NovelToon NovelToon
The Second Wife

The Second Wife

Status: sedang berlangsung
Genre:nikahmuda / Poligami / Cinta setelah menikah
Popularitas:13.2k
Nilai: 5
Nama Author: Gilva Afnida

Pergi dari rumah keluarga paman yang selama ini telah membesarkannya adalah satu-satunya tindakan yang Kanaya pilih untuk membuat dirinya tetap waras.

Selain karena fakta mengejutkan tentang asal usul dirinya yang sebenarnya, Kanaya juga terus menerus didesak untuk menerima tawaran Vania untuk menjadi adik madunya.

Desakan itu membuat Kanaya tak dapat berpikir jernih hingga akhirnya dia menerima tawaran Vania dan menjadi istri kedua.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gilva Afnida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 20

Kanaya berpikir keras mengenai ucapan Tania yang ingin menjebak Adnan dengan menggunakan minuman perangsang. Meski dia tak terlalu mengetahui dengan pasti efek minuman perangsang jika diminum oleh Adnan, namun Kanaya dengan yakin jika Adnan yang meminumnya akan berdampak buruk nantinya. Oleh karena itu, Kanaya akan memutar otak supaya rencana licik Tania tidak akan berjalan mulus.

Dia sudah berada di dapur sekarang, membersihkan apapun yang bisa dia bersihkan tanpa mempedulikan tatapan tajam dari Helga yang terus mengawasinya.

Sedang Kanaya sedari tadi mengawasi gerak-gerik Tania yang belum terlihat aneh.

"Ma, aku pergi dulu sebentar ya." Tania meminta izin pada Helga.

"Mau kemana? Sebentar lagi kita akan pulang lho."

"Beli obat di luar sebentar. Perut aku mules kayak mau datang bulan, aku izin nginep di sini semalem aja ya, Ma. Kayaknya gak kuat deh kalau harus ikut pulang nanti," jawab Tania sambil meremas perut dan meringis kesakitan.

"Apa gak sebaiknya periksa ke dokter aja kamu?" Toni mulai khawatir melihat ekspresi Tania yang seperti kesakitan.

"Gak usah, Pa. Emang biasa tiap bulan aku gini kok. Entar kalau udah minum obat terus tidur sebentar badanku jadi lebih enakan."

"Ya udah kalau gitu biar papa aja yang beliin obatnya," ucap Helga.

"Jangan dong, Ma. Nanti aku malu, soalnya mau sekalian beli pembalut."

"Tapi kamu kelihatan kayak kesakitan gitu, gak apa-apa kalau mau beli sendiri?"

"Gak apa-apa kok, nanti kalau ada apa-apa aku telpon."

"Ya udah sana."

Setelah mendapatkan izin, Tania segera keluar dari rumah. Sedang Kanaya menatapnya tak percaya sembari tepuk tangan dalam hatinya. 'Gak nyangka aktingnya keliatan natural banget, aku yakin dia sebenarnya mau beli obat perangsang bukan obat penghilang nyeri datang bulan!'

"Heh! Ngalamun aja!" Adnan menepuk pundak Kanaya hingga mengagetkannya.

"Hih! Hobi banget sih ngagetin orang!" kesal Kanaya sambil berlalu.

"Eh, eh, mau kemana? Buatin aku es kopi dulu, aku haus."

"Ogah, punya dua tangan fungsinya buat apa?" Kali ini Kanaya enggan untuk membuatkan minuman untuk Adnan. Dalam hatinya masih dongkol akibat memergoki Adnan berciuman dengan Vania kemarin malam.

"Buat kerja, cari duit nafkahin istri dua." Adnan menatap Kanaya yang nampak marah, terlihat dari gerak geriknya yang tidak mau menanggapi candaannya. Lalu dia melihat sekeliling memastikan tidak ada orang yang melihat mereka berdua.

Setelah tidak ada yang memperhatikan, Adnan berjalan mendekat ke arah Kanaya. "Kamu masih cemburu?"

Kanaya menatap Adnan dengan heran. "Idih, siapa juga yang cemburu," ujarnya berbohong.

"Kemarin kamu lihat aku ciuman sama Vania kan?" tanya Adnan tanpa basa-basi. "Terus kamu cemburu."

Kanaya membalikkan badan, tak sengaja dia langsung menghadap wajah Adnan yang hanya berjarak beberapa senti saja. Sejenak dia terpaku menatap wajah tampan yang dimiliki Adnan, namun sedetik kemudian dia kembali tersadar lalu menundukkan kepalanya sambil berusaha menjauh.

"Mau kemana?" Rupanya Adnan kembali menarik tubuh Kanaya.

"Lepasin!" bisik Kanaya dengan kedua matanya melotot. "Nanti kalau kita ketahuan orang gimana?"

"Biarin. Toh, mereka yang menginginkan kita untuk menikah. Jadi seharusnya tidak ada masalah kalau aku berduaan gini denganmu." Adnan menatap lurus pada wajah Kanaya yang sebenarnya tidak secantik Vania namun setelah penyatuan mereka berdua kemarin, Adnan selalu merasa Kanaya begitu candu. Dia ingin sekali lagi menikmati tubuh Kanaya yang selalu membuatnya bergairah di atas ranjang.

"Tidak masalah untukmu tapi akan ada masalah untukku dikemudian hari."

Dalam netra kehitamannya, Adnan bisa melihat pancaran luka dan kesedihan yang ditampakkan oleh Kanaya.

"Mas Adnan ngapain?"

Adnan dan Kanaya reflek langsung menjauhkan diri dengan salah tingkah. "Ehem." Adnan bahkan pura-pura berdeham untuk mengusir rasa keterkejutannya. "Bukannya tadi kamu lagi keluar?" tanyanya.

"Iya, udah dapet obat jadi langsung pulang. Mas Adnan lagi digodain sama si Naya ya?" cecar Tania sambil melipat kedua tangannya.

"Enggak, tadi lagi marahin Kanaya soalnya gak mau buatin mas es kopi." Adnan berdoa dalam hatinya semoga Tania tak berpikiran lebih jauh tentangnya dan Kanaya. Bukan apa, dia hanya tak ingin Tania menceritakan hal yang berlebihan pada Vania nanti. Dia masih belum siap untuk menceritakan yang sesungguhnya pada Vania.

"Mas mau es kopi?" tanya Tania dengan antusias.

Adnan langsung menganggukkan kepalanya berharap Tania lebih memilih membicarakan soal es kopi dibanding kedekatannya tadi dengan Kanaya.

"Sini aku buatin, sekarang mas duduk aja di kursi sana."

"Iya, makasih ya."

Adnan pun berlalu dari dapur, kini hanya ada Tania dan Kanaya yang hendak ikut pergi dari dapur namun segera di cegah oleh Tania.

"Habis ngapain kamu tadi?" tanya Tania dengan menatap Kanaya tajam.

"Gak ngapa-ngapain," jawab Kanaya santai.

Tania menyipitkan mata, menatap kedua mata Kanaya untuk mencari kebenaran. "Awas ya kalau ganjen! Kamu itu cuma dimanfaatin biar punya anak untuk mbakku. Bukan untuk dijadiin ratu kedua di sini."

Kanaya memutar kedua bola matanya malas. "Iya, iya. Sekarang aku boleh pergi?"

Bukannya menjawab, Tania malah melengos begitu saja dari hadapan Kanaya.

Melihat itu, Kanaya hanya mampu menguatkan diri untuk tidak menjambak adik sepupunya yang menyebalkan itu. 'Sabar, sebentar lagi dia akan dapat imbasnya.'

Setelah beberapa menit kemudian, Tania datang ke ruang tamu yang berisi Vania, Adnan, kedua orangtuanya serta Kanaya yang dipaksa oleh Vania untuk bergabung.

"Mama papa mau pulang kan?" tanya Tania setelah meletakkan nampannya.

"Iya. Kamu yakin mau di sini aja, gak ikut pulang?" tanya Helga.

"Enggak, Ma. Pengen nginep aja disini, boleh kan, Mbak?"

"Iya, boleh aja kok."

"Oh iya, aku udah buatin minuman untuk kita berempat." Tania menyerahkan masing-masing gelas pada Vania, Adnan, Tania dan Kanaya.

"Wah, makasih lho repot-repot," ujar Vania yang kemudian langsung meminum minumannya. Kanaya yang melihat pun menggigit jari-jarinya karena tengah menunggu waktu yang pas untuk melancarkan aksinya.

Sedang Adnan masih fokus pada laptopnya sambil berucap, "Makasih udah dibuatin minuman, Tan."

Tania terlihat senyum malu-malu sambil salah tingkah.

"Vania, Adnan. Kami pulang dulu ya."

Helga dan Toni berpamitan pulang, Vania dan Adnan terlihat beranjak dari kursi untuk mengantar Helga dan Toni sampai ke depan. Begitupun Tania yang ikut mereka berdua.

Tinggal Kanaya yang kemudian mulai melancarkan aksinya. Dia beraksi untuk menukar minuman. Dia tak tahu dalam minuman tersebut berisi apa saja. Yang jelas, milik Adnan akan dia ambil sedang miliknya akan dia tukar dengan milik Tania. Begitupun milik Tania akan dia putar dengan milik Adnan. Minuman milik Vania tidak akan dia ubah karena sudah berkurang setengah, akan terlihat kentara jika Kanaya mengubah posisi minumannya.

1
Muhammad Malvien Laksmana
Luar biasa
Muhammad Malvien Laksmana
Biasa
Endah Windiarti
Luar biasa
Jessica
ceritanya bagus penulisan nya juga tertata g bikin jenuh
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!