"Tak terbayangkan oleh Kanaya, jika pertemuannya dengan seorang CEO akan merubah kehidupannya seratus delapan puluh derajat.
Karena kesalah pahaman membuatnya menjadi tawanan sang CEO dan harus membayar kesalahan yang tak pernah ia lakukan demi menyelamatkan nama baik keluarga.
" Yang penasaran akan alur ceritanya yuk di kepoin , and happy reading guys"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon @LJSDewyLee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Canggung
Waktu menunjukkan pukul sebelas malam saat Kanaya terbangun dari tidurnya, dalam dekapan Leo.
Leo yang terusik dengan pergerakan Kanaya pun terbangun.
Kanaya merasa malu dan juga canggung akan dirinya saat ini yang tak mengenakan pakaian di hadapan Leo, dirinya dan Leo hanya menutupi tubuh mereka dengan jas yang Leo kenakan tadi.
" Ada apa? "
Leo duduk dan Kanaya bangun dari dekapan Leo, Kanaya menutupi bagian dadanya dengan kedua tangannya, entah semalu apa dirinya saat ini.
Leo yang melihat hal itu hanya tersenyum simpul dengan cepat ia mengambi kemejanya yang tergeletak di bawah kakinya dan memakainya pada Kanaya.
"Pakai dulu kemejaku, nanti ganti di kamar"
Kanaya mengangguk dan mencoba menurunkan kakinya ke bawah kursi namun tiba-tiba ia meringis kesakitan dibawah pangkal pahanya.
" Aawww"
Leo yang melihat hal itu segera memegangi bahu Kanaya.
" Kenapa? apa kau kesakitan karena itu?" tanya Leo panik.
Kanaya kembali menganggukan kepala dan hal itu membuat Leo merasa bersalah karena telah membuat Kanaya kesakitan hingga wanita itu kini tak bisa bergerak ataupun berjalan dengan bebas.
" Ya sudah, tunggu sebentar aku pakai celanaku dulu"
Leo mengambil celananya yang tergeletak di bawah kursi dan kemudian memakainya di hadapan Kanaya, juga memakai jasnya saja sementara kemejanya di kenakan Kanaya.
Leo membuka pintu mobil dan beralih ke kursi pengemudi, untuk masuk ke dalam mansion .
Leo sengaja memasukan mobil mewahnya ke dalam mansion, ia tak ingin Kanaya sampai malu di lihat para pengawal ataupun Alan dan Bi Yati.
Begitu sampai ia terlebih dahulu turun dari mobil, dan mematikan semua lampu di dalam Mansion.
Setelah itu ia segera kembali ke mobil dan membukakan pintu mobil untuk Kanaya.
" Kau bisa turun tidak?"
Kanaya mencoba untuk turun meskipun dengan menahan rasa sakitnya, hal itu tak lepas dari pantauan Leonard, dengan sigap Leo membopong tubuh Kanaya ke dalam pangkuannya.
Kanaya begitu terkejut saat tiba-tiba tubuhnya terasa melayang dan kini dalam pelukan Leo yang membawa dirinya menuju kamar tidur di lantai atas.
Kanaya menatap Leo tanpa sedikit pun berpaling dari wajah sang suami, Leo sadar jika dirinya tengah di tatap Kanaya, mencoba untuk tidak terganggu meskipun kini ia merasa senang dengan semua itu .
Leo membaringkan tubuh Kanaya di tempat tidur dengan hati-hati.
" Kau beristirahatlah, atau kau mau mandi dulu ? sebentar aku akan menyiapkan air hangat untukmu"
Leo beranjak dari sisi Kanaya, namun ia sempatkan untuk mengecup kening Kanaya sebelum pergi ke kamar mandi menyiapkan air hangat.
Kanaya kini semakin di buat bingung dengan perasaannya dan juga sikap Leo yang berubah begitu manis pada dirinya.
Hingga Kanaya pun larut dalam lamunannya sementara Leo menyiapkan air hangat untuknya , Leo membersihkan diri di bawah guyuran air hangat yang membasahi tubuhnya.
Leo teringat kembali saat ia berhasil melakukan penyatuannya untuk pertama kali dengan wanita yang ia cintai yaitu Kanaya ia sadar dan yakin jika perasaannya untuk Kanaya adalah perasaan cinta yang tak pernah ia rasakan sebelumnya.
Leo kembali teringat dan terngiang bagaimana Kanaya mendesah dan menyebut namanya dalam kungkungan dirinya membuat Leo kembali bergairah dan menginginkan lagi Kanaya.
Namun ia ingat jika Kanaya saat ini tengah kesakitan karena ulahnya yang terlalu brutal menikmati keindahan tubuh Kanaya yang bagi setiap orang adalah tipe ideal atau sempurna Leo tersenyum bangga dan juga bahagia bisa memiliki Kanaya seutuhnya.
Dengan cepat Leo menyelesaikan mandinya ia tak ingin terlalu lama memikirkan Kanaya bisa -bisa sesuatu di bawah sana kembali mengamuk untuk bisa kembali memasuki rumahnya yang baru saja ia masuki dengan susah payah.
" Naya, airnya sudah siap!!!" ucap Leo ketika ia keluar dari kamar mandi dengan handuk melingkar di pinggangnya.
" Ahh...iya, terima kasih"
Kanaya tersentak dari lamunannya saat melihat Leo yang berjalan ke arahnya dengan handuk melingkar di pinggangnya menampilkan lekuk tubuh Leo dan otot perutnya yang terlihat begitu indah dan mempesona setiap wanita pastinya.
" Kenapa? Sepertinya kau melamun barusan?" tanya Leo.
" Tidak...a...aku tidak melamun " Kanaya dengan gugup.
" Baiklah, ayo ku bantu kau ke kamar mandi" Leo mencoba membantu Kanaya namun di tolak Kanaya yang semakin gugup dengan keberadaan Leo .
" Tidak, tidak apa-apa, aku...aku bisa sendiri, kau...kau pergilah beristirahat, lagipula ini sudah larut malam, kau besok harus ke kantorkan?" ucap Kanaya dengan terbata bata.
Leo yang sadar jika Kanaya tengah gugup dan canggung di hadapannya itu hanya mengulas senyum tipis.
" Kenapa kau malah tersenyum?"
Kanaya menatap Leo yang seperti menertawakan dirinya anggapnya dan hal itu membuat Kanaya sedikit kesal.
" Malam ini aku tidur di sini, lagipula kita suami istri sudah seharusnya kita tidur dalam satu kamar" ucap Leo dengan enteng
Sontak perkataan Leo membuat Kanaya membulatkan matanya lebar-lebar saking terkejutnya.
" Apa itu tidak...tidak terlalu cepat.... biasanya kita tidur terpisahkan?"
" Naya, aku suamimu dan aku berhak atas dirimu dan juga kamar ini"
" Terserah kau saja...lagi pula aku tidak bisa menolak perintahmu itu "
Kanaya dengan sedikit kesal ia berjalan dengan tertatih-tatih ke kamar mandi dan bisa Leo dengar desis dan ringisan Kanaya sembari berjalan, ia hanya bisa tertawa dan menggelengkan kepala melihat tingkah Kanaya yang baginya terlihat lucu.