Menceritakan tentang Raya seorang perempuan yang memiliki kelebihan yaitu Indra keenam. Raya adalah seorang vokalis bend nya yang berada KapRal. Raya juga merangkap sebagai pencipta lagu yang dia ambil dari kisah-kisah arwah penasaran.
Suatu hari Genk KapRal didatangkan beberapa musibah dan malapetaka, pertama Raya nyaris terbunuh, kedua bend KapRal mendapati sebuah fitnah bahwa bend mereka melakukan plagiat atas lagu-lagu yang diciptakan Raya.
Saat merasa frustasi Raya tiba-tiba mendapat ide untuk datang ke villa milik kakeknya.
Di Sana dia yang ditemani sagara menemukan beberapa hal ganjil serta berhasil menemukan sebuah syair atau mantra yang akan di ubah oleh Raya menjadi sebuah lagu.
Dari sanalah malapetaka besar itu akan muncul. Setelah Raya memperkenalkan lagi ciptaanya kepada teman-teman bend nya.
Satu persatu teman-teman bend mati dengan cara yang mengenaskan, pembunuh nya hanya meninggalkan jejak yang sama yaitu kedua bola mata korban lenyap tiada bekas.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kuireputih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 18 Melayat
Raya membuka mata.
Wajah khawatir Sagara dan Karin perlahan tampak. Rupanya, kini Raya telah terbaring di ranjang. Mungkin Sagara yang menggendong saat pingsan.
"Bemby! Bagaimana dengan Bemby?" tanya Raya panik.
"Sebaiknya kamu tenang dulu!" putus Sagara, "Setelah kamu bisa mengendalikan emosi dengan baik, kita sama-sama ke rumah Bemby. Reno dan Bara ada di sana …."
"Dengan Pita?" potong Raya cepat dan spontan.
Keheranan seketika menyergap. Mengapa tiba-tiba Raya menyebutkan nama itu? Padahal kepikiran saja tidak. Raya memang malas memikirkan wanita yang selalu berusaha menyingkirkannya dari posisi vocalist.
Namun, Pita tidak terlihat seperti orang yang bisa menguasai ilmu-ilmu yang berhubungan dengan alam gaib, sekalipun sering berpenampilan horror.
"Tentu Pita ada di sana. Mengapa tiba-tiba kau mencari cewek brengsek itu?" tanya Sagara sambil tersenyum kecut.
"Aku juga tidak tahu." jawab Raya sambil menggelengkan kepala.
"Lebih baik kamu tidak bertemu Pita atau Bara dulu, Ray!" ujar karin sambil meletakkan secangkir besar teh panas untuk Raya.
"Seperti saat ini keputusan itu memang sangat tepat. Mereka pasti akan menyalahkan mu atas kejadian ini. Bemby meninggal, terjun dari atap gedung rumah sakit setelah kesurupan. Kematian Rindu dan Aura juga tampak tak wajar. Mereka terlihat seperti berhalusinasi sebelum kematian menjemput. Kelanjutan berita tadi sudah tayang. Katanya kabel rem mobil yang dikendarai mereka seperti sengaja dipotong! Satu lagi persamaan dalam kasus mereka. Rindu dan Aura mengenakan cincin bermotif tengkorak yang sepertinya dipasang paksa. Di tempat Bemby terbunuh juga ditemukan cincin itu." Terang Sagara panjang lebar.
"Semua ini gara-gara lagu itu!" Gumam geram Raya.
"Lagu yang … kemarin kamu kenalkan pada kami?" tanya Karin yang langsung disambut dengan anggukan pelan.
"Kupikir bisa meng-handle-nya, seperti lagu-lagu kita sebelumnya. Ternyata … malah timbul korban. Rindu dan Aura juga jadi aneh gara-gara mendengar lagu itu!" sesal Raya.
"Aku tidak percaya!" potong Sagara cepat, "Raya, aku adalah orang pertama yang mendengarmu melantunkan bait lagu itu. Aku juga melihat pesta mengerikan itu, yang kembali terputar di studio. Tapi, kau lihat? Aku masih baik-baik saja! Entah kenapa aku merasa, jika orang yang mencoba membunuhmu, ada kaitannya dengan peristiwa ini!" lanjutnya panjang lebar.
"Santi juga mengatakan demikian!” ujar Raya dengan nada lemah.
Kedua alis Sagara saling bertaut. Ingatannya melayang pada nama yang baru saja disebut Raya. Nama yang pernah disebut sebelumnya, saat kasus penyerangan Raya beberapa waktu lalu.
"Ray, kau punya banyak teman hantu kan? Apa mereka tidak bisa dimintai tolong?" usul Sagara.
Raya menggeleng lemah, "Tidak semudah itu, Gara!"
"Kenapa? Dia hanya tinggal bilang. Tidak ada yang susah!" Sagara tampak kehabisan akal. Emosinya mulai meninggi.
"Karena dunia kita dan dia berbeda, Gara!" jawab Raya, "Aku tahu, dia ingin memberitahuku, tapi tidak bisa. Jika dia melakukan itu, mungkin sesuatu akan terjadi padanya. Sama halnya, kita tak boleh mencampuri urusan dunia mereka. Namun, aku sudah melanggar itu, Gara! Semua salahku!"
Raya menangis tersedu sambil menutup wajahnya. Sagara berusaha menenangkan dengan memberi rengkuhan pada gadis tercintanya itu. Dibiarkan tubuh Raya berguncang dalam pelukan. Sagara membelai kepala Raya dengan halus, sementara Karin hanya bisa menatap iri.
"Kalian lupa jika ada aku?" sindirnya, membuat Sagara melepas pelukannya seketika.
"Maaf, kami tidak bermaksud seperti itu!" ucap Raya dengan pipi bersemu merah.
Karin menghela napas, lalu tersenyum tipis.
"Jika kamu sudah merasa lebih tenang, lebih baik kita ke rumah Bemby. Setidaknya, kita melihatnya untuk terakhir kali. Bagaimanapun juga, dia adalah sahabat kita." lanjut Karin panjang lebar.
Raya dan Sagara mengangguk setuju.
"Baik, akan segera kusiapkan mobil. Kalian juga bersiaplah!" pungkas Sagara.
tapi kerennnnn 👍👍👍👍