NovelToon NovelToon
Satu Milyar Untuk 30 Hari

Satu Milyar Untuk 30 Hari

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Nikah Kontrak
Popularitas:8.6k
Nilai: 5
Nama Author: Tya

zea perempuan cantik yang harus menikah kontrak selama 30 hari dengan leon pengusaha kaya raya.
di dalam perjanjian pernikahan kontrak mereka tidak boleh saling jatuh cinta.
namun berjalannya waktu zea mulai ada rasa dengan Leon.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 20

Mamah Leon menatap anaknya dengan ekspresi heran yang sulit untuk digambarkan. Matanya membulat seolah-olah tak percaya dengan apa yang baru saja diucapkan Leon. 

Selama ini, Leon memang tidak pernah membanggakan perempuan manapun,  maupun istri kontraknya kepada Mamah Leon. Kini, ada sesuatu yang berbeda.

"Jangan bilang kamu menyukai perempuan itu?" ujar Mamah Leon dengan nada setengah bertanya.

Leon tertawa terbahak-bahak mendengar perkataan Mamahnya. "Mamah, Mamah, sejak kapan aku percaya cinta, ya? Sejak kejadian itu, aku sudah berhenti percaya pada cinta," ucap Leon sambil mengusap air mata yang keluar akibat tertawa.

Wajah Mamah Leon tampak sedikit cemas melihat perubahan sikap anaknya yang tiba-tiba. Ia mulai merasa khawatir bahwa ada sesuatu yang lebih dalam terkait perasaan anaknya pada wanita tersebut. 

Namun, ia mencoba untuk tidak menunjukkan kekhawatirannya dan tetap berusaha menjaga suasana tetap santai.

"Ya sudah, kalau memang begitu," sahut Mamah Leon sambil menghela napas panjang, mencoba menenangkan hatinya sendiri. "Aku hanya ingin kamu bahagia, Nak. Jadi, bagus lah kamu gak menyukai perempuan kismin itu aku akan mendukungmu."

Leon tersenyum mendengar perkataan Mamahnya. Meski hatinya masih terluka karena kejadian masa lalu, ia berusaha untuk melangkah maju dan menghadapi segala tantangan yang ada di depannya. 

Dan dukungan Mamah Leon adalah salah satu hal yang membuatnya merasa lebih kuat untuk melanjutkan hidup.

Malam itu, suasana di ruang keluarga rumah Leon terasa begitu hening. Mamah Leon duduk di kursi dengan wajah murung, menatap putranya yang sibuk dengan ponselnya. 

Sebenarnya, hati Mamah Leon sangat terluka dengan sikap Leon yang suka menyakiti perempuan. Tapi, mau bagaimana lagi, sudah segala upaya yang dilakukan Mamah Leon untuk mengubah sikap anaknya, namun hasilnya nihil, malah sikap Leon makin menjadi-jadi.

"Leon, sudahlah. Mamah mau pulang," ucap Mamah Leon dengan nada lelah. "Besok malam, coba datang ke rumah Mamah ya."

leon hanya mengangguk tanpa mengalihkan pandangannya dari ponsel, seolah tak peduli dengan perasaan ibunya. Begitu pintu rumah tertutup, Leon segera beranjak ke kamarnya.

"Zea!" panggil Leon begitu memasuki kamar, suaranya keras dan tegas.

"Apa, Tuan? Biasa saja kali, gak usah teriak-teriak gitu. telingaku masih normal," seru Zea sambil merebahkan tubuhnya di atas sofa.

Leon mendecak kesal, kemudian duduk di samping Zea. Dalam hati, dia merasa jengkel dengan sikap Zea.

Namun, Leon tidak bisa mengungkapkan perasaannya itu, justru malah melampiaskannya dengan sikap kasar kepada perempuan lain.

"Kamu gak pernah mengerti perasaan orang lain, ya?" ujar Leon dengan nada sinis, mencoba menyindir Zea.

Zea hanya menghela napas dan menggeleng, seolah mengatakan bahwa dia tidak peduli dengan apa yang dikatakan Leon. 

Sementara itu, di dalam hati Mamah Leon, harapan agar putranya berubah dan menghargai perasaan perempuan masih terus menyala, meski ia tahu betul betapa sulitnya menghadapi anaknya yang keras kepala itu.

"Lah emang perasaan kamu kenapa Leon?" Binggung zea 

"Tau lah !" Kesal Leon berdiri dari duduknya berjalan menuju kamar mandi 

Zea merasa tidak tahan lagi dengan rasa rindu yang menggebu-gebu dalam hatinya. Ia mengelengkan kepalanya perlahan, memikirkan betapa ia sangat merindukan ibunya dan kakaknya.

Suasana hatinya semakin terasa berat ketika melihat Leon baru saja selesai mandi, air mengalir dari rambut hitam pekatnya. Zea mencoba untuk mengumpulkan keberanian dan bersikap manis.

Ia berjalan mendekati Leon yang sedang sibuk mengacak rambutnya dengan handuk.

"Leon," lirih Zea dengan suara lembut.

"Hm," jawab Leon singkat, tak mengalihkan perhatiannya dari rambutnya.

"Boleh gak, aku menemui ibu?" pinta Zea dengan mata berkaca-kaca.

"Gak!" tolak Leon tegas dan sinis, membuat Zea terkesiap.

"Tapi Leon, eh, Tuan... sungguh, aku sangat kangen," ucap Zea, berusaha meyakinkan Leon.

"Dan aku gak perduli," balas Leon dengan nada dingin, tak peduli pada perasaan Zea.

"Aku mohon, Leon. Aku gak mungkin kabur sebelum 30 hari jadi istrimu," ujar Zea berharap Leon mengerti.

"Diamlah!" seru Leon dengan suara keras, membuat Zea terdiam. Leon lalu berbaring di atas kasur, menutup matanya untuk tidur.

Zea menundukkan kepalanya, bibirnya memanyun sedih. Hatinya semakin terluka, tapi ia tahu tak ada jalan lain selain menahan rindu yang menghantui setiap harinya.

Malam itu suasana di kamar tidur mereka sangat hening, hanya terdengar suara jarum jam berdetak dan suara ponsel Leon yang diletakkan di meja samping ranjang.

Pencahayaan dari lampu tidur yang redup menambah kesan mencekam di ruangan tersebut.Zea menatap punggung suaminya dari belakang, dia merasa ada perasaan yang tumbuh di hatinya.

Entah kenapa, tiba-tiba saja Zea ingin memeluk tubuh Leon, namun dia sadar itu tidak mungkin terjadi. Mereka hanya menjalani pernikahan kontrak selama 30 hari.

"Leon, kalau sudah 30 hari, aku boleh pulang?" tanya Zea, suaranya lirih dan penuh harap. Tiba-tiba saja pertanyaan itu terlontar dari bibirnya, tanpa bisa ia kendalikan.

"Iya, setelah itu kita anggap tidak pernah saling kenal," jawab Leon tegas, tanpa menoleh. Suaranya dingin, seperti es yang menyentuh hati Zea.

"Apa setelah aku pergi, kamu mau menikahi perempuan lain?" tanya Zea lagi, kali ini suaranya lebih berani dan ingin tahu.

Mendengar pertanyaan tersebut, Leon langsung menghadap ke Zea. Wajahnya yang tampan dan dingin membuat Zea terkesiap, jantungnya bergetar hebat, namun ia berusaha menahan rasa takutnya. 

Di dalam hati Zea, dia ingin tahu jawaban dari pertanyaan itu, apakah Leon benar-benar ingin menikahi perempuan lain setelah dirinya pergi?

Leon menatap Zea dengan tatapan sinis yang menghujam, bibirnya terangkat membentuk senyuman sinis yang penuh kebencian. 

"Jelaslah aku nikah lagi setelah kamu pergi, iya kali aku gak dapat yang lebih dari kamu," seru Leon dengan nada mencemooh.Wajah Zea memerah mendengar kata-kata Leon, namun dia mencoba menahan amarah dan kecewanya.

"Sampai kapan? Kamu menyakiti perempuan?" tanyanya dengan suara bergetar.

"Sampai aku puas, Zea," jawab Leon tanpa rasa bersalah. Ia mengejek dan menantang Zea, 

"Tidak akan pernah ada puasnya kalo  kamu masih banyak dendam."

"Sok tau!" sergah Leon dengan nada kesal, tangannya bergetar akibat emosi yang memuncak.

Zea mencoba untuk memberanikan dirinya, menghadapi pria yang mulai dicintainya itu.

"Leon, hidup kamu tidak akan bahagia kalo kamu seperti ini terus, cobalah untuk berdamai dengan masa lalumu," ujarnya dengan suara yang tenang dan penuh harap.

Namun, Leon semakin marah, "Tau apa kamu tentang masa lalu aku, Zea?!" serunya dengan nafas memburu, emosi yang tak terkendali menguasai dirinya. Wajahnya merah padam, matanya melotot penuh amarah, seakan siap untuk meledak kapan saja.

***

1
Ellis Herlina
Bagus, membuat penasaran jadi pengen terus membacanya.
Dewi
👍
Rike
cwok gk besyukur🤦
Dewi
ceritanya sangat bagus
🌜💖Wanda💕🌛
Luar biasa
Ivana Make Up
awal yg bagus😍aku suka baca novel
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!