Psikopat Gila Jatuh Cinta

\=\=\=\=\=\=\=\= • Next Story • \=\=\=\=\=\=\=\=

Di ruangan serba putih seorang gadis menggeliat dan membuka matanya, ia menetralkan pandangan matanya melihat sekeliling ruangan.

"Ah.. Kok di kamar bukannya tadi di ruang tengah siapa yang angkat gue ke kamar ini" gumam Arlleta.

Arlleta beranjak bangun dari tidurnya ia menatap jam dinding yang berada di dinding kamar itu betapa kagetnya ia berarti hampir seharian ia tertidur hingga melewatkan makan siangnya.

Pasalnya sekarang sudah pukul dua siang dan hal itu membuat Arlleta tercengang kenapa ia sampai tidur sepulas itu.

Arlleta keluar dari kamarnya ia ingin bertanya pada Bi Adelia kenapa tidak ada yang membangunkannya hingga ia tidur sepulas itu.

Saat di luar kamar Arlleta sempat menatap kamar milik Barra yang masih tertutup rapat. Arlleta melihat pintu kamar itu dengan perasaan yang rumit.

"Apa Barra udah pulang atau belum ya" gumamnya.

Pada akhirnya Arlleta melanjutkan langkahnya untuk menuju lift dan kelantai bawah dimana ia bisa bertemu dengan bi Adelia atau pekerja yang bekerja di rumah Barra.

Saat lift sudah terbuka Arlleta melihat ada bi Adelia yang sedang berjalan menuju ruang makan.

"Bi" ucap Arlleta.

"Iya nona, apakah nona sudah mau makan siang" ucap Bi Adelia.

"Tidak bi, Arlleta mau tanya apakah Barra sudah pulang bi"

"Tuan muda tadi sudah pulang non, tapi tuan muda baru saja berangkat bersama tuan Eddy dan hanya meninggalkan pesan untuk non Arlleta agar tetap di rumah dan tidak pergi keluar" Jawab Bi Adelia.

"Tuan Eddy itu siapa bi" tanya Arlleta.

"Asisten pribadinya tuan muda nona, lebih baik sekarang nona makan siang bibi sudah siapkan makan siang untuk nona" balas Bi Adelia.

"Baiklah bi makasih" sahut Arlleta sembari mengikuti bi Adelia menuju meja makan.

Setelah menyelesaikan makannya Arlleta tampak bosan, di rumah besar ini ia merasa tidak ada yang bisa ia kerjakan selain menonton televisi. Keluar dari rumah ini ia takut bukan takut karena hal mistis tapi ia takut tersesat sebab rumah ini banyak sekali ruangannya.

Arlleta melihat sekeliling dan ia memiliki ide untuk membuat sesuatu yang Barra sukai mana tahu dengan begitu Barra akan berbaik hati padanya dan mengembalikan kalung miliknya.

Langkah awal Arlleta harus mencari tahu apa yang disukai oleh Barra dan orang yang paling terdekat dengannya di rumah ini adalah Bi Adelia. Maka Arlleta berinisiatif untuk menanyakan hal itu pada bi Adelia.

Tempat yang paling ia tahu dimana ada bibi Adelia adalah dapur maka Arlleta melangkahkan kakinya menuju dapur. Tapi disana ia tidak menemukan bibi Adelia dia hanya melihat dua orang pekerja yang sedang mengobrol.

"Kau lihat dengan adanya nona Arlleta tuan muda tidak pernah marah-marah lagi" ucap salah satu dari mereka.

"Ya sepertinya nona Arlleta itu istimewa untuk tuan muda" balas yang lain.

"Aku bersyukur dengan kehadiran nona Arlleta rumah ini terasa hidup"

"Kau benar, tuan muda juga tidak terlihat menakutkan bahkan aku bisa melihat senyuman di wajah tuan muda untuk nona Arlleta" sahut yang lainnya.

Arlleta yang mendengarkan percakapan mereka hatinya menghangat, entah perasaan bahagia itu hadir saat ia bisa membuat orang lain ikut merasa bahagia.

Arlleta berjalan mendekati kedua orang itu dan mereka menghentikan percakapan mereka yang mana sebenarnya Arlleta sudah mendengar banyak hal yang mereka bicarakan.

"Nona Arlleta, ada yang bisa kita bantu"

"Aku mencari bibi Adelia, kalian tahu dimana ia berada"

"Bibi Adelia sedang membersihkan ruang kerja tuan muda nona, nona tunggu disini saja sebentar lagi bibi Adelia juga akan kembali" ucap salah satu dari mereka.

"Kalau boleh aku tahu dimana ruang kerja Barra aku akan menyusul bibi Adelia kesana"

Saat Arlleta menyampaikan niatnya itu kedua orang di depannya terlihat gugup dan mereka seperti khawatir dan ketakutan.

"Hei kalian kenapa" tanya Arlleta setelah tidak mendapatkan jawaban dari mereka berdua.

"Tidak nona, sebaiknya nona menunggu saja disini kami tidak berani nona" ucap salah satunya.

"Tidak benari kenapa" tanya Arlleta. Dan sebelum mereka menjawab ternyata bibi Adelia sudah berjalan mendekati Arlleta dan kedua pekerja tadi.

"Nona Arlleta apa anda mencari saya nona" tanya bibi Adelia.

Arlleta membalikkan badannya menatap bibi Adelia dan kedua orang pekerja itu langsung membubarkan diri dari hadapan Arlleta tanpa di perintah.

"Iya bibi, aku ingin tahu apa yang di sukai Barra bi" tanya Arlleta

"Tuan muda sangat menyukai buah strawberry nona, tuan muda juga menyukai cake strawberry" ungkap bibi Adelia.

"Wah sepertinya aku sudah mendapatkan ide untuk membuat Barra senang bi, mau kah bibi membantu ku"

"Membantu apa nona"

"Membuat cake strawberry untuk tuan muda dingin itu bi, ayo" sahut Arlleta menarik tangan bi Adelia menuju dapur.

\=\=\=\=\=\=\=\= • Bagaskara grup • \=\=\=\=\=\=\=\=

Barra memasuki ruang kerjanya ia duduk di kursi kebesarannya di ikuti oleh sang asisten pribadinya Eddyson Walker.

Eddy adalah sahabat Barra sejak ia kecil dan Eddy adalah anak dari mendiang paman Felix yang juga merupakan asisten pribadi ayahnya Barra.

Mereka berdua sama-sama kehilangan sosok ayah karena kecelakaan yang tidak wajar yang di yakini keduanya. Barra maupun Eddy sama sedang menyelidiki kasus kematian ayah mereka.

"Jadi katakan apa yang membuatku harus kembali ke kantor Ed"

"Tidak banyak, hanya ini" jawab Eddy memberikan beberapa dokumen.

"Lalu bagaimana dengan penyidikan"

"Sudah ada titik terang dan kau tahu hal itu mengarah pada Ayah tirimu" ungkap Eddy.

"Sudah ku duga"

"Ku dengar kau menyekap anak Baskoro"

"Ya, dia berani mengganggu gadisku dan aku tidak dapat melepaskannya"

"Aku mengerti Bar, tapi ingatlah pasti ada sebab akibat atas tindakan mu"

"Seperti biasa kau urus hal tidak penting itu"

"Baiklah, tapi aku ingatkan kembali kau harus berhati-hati dengan saudara tirimu itu"

"Cih...aku tidak pernah menganggapnya saudara"

Setelah siap menandatangani beberapa dokumen yang di ajukan Eddy, Barra melirik pada Eddy yang sepertinya ingin membicarakan sesuatu.

"Ada apa lagi Ed"

"Kau harus pergi ke Amerika Bar, kau tahu ayah tirimu itu sedang mengatur rencana untuk menggulingkan mu dari jabatan ini"

"Haruskah aku kesana"

"Hmm, dan tidak ada waktu lagi Bar"

"Sial sekali"

Barra memandang langit sore dengan tatapan rumit, Eddy paham apa yang di pikiran Barra tapi tidak ada pilihan lain selain menyelesaikan masalah perusahaan sebelum hal besar akan menghancurkan semuanya.

...****************...

...****************...

...****************...