NovelToon NovelToon
Inspace

Inspace

Status: sedang berlangsung
Genre:cintapertama / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Percintaan Konglomerat / Diam-Diam Cinta
Popularitas:2.5k
Nilai: 5
Nama Author: camey smith

Dalam keheningan hidup yang terasa hampa, Thomas menemukan pelariannya dalam pekerjaan. Setiap hari menjadi serangkaian tugas yang harus diselesaikan, sebuah upaya untuk mengisi kekosongan yang menganga dalam dirinya. Namun, takdir memiliki rencana lain untuknya. Tanpa peringatan, ia dihadapkan pada sebuah perubahan yang tak terduga: pernikahan dengan Cecilia, seorang wanita misterius yang belum pernah ia temui sebelumnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon camey smith, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Your Home Town

Di bawah sinar bulan yang perlahan naik, Thomas terbaring tak berdaya. Kaki kanannya terbungkus perban putih, saksi bisu dari sebuah kecelakaan yang tak terduga. Dengan tatapan yang jauh, ia memandangi tongkat yang kini menjadi sahabatnya, sebuah hadiah dari dokter yang telah merawatnya.

Ada rasa yang mendalam, campur aduk, yang muncul setiap kali matanya menatap tongkat itu. Bulan madu yang seharusnya menjadi kesempatannya menghamili Cecilia kini terasa gagal total. Semua karena satu kesalahan kecil—satu momen kecerobohan yang seharusnya tidak terjadi.

Dalam kesunyian malam yang hanya ditemani desir ombak, Thomas terduduk sambil merenung. Seandainya saja ia tak mengundang Fabio, yang kemudian membawa serta Helena sebagai extra, mungkin semua ini tak akan terjadi. Fabio dengan segala tingkahnya yang tak terduga, seringkali membawa ide-ide yang spontan namun konyol, yang kali ini, sayangnya, berujung pada kekacauan yang tak terlupakan di bulan madu Thomas.

Dengan harapan Fabio bisa membantunya melewati masa sulit, telah tanpa sengaja menaburkan benih-benih kekacauan yang menggoyahkan hari-hari. Sejak detik-detik awal bulan madu yang seharusnya menjadi rangkaian kesempatan untuk Thomas segera menuntaskan misinya, semuanya berubah menjadi kacau gara-gara Fabio dengan segala keluguan dan kekonyolannya.

"Kita pergi bulan madu ke tempat lain, tanpa Fabio dan jangan memberitahunya." kata Thomas pada Cecilia.

"Kenapa? dan kemana kau akan membawaku?" Cecilia menatap Thomas tidak mengerti dengan keinginan Thomas yang mendadak. "Lagipula kakimu belum sembuh."

"Jangan pikirkan aku, karna aku tidak akan memilih terbaring disini, membuang waktuku sia-sia. Kita akan pergi dan kau akan tutup mulut." kata Thomas menunjukkan keseriusan

Cecilia menatap Thomas dengan rasa ingin tahu yang mendalam "Tapi kemana, Tommy?"

"Ke kotamu," jawabnya dengan tatapan serius. "Di sana, kita bisa menunggu sampai kakiku sembuh, dan setelah itu, kita akan memilih destinasi bulan madu kita yang selanjutnya." Tidak mungkin Thomas harus pulang kerumah dan mendengar omelan Mateo sementara dia sedang dalam kondisi seperti itu.

Cecilia terdiam, kebingungan dan keraguan tergambar jelas di wajahnya. Konsep yang ditawarkan Thomas memang masuk akal, namun ada keraguan yang menggantung di hatinya. Kampung halaman, tempat yang penuh dengan kenangan masa kecilnya, bukanlah tempat yang ingin dia kunjungi bersama Thomas. Ada sesuatu yang tak terucap, sebuah rahasia dari masa lalu yang membuatnya enggan membawa Thomas ke sana.

"Tidak Tom." Cecilia tampak ragu-ragu dan terbebani saat mengucapkan kata 'tidak' kepada Thomas. Matanya menunjukkan kebimbangan, dan suaranya bergetar sedikit, mencerminkan konflik batin yang ia rasakan. Sikapnya yang biasanya ceria dan penuh semangat kini tergantikan dengan aura kehati-hatian dan kecemasan yang mendalam. Ada perasaan tak nyaman yang tersembunyi di balik penolakannya, seolah-olah ia sedang berjuang untuk menjaga keseimbanga.

Kenapa?" tanya Thomas terlihat bingung. Matanya menatap Cecilia dengan intens, mencari tahu apa yang mungkin disembunyikan olehnya. Ada kerutan di dahinya, tanda-tanda kekhawatiran yang mulai muncul.

“Pokoknya tidak.”

“Beri aku alasan.” Meski dia mencoba untuk tetap tenang, jelas bahwa dia merasa ada sesuatu yang tidak diketahui, sesuatu yang Cecilia ragu untuk berbagi.

“Itu bukan ide bagus, kita bisa tetap disini dan meminta Fabio dan Helena pulang lebih dulu.” Cecilia tampak teguh dengan penolakannya, meski ada getaran kecil dalam suaranya yang menandakan keraguan. Matanya menghindar dari tatapan Thomas, seolah-olah mencari tempat berlindung dari pertanyaan-pertanyaan yang semakin mendesak. Postur tubuhnya yang biasanya terbuka dan ramah, kini terlihat sedikit tertutup, melindungi diri dari tekanan yang dia rasakan. Ada kekuatan dalam keteguhan sikapnya, namun juga ada kerentanan yang tersembunyi di balik ketegasan itu, sebuah pertarungan batin antara keinginan untuk mempertahankan rahasia dan kebutuhan untuk berbagi beban dengan orang yang dicintainya.

“Kita tetap dengan konsepku.” Dengan setiap kata penolakan yang terucap dari bibir Cecilia, Thomas merasakan dorongan yang semakin kuat. Penolakannya bukanlah sebuah penghalang, melainkan bahan bakar yang membara, mendorongnya untuk lebih mendesakkan keinginannya. Ada tekad yang terpatri dalam sorot matanya, sebuah keinginan yang tak tergoyahkan untuk menemukan kebenaran yang tersembunyi di balik keraguan Cecilia. Sikapnya yang semula lembut kini berubah menjadi lebih tegas, mencerminkan ketetapan hati yang semakin menguat dalam dada.

"Kenapa kau terus menolak?" tanya Thomas dengan nada yang penuh kebingungan.

"Kenapa kau terus kukuh?" balas Cecilia, sama-sama tidak mengerti. Keduanya terjebak dalam pertarungan ego, masing-masing bersikeras pada pendirian mereka, tak ada yang mau mengalah, seolah-olah setiap kata adalah benteng yang melindungi hati dan pikiran mereka dari kelemahan.

“Bukankah seorang suami berhak mengenal keluarga istrinya?” dia tampak sangat yakin dan bersemangat. Ada kekuatan dalam suaranya, seolah-olah dia sedang berusaha meyakinkan bukan hanya Cecilia, tetapi juga dirinya sendiri. Matanya bersinar dengan tekad, dan postur tubuhnya menunjukkan kepastian.

Cecilia menatap Thomas dengan pandangan yang rumit, penuh dengan emosi yang tak terucap. "Bukan tentang hak, Tommy" katanya dengan suara yang bergetar, mencoba menjelaskan. "Ada hal-hal dalam hidupku yang sulit untuk kubagi, bahkan denganmu. Kau tidak mengerti karena aku—."

Dengan nada yang mendesak, Thomas memotong pembicaraan Cecilia, "Lantas jelaskan agar aku mengerti," katanya. Ada urgensi dalam suaranya, sebuah permintaan untuk transparansi dan kejujuran yang tidak bisa ditunda lagi. Dia ingin memahami, ingin mengetahui inti dari keraguan yang telah membuat Cecilia begitu bertahan dengan penolakannya.

"Aku bersikeras." kata Thomas.

"Oke, Tommy, oke. Hanya sampai kakimu pulih." Dengan harapan yang terpendam, Cecilia menginginkan kesembuhan yang cepat untuk Thomas. Di dalam hatinya, dia berdoa agar mereka tidak perlu menghabiskan waktu yang terlalu lama di kampung halamannya, tempat yang menyimpan kenangan pahit yang ingin dia lupakan.

Di masa lalu, Cecilia pernah merasakan pengkhianatan yang mendalam dari seseorang yang dia anggap sebagai sahabat. Kepercayaan yang diberikannya dengan tulus, hancur berkeping-keping saat dia mengetahui bahwa sahabatnya itu telah mengkhianatinya dengan cara yang tak termaafkan. Luka yang ditimbulkan oleh pengkhianatan itu sangat dalam, hingga bayang-bayangnya masih melekat dalam ingatan Cecilia. Itulah sebabnya, kenangan pahit itu membuatnya tidak ingin kembali ke tempat yang pernah menjadi saksi bisu dari sakit hati yang dia alami. Kampung halamannya, yang seharusnya menjadi tempat perlindungan, kini hanya menjadi simbol dari rasa sakit yang ingin dia tinggalkan jauh di masa lalu.

“Thank’s Baby girl.” Thomas tersenyum setelah menang telak dari argumentasi itu.

Dalam keheningan malam yang mendalam, Cecilia berbaring di samping Thomas, merenungkan masa lalu yang telah ia tinggalkan. Kota kelahirannya, dengan segala kenangan yang terkubur di dalamnya, kini hanya menjadi bayang-bayang yang ia hindari. Namun, ketika Thomas bersikeras dengan keinginannya untuk kembali ke sana, Cecilia mendapati dirinya terjebak dalam dilema. Meski hatinya berat, ia tahu bahwa ia tidak bisa menolak permintaan suaminya, seorang yang telah memberinya dunia. Dengan napas yang berat, ia mengangguk pelan, menerima takdir yang akan membawa mereka kembali ke tempat segalanya bermula.

1
Leo6urlss
Camila bener bener lu yeeee 🤣🤣
Leo6urlss
Wkwk andai menikah semudah itu pasti gw udh punya anak 5
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!