Kecelakaan yang membuatnya cacat dan berakhir menggunakan kursi roda membuat Zenita sang Nona muda gagal menikah dengan kekasihnya. Ia terpaksa harus menikah dengan supir pribadinya karena mempelai pria tidak datang ke pernikahan. Namun bagaimana jadinya jika keduanya sudah memiliki pujaan hati masing-masing namun dipaksa untuk bersama?
Apakah keduanya akan saling jatuh cinta seiring berjalannya waktu? Ataukah berakhir dengan perceraian?
Sementara sang mempelai pria yang tidak datang ke pernikahan itu kembali ke kehidupannya setelah pernikahan itu terjadi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sagita chn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
20. Franz pergi
Mobil Nona sekarang sudah terparkir di area depan rumah Franz. Rumah yang tampak asri bagi Zenita. Banyak bunga, banyak rerumputan dan banyak pohon-pohonan juga disitu.
Mobil mewah tentulah tidak bersuara. Tiba-tiba sudah terparkir begitu saja didepan rumah. Fara yang baru saja keluar kamar pun langsung melihat mobil itu yang sudah terparkir didepan rumah.
"Asik kakak pulang! Pasti dia ingat hari ulang tahun ku kan. Sudah kuduga. Aku akan meminta kado paling mahal tahun ini" Bergumam sambil keluar rumah dengan penuh semangat untuk menyambut kehadirannya.
"Kakak! Aku tahu kau pasti datang!" Berteriak layaknya anak kecil.
Ampun teriakan bocah itu pasti sampai ke tetangga. Franz sudah keluar dari mobil.
Franz langsung beralih membukakan pintu mobil untuk istrinya. Begitu terkejutnya Zenita melihat kehadiran wanita itu. Ya wanita yang ia temui dirumah sakit waktu itu dan ia caci maki karena mencium kakaknya sembarangan.
"Hah! Nona??" Terkejut. Bahkan ia menutup mulutnya dengan tangan.
Tumben Nona ikut? Ada apa ini?
"Apa kakakmu pulang? Kenapa kau heboh sekali!" Mendengar teriakan putrinya saat didapur membuat ibu ikut keluar juga dari dalam rumah. Melihatnya menutup mulut juga membuatnya penasaran.
"Hah! Siapa itu Fara?" Ibu Franz sudah melihat wanita cantik, putri, bersih, berambut panjang itu dan berpakaian putih, namun terlihat terpancar kekayaannya. Hanya saja ia memakai kursi roda dan penuh dengan perban di satu kaki dan satu tangannya. Tapi tetap saja kesempurnaannya masih begitu terlihat dimata ibunya Franz.
"Itu Nona muda Bu."
"Benarkah??? Sebaiknya ibu ganti baju dulu. Kenapa dia datang tiba-tiba?" Rada kaget. Namun ia langsung bergegas masuk kedalam rumah lagi. Karena dirasa bajunya berbau bumbu dapur dan bau kompor. Terlebih yang datang itu bukan sembarangan orang pikirnya, tapi majikan Franz. Jadi ibunya Franz pun ingin menyambutnya dengan sangat baik. Belum tau saja dia kalau yang datang itu menantunya. Mungkin lebih heboh lagi kalau dia tau yang datang itu menantunya.
"Beginilah keadaan rumahku Nona. Tidak sebaik yang Nona kira." Ujar Franz sambil mendorong kursi roda itu untuk menuju ke dalam rumah.
"Rumahmu sangat bersih. Indah dan rapi. Adem juga saat dipandang. Itu Fara bukan?"
"Iya Nona."
"Apa dia menerima kehadiranku kemari. Aku rasa dia masih kesal kepadaku."
"Tidak Nona. Anda belom mengenalnya saja."
Fara bukan kesal. Ia sesekali membuang pandangannya karena malu dan tidak enak diri saat melihat Nona muda. Apalagi ia sudah mengoceh banyak waktu itu. Padahal ia kakak iparnya, ya walupun ia menjadi kakak ipar secara tidak sengaja.
"Halo Fara.." Nona sudah tersenyum menatapnya sambil menyapa.
"Ha-halo juga Nona. Hehe" Sembari meringis dan menggaruk kepalanya. Aduh ia tidak tahu harus bersikap bagaimana.
Dia cantik sekali. Bahkan sudah menjadi kakak iparku sekarang. Ya walupun ini mungkin cuma sementara, tapi aku rasa aku seperti masuk didalam kehidupan novel saja.
Setelah bergegas mengganti baju ibunya Franz pun keluar kembali untuk menyambut mereka.
"Franz?" Tatapan penuh dengan pertanyaan kepada putranya.
Siapa itu?
Kenapa kau pulang membawa majikan mu tidak bilang-bilang. Pikirnya.
"Ya ampun apa ini Nona?Anda cantik sekali. Saya ibunya Franz. Kenapa datang tidak bilang-bilang Nona. Setidaknya kami bisa menyiapkan sesuatu untuk anda. Selamat datang dirumah kami.." Menyambut dengan penuh semangat bercampur grogi juga.
"Oh Ibu saya Zenita.Ibu juga sangat cantik. Senang bisa bertemu Ibu. Maaf saya datang kemari tiba-tiba. Apa saya boleh main kesini Bu? "
"Ohh tentu saja sangat boleh Nona. Setiap hari juga boleh. Hehe...Silahkan masuk Nona. Franz ayo cepatlah masuk!"
"Terimakasih banyak Bu." Zenita pu terlihat tersenyum bahagia sambil masuk kedalam rumah itu karena disambut baik.
Sekarang semuanya sudah duduk disofa ruang tamu itu. Sementara Fara sedang menyiapkan suguhan untuk sang Nona.
"Kami sangat senang sekali Nona mau datang kemari. Ya keginilah keadaan kami Nona apa adanya."
"Maaf sebelumnya jika kedatangan saya merepotkan kalian semua. Saya sungguh bosan berada dirumah Bu, makannya main kemari."
"Ah tidak sama sekali Nona. Justru kami merasa sangat senang."
Ibu dan Zenita tampak mengobrol kembali.
Sementara yang pening kepala ada dibelakang.
Astaga! Aku harus menyiapkan suguhan apa? Ini bukan tamu sembarangan.
"Kakak. Bantu aku!" Alhasil ia mengirim pesan dan beruntung langsung dibaca oleh Franz.
Astaga bocah ini ada-ada saja!
Franz pun meninggalkan keduanya terlebih dulu ke dapur.
"Hmm. Kenapa?"
"Astaga! Malah bertanya kenapa? Aku harus menyuguhkan apa kakak? Dia suka apa? Minumnya apa?"
"Siapkan saja air putih dan buah. Apa tidak ada? Nona sedang mengonsumsi obat. Tidak sembarangan minuman harus ia minum."
"Oh begitu. Kalau gitu pasti sudah aku persiapan sejak tadi."
Urusan suguhan segala macamnya sudah selesai. Kini mereka semua kembali duduk diruang tamu.
"Nona tidak kemari dengan suami Nona? Aku dengar Anda telah menikah?"
Astagaaa! Kenapa pertanyaan itu yang di pertanyakan ibu.
Fara pun juga kaget dan hanya terdiam menggigit jemarinya.
Bu! Kakak itu suaminya. Haha...
"Hehe. Saya juga kemari bersama suami saya Bu." Menjawab enteng saja sambil tertawa kecil. Tapi itu memang betul adanya.
"Oh begitu. Apa dia tidak mau turun? Apa dia sudah pergi? Tapi mobilnya masih disitu?" Tentu saja ia tidak pernah mengira,tidak pernah menyangka juga bahwa Franz adalah suaminya sekarang. Dan rasanya itu juga tidak mungkin, jadi pertanyaan itulah yang dipertanyakan.
"Bu jangan begitu banyak pertanyaan. Kasian Nona. Biarkan dia minum. Minumlah dulu Nona." Alih-alih menawarinya minum. Padahal hanya ingin menghentikan pertanyaan sang ibu.
"Ah maafkan saya Nona. Saya terlalu cerewet. Lagipula saya terlalu senang menyambut Anda."
"Sekali lagi terimakasih banyak Bu. Saya disambut baik disini. Oh iya kata kakakmu kau sedang berulang tahun? Ini ada hadiah kecil untukmu. Dan ini untuk Ibu. Sebagai ucapan terimakasih saya telah disambut baik disini." Zenita menyodorkan 2 tentengan kecil kepada mereka berdua. Ia memang tipikal wanita yang suka memberi kepada siapapun.
"Ah Nona tidak perlu repot-report segala. Nona datang kemari saja sudah membuat kami senang."
"Terimalah. Ini akan membuat saya begitu senang."
Franz juga belum membeli hadiah untuk Fara. Jadi setelah makan siang dan setelah Nona minum obat ia akan pergi keluar untuk membeli hadiah.
*
*
Waktu sudah menunjukan pukul 1 siang.
Jam makan siang pun sudah berlalu. Kini waktunya Franz pergi untuk mencari hadiah.
"Nona aku tinggal dulu. Aku akan mencari hadiah untuk Fara. Apa tidak papa aku tinggal?"
"Tinggal saja Franz. Aku akan mengobrol dengan adikmu."
Akhirnya Franz pergi meninggalkan rumah. Sementara Zenita ditemani Fara dan mengobrol berdua didalam kamarnya. Mereka berdua terlihat seperti menemukan teman baru sekarang.
Aku harus bertemu dengan Hazna dan menjelaskan semua ini. Bila perlu aku akan menjelaskan tentang pernikahan ini juga. Mau seperti apa nantinya aku juga tidak tahu.
Franz fokus mengemudi. Sambil berpikir rencana untuk bertemu dengan kekasihnya dan menjelaskan tentang semuanya.