara.

"Bagaimana pun dia tetap sahabat kita Ran, Ros dia juga butuh kita" ucap Arlleta.

"Entahlah Let gue udah ilfil sih sama dia" ucap Rossa.

Pembicaraan merekapun harus terhenti karena guru yang mengajar hari itu sudah masuk ke dalam kelas dan pelajaran pun di mulai.

Ting...

Bel istirahat berbunyi semua murid berhamburan keluar kelas menuju kantin sekolah tidak terkecuali Rossa, Arlleta dan Rania.

Saat melangkahkan kaki keluar kelas di depan pintu sudah berdiri tiga bujang yang tadi pagi berbicara dengan Arlleta.

"Ngapain Lo di depan kelas kita" ucap Rossa pada Bastian.

"Menjalankan tugas" ucap Bastian.

"Arlleta lo mau ke kantin kan, ayo bareng sama kami" ucap Leonardo.

"Eiiittss tunggu dulu ngapain Letta harus bareng sama lo pada" ucap Rania

"Ini perintah kami hanya mengikuti perintah, Ayo Arlleta kita jalan" ucap Gabriel sambil menarik tangan Arlleta.

Mereka berjalan beriringan sontak semua mata menatap iri pada Arlleta, Rossa, dan Rania pasalnya ketiga bujang tampan itu adalah most wanted sekolah setelah Barra.

"Ngomong-ngomong dimana teman Lo yang nggak punya hati gue nggak lihat" Tanya Rossa pada Bastian yang berjalan di sebelahnya.

"Lo tanya gue" jawab Bastian.

"Gue tanya tembok, iya elo lah dasar manusia tidak peka" ucap Rossa menatap sinis Bastian.

"Bos gue lagi ada urusan makanya gue dan anak-anak yang jagain Arlleta" jawab Bastian setelahnya dengan nada rendah.

"Bisa sibuk juga dia gue kirain dia nggak ada kerjaan" ucap Rossa

"Lo kalau nggak tahu apa-apa mendingan diam deh" ucap Gabriel yang berada di depan Rossa bersama Arlleta di sampingnya.

Akhirnya mereka berenam sampai di kantin dan mengisi satu meja yang memang meja itu di khususkan untuk Barra dan sahabatnya tapi kali ini di isi oleh tiga bujang dan tiga gadis cantik.

"Lo mau pesan apa, Barra bilang lo harus makan banyak dan jangan khawatir kita yang bayarin" ucap Gabriel menatap Arlleta.

"Widih Arlleta aja ni yang di traktir kami nggak" ucap Rossa pada Gabriel.

"Lo pesan aja gue yang bayar" sahut Bastian yang duduk di depan Rossa.

\=\=\=\=\=\=\=\= • Di benua Amerika • \=\=\=\=\=\=\=\=

Barra menatap lekat pemandangan kota New York dari kaca yang ada di apartemen miliknya. Ia Barra sudah berada di kota New York dari dua jam yang lalu, ia berangkat ke Amerika setelah pulang dari markas malam setelah mengantarkan Arlleta pulang dengan menggunakan jet pribadi milik sang kakek Barra terbang bersama Eddy.

Tok..tok...tok...

"Masuk" ucap Barra.

Eddy datang dengan membawa seorang laki-laki yang usianya tidak jauh berbeda dengannya dan Barra. Eddy berjalan mendekati Barra sementara Barra masih setia memandang pemandangan kota New York di depannya.

"Tuan muda saya datang bersama Wildan" ucap Eddy

Barra berbalik menghadap Eddy dan benar di belakangnya ada sosok Pria yang bernama Wildan, Pria itu menunduk hormat pada Barra lalu melemparkan senyum tipisnya.

"Kau kemari" ucap Barra

"Ya tuan muda atas perintah Kakek anda" ucap Wildan.

"Kakek mengetahuinya" ucap Barra kembali dan dibalas anggukan kepala oleh Wildan.

"Lalu apa yang membawamu kemari" tanya Barra

Wildan yang di tanya langsung menunduk hormat sebelum mengeluarkan sesuatu di balik jas yang ia kenakan.

"Laporan yang akan membantu urusan anda di masa depan maupun di masa lalu" ujar Wildan.

Barra langsung mengambil map yang Wildan berikan padanya ia duduk di meja kerjanya dan membuka satu demi satu isi yang ada di dalam map itu.

"Kakek sudah memprediksikan ini sebelumnya" gumam Barra.

"Benar tuan muda, anda tidak perlu khawatir untuk urusan perusahaan yang perlu anda khawatirkan saat ini adalah seseorang yang anda lindungi" ucap Wildan.

Barra menatap Wildan dengan tajam tapi yang di tatap hanya melempar senyuman tipis.

"Anda jangan salah paham tuan muda, kakek anda hanya ingin yang terbaik untuk cucunya"

"Aku paham" ucap Barra

"Tapi sebaiknya anda tidak menghabiskan waktu anda di sini biarkan tuan Eddy yang mengurus segala urusan perusahaan di sini bersama Liam, anda sebaiknya kembali ke tanah air dengan segera" ucap Wildan

"Apa maksud mu Wil" tanya Barra tegas

"Saudara tirimu Michael menuju tanah air hari ini kemungkinan ia sudah mengetahui kelemahan anda"

"Apa maksud mu Will, kelemahan apa yang kau bicarakan" sahut Eddy menatap Wildan dan ia tak percaya Wildan secara gamblang mengatakan hal sensitif itu.

"Nona Arlleta" ucap Wildan.

"Apa maksud mu Wil" Kali ini Barra yang di buat naik pitam.

"Tenangkan diri anda, saya sudah mengirim seseorang yang selalu berada dekat dengan Michael dan dari laporannya Michael sudah mengetahui jika Nona Arlleta istimewa untuk anda, dan selanjutnya tuan muda lebih tahu maksud saya" ungkap Wildan

"Sial, Dia pasti merencanakan sesuatu pada Arlleta" ucap Barra sambil mengepalkan tangannya.

"Wildan kau ikut dengan ku ke tanah air dan kau Ed, lakukan tugasmu baru kau kembali"

"Hummm baiklah, aku akan menghubungimu Liam dan mengurus ke pulangan mu" ucap Eddy dengan nafas beratnya.

Barra kembali menatap isi dokumen yang di berikan Wildan tadi padanya dan menatap Eddy setelahnya.

"Simpan salinan dokumen ini Ed kau akan membutuhkannya nanti setelah pekerjaan mu selesai" Ucap Barra pada Eddy.

"Baiklah" Eddy mengambil dokumen itu lalu pergi keluar ruangan itu untuk mengurus kepulangan Barra bersama Wildan.

Barra kembali berdiri dari duduknya ia kembali menatap pemandangan kota New York dari kaca apartemen miliknya.

...****************...

...****************...

...****************...