Siapa sangka seorang dokter cantik nan muda bisa menarik perhatian bos gangster dalam pandangan pertama hingga membawanya ke dalam cinta segitiga antara sang dokter, bos gangster dan seorang polisi yang merupakan calon suami dari dokter cantik tersebut.
Di sisi lainnya, sebuah pembunuhan brutal terjadi di kalangan konglomerat hingga menggemparkan berita orang-orang kaya. Tidak diketahui motif sang pembunuh, namun hanya ada satu kemungkinan yaitu balas dendam.
Semua yang terjadi rupanya terhubung satu sama lain. Cinta, pembunuhan, kebohongan dan balas dendam.
(Cerita season 2 dari season 1 berjudul Only 200 Days Mr. Mafia) jika belum membacanya, silahkan baca dulu jika berkenan ^^
°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°
Mohon dukungannya ✧◝(⁰▿⁰)◜✧
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Four, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DOAM — BAB 27
SAMA-SAMA MELIHATNYA
Sesuai bersiap setelah mandi pagi, Sarah segera keluar dan menyapa para ibu panti yang selalu bangun lebih awal sebelum anak-anak.
Wanita cantik itu berjalan menghampiri bibi Angela yang tengah duduk di dapur dengan santai sambil memotong buah apel untuk anak-anak.
“Mau ku bantu?!” tawar Sarah yang kini ikut duduk di sana. Bibi Angela tersenyum tipis, “Sebentar lagi juga sudah selesai!”
Ketika Sarah asik mengobrol dengan bibi Angela dan juga bibi Monica yang asik membaca koran di pagi hari, wanita paruh baya itu menghentikan tawa kecilnya saat melihat kota tempat tinggal Sarah masuk di dalam berita tersebut.
“Bukankah ini kotamu?” tanya Monica kepada Sarah hingga mereka kembali senyap dan fokus ke koran yang baru saja Monica tunjukan.
Sarah membaca judul berita tersebut, rupanya itu berita pembunuhan yang Tobias bicarakan tadi.
“Para pembunuh itu masih berkeliaran. Kau harus berhati-hati di sana sarah.” Ujar Angela kembali memotong apelnya.
Sarah yang tadinya melamun mulai tersenyum tipis seraya menggeleng pelan. “Pembunuh itu hanya mengincar orang kaya saja!” balas Sarah. Tak berselang lama setelah ucapan tadi, bibi J.J baru tiba dari kebun belakang.
Wanita yang lebih tua dari tiga wanita yang duduk di meja dapur itu, menyapa ramah seperti biasanya. Namun bukannya fokus bersama mereka para wanita, Sarah malah mencari keberadaan Luca yang sedari tadi tidak muncul.
-‘Apa dia membunuh lagi?’ pikir Sarah yang mulai ingat dengan kejadian semalam. Bahkan bibi Angela pun rupanya sempat mendengar suara tembakan di tengah malam semalam tapi untungnya Sarah bisa mengalihkan pembicaraan tersebut.
“Aku permisi sebentar!” kata Sarah yang kini beranjak dari tempatnya dan mulai mencoba keluar untuk melihat keberadaan Luca. Apakah pria itu ada di sana atau tidak.
Namun yang membuat Sarah terheran adalah lima anak-anak yang berdiri di pagar seolah tengah menunggu kedatangan seseorang.
“Kalian sedang menunggu apa?” tanya Sarah seraya tersenyum.
Belum sempat menjawab sebuah mobil mewah berwarna hitam, lebih tepatnya milik Luca, mobil tersebut baru saja tiba dan langsung terparkir tepat di tempatnya semula. Anak-anak tadi seketika bersorak seru hingga pintu mobil terbuka menampakkan lima anak panti lainnya yang baru saja turun dari mobil mewah itu.
Ya! Luca membawa anak-anak itu secara bergilir, karena mereka ingin merasakan duduk di mobil mewah. “TERIMA KASIH PAMAN!!!” seru bersamaan lalu berlari pergi begitu saja.
Sarah tersenyum lebar melihat anak-anak periang itu, walaupun mereka tidak memiliki orang tua, tetapi mereka masih tahu caranya untuk tersenyum. Tinn! Suara klakson mobil mengagetkan Sarah hingga wanita itu tahu dan langsung membuka pintu mobil.
“Sekarang kau pandai merebut hati anak kecil!” goda Sarah dengan senyuman manisnya.
“Begitulah! Ayo masuk.” Ajak pria itu. Sikap dan sifat Luca sangat berbeda dari seorang gangster pada umumnya. Pria itu cukup ramah kepada seseorang yang sudah dia kenal, kesalahannya hanyalah pada pekerjaan, pekerjaannya yang ilegal, membunuh, bersikap bebas. Itulah yang buruk, tapi Sarah mengakuinya bahwa Luca lebih baik dari Tobias.
“Mau kemana?” tanya Sarah yang masih berdiri di pintu mobil dan sedikit merunduk.
“Hanya sekedar jalan-jalan.”
“Kau tidak membohongi ku kan??”
Luca menggeleng tanpa bersuara, tanpa pikir panjang entah apa yang merasuki tubuh Sarah sehingga dia mau ikut ke dalam mobil Luca. Yang Sarah rasakan hanyalah kenyamanan ketika berada di dekat pria itu.
...***...
“Dosis dan suntikan ini sama seperti dua suntikan lainnya.” Ujar Robbie yang saat ini tengah berjalan mondar-mandir dengan langkah lambat di apartemen nya. Pria itu berhenti dan mengamati suntikan yang dia bawa hingga beberapa detik Deg! barulah dia ingat suntikan tersebut sama seperti—
Robbie bergegas membuka laptopnya dan mencari data-data kasus di sana.
Sorot matanya terkejut ketika dia menemukan kasus pembunuhan yang sama 8 tahun lalu di kota Verona. Robbie menunggu data detail dari sang pelaku pembunuhan seorang menteri tepat di malam tahun baru 8 tahun yang lalu.
Menunggu bermenit-menit hingga pria itu berulang kali menengok ke arlojinya. “Shit!” umpatnya kesal ketika data tersebut dihapus begitu saja.
“Bagaimana bisa? Data kepolisian tidak akan pernah dihapus...” sebuah tanda tanya besar. Robbie yakin pelakunya bukanlah orang-orang biasa. Tetapi cerdik seperti berpengalaman dalam mengurus hal-hal berbau kriminal.
Tak lama sering ponsel terdengar. Robbie segera pergi dari apartemennya menuju lokasi rumah Benito yang sudah Tobias bagi barusan.
.
.
.
Setelah menaiki mobil dan berputar di kompleks terdekat, kini Sarah dan Luca menemukan sebuah tempat yang indah yang terletak lumayan jauh dari kompleks rumah panti. Sebuah laut pantai yang terbilang cukup sepi di sana, mungkin karena Luca mengambil sisi lain dari pantai tersebut. Jika pantai ada di depan, maka Luca dan Sarah berada di ujung yang lainnya, tepatnya di hampitan batu besar maupun kecil, tempat tersembunyi.
“Kita sudah berjam-jam keluar tanpa izin. Bagaimana jika ibu panti mencari?!” Ucap Sarah setelah berhenti tertawa. Ya, mereka berdua cukup menikmatinya rupanya.
Luca tak begitu perduli, dia lebih suka berduaan dengan wanita yang dia incar.
“Mereka tidak akan mencari, mungkin hanya akan berpikir bahwa kita— ”
“Tidak lagi! No, no, no!” tolak Sarah yang kini mereka sama-sama duduk di depan mobil mewah Luca tanpa takut penyok atau tergores. Tanpa disadari, hubungan mereka semakin dekat bak seseorang yang sudah akrab.
“Kekasihmu— sangat pekerja keras bukan?” tidak tahu apakah nada Luca mengejek atau apa yang pasti, ucapan itu benar. Sarah kembali diam.
“Ada kasus pembunuhan lagi. Kau sudah mendengar kasusnya?” wanita itu menoleh menatap Luca ketika dia ingat akan berita pembunuhan itu.
Luca balik menatap Sarah dengan alis berkerut lalu mengangguk santai. “Ya.” Seakan pembunuhan adalah hal biasa yang sering terjadi dalam hidupnya.
“Aku tidak percaya ada pembunuhan sekejam itu di kota kita. Jika itu kau, aku tidak kaget lagi karena gangster sepertimu memang seorang kriminal.” Sindir Sarah.
Luca terdiam, wajahnya nampak serius dan tegas, tidak lagi lembut ataupun kalem.
“Aku tahu pembunuhan itu, termasuk wanita berjaket merah yang selalu memantau apartemen mu.” Ujar Luca membuat Sarah terkejut hingga menoleh lagi ke arahnya. Sementara Luca, pria itu masih menatap lekat ke depan.
“Kau... juga melihatnya?” tanya Sarah memastikan sekali lagi karena dia pikir Luca membual. Namun tidak! Pria itu menatap balik Sarah dengan wajah serius.
“Ya. Aku juga melihatnya.”
Cukup aneh. Sarah mengingat kembali wajah wanita berjaket merah tersebut. Dia seperti kenal akan wanita itu, wajahnya benar-benar tak asing diingatan nya. Tapi sangat sulit untuk mengingatnya.
sarah kayaknya anaknya ina jg. karna ayahnya kulit putih baik hati itukan sie Zero bgt kan... sme bab ini yg aku pahami samapi itu. semoga gag salah tebakan hahaha
sama cara pembunuhan yg grey dan zoe lakukan...gak sabar thor menunggu episode bagaiman cara mereka mengahiri hidup tobias...