NovelToon NovelToon
DEMI KAMU,NAK

DEMI KAMU,NAK

Status: sedang berlangsung
Genre:Single Mom
Popularitas:6k
Nilai: 5
Nama Author: Sunflowsun

Pemerkosaan yang terjadi di masa lalu menciptakan trauma yang hebat dalam diri Viela.
Namun, seiring berjalannya waktu, sekali lagi semesta mempertemukannya dengan seorang pria yang menyambut dia dan tak mempersalahkan masalalunya.

Desakan orang tua dan saudaranya memaksa Viela untuk segera mengiyakan maksud dari pria itu. Namun,Viela masih meragu dan memilih untuk menjalani hubungan sebatas pertemanan dulu. Hingga suatu hari keluarga dan pria itu sekongkol untuk membuat sang pria tidur dengan Viela. Dengan begitu kedepannya tak mungkin lagi Viela bisa menolak lamaran sang pria.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sunflowsun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Trauma

"Nenek, tetaplah disini, semantara aku berbicara dengan Vei! " Seru Piter.

"Hum! " Nenek mengangguk setuju.

Piter duduk di daun pintu kamar, "Vei! Kami tidak tahu apa yang terjadi dan yang telah kamu lalui. Dan Nenek dan aku juga tidak akan mendesakmu untuk mempertanyakan tentang yang kamu lewati sebelumnya hingga sampai ke tempat ini. " Piter mengelus-elus dagu kucing hitam di pangkuannya.

"Namun, jika kamu merasa ingin mengatakan sesuatu, silahkan. Katakan jika memang kamu sudah siap. Bukan karena rasa keterpaksaan, yah! " Piter berbicara tanpa melihat ke arah Vei.

'Aku tahu kamu mengalami kesulitan yang begitu berat! Memar dan luka di tubuhmu sudah cukup menjelaskan padaku. Tanpa kamu menceritakan pun aku sudah jelas tahu apa yang kamu alami. Yah! tidak heran jika tubuhmu spontan trauma akan kehadiranku di dekatmu! ' Batin Piter.

"iya, Nak Vei, tenang saja, yah? Kami sama sekali tidak mendesak penjelasan dari kamu. Kesembuhanmu itu yang terutama untuk saat ini. Jangan pernah segan, anggap aku seperti Nenekmu sendiri. Nenek beryukur sekali kamu datang ke tempat Nenek, jadi Nenek punya teman di sini, kamu jangan segan-segan yah, Nak Vei? " Nenek merangkul Vei dan di balas Vei dengan terharu.

"Itu obat, sudah ku taru di dalam laci meja di sampingmu. Minum dua kali dalam satu hari. ingat, satu jam setelah makan, baru obatnya di minum! " Piter mengangkat-angkat Kucing hitam dengan manjanya.

Vei sedikit melirik tangan yang memegang kucing, "Terimakasih!" ucap Vei singkat.

"Satu lagi! Kau takkan bisa sembuh jika mengurung diri di ruangan ini terus! sesekali keluar lah berjemur di bawah matahari sebelum jam sembilan pagi! Itu saat yang baik untuk kesehatan dan untuk tulangmu juga! "

"Baik! " Jawab Vei.

"Kalau baca perasaan yang mengganjal, atau rasa sakit langsung beri tahu padaku, atau pada Nenek. "

"Baik! " Vei mengangguk.

"Kalau begitu, aku pamit pulang dulu, Nek. Aku masih ada pekerjaan lagi, besok aku akan datang lagi! "

Piter pun pergi dan di antar Nenek sampai ke depan.

***

Disisi lain, Piter yang baru sampai ke rumah langsung melangkah masuk ke ruang perpustakaan pribadinya.

Beberapa tumpuk buku telah di kumpulkannya di satu meja.

"Aku harus menyelesaikan membaca ini semua! Sial! Aku tak ingat semua! Bisa-bisanya daya ingatku selemah ini! Faktor usia mungkin, yah! " Gumam Piter mejentik-jentik keningnya dengan jari telunjuk.

Berjam-jam Piter menghabiskan waktunya untuk membaca buku-buku di depannya.

Kopi dan roti kering tak lupa ikut menemaninya juga.

Tangan kiri membuka lembar demi lembar, dan tangan kanan Piter sibuk mencatat inti yang di bacanya. Mulutnya juga sibuk mengunyah-unyah.

Bukan hal yang sulit baginya melakukan itu, dengan pribadi kutu bukunya.

Piter dengan tamatan gelar dokter di bahunya. Namun, tak berniat bekerja di rumah sakit. Ia lebih senang langsung menemui pasien-pasiennya secara langsung daripada menunggu pasien datang jauh-jauh ke rumah sakit untuk berobat pada 'dokter'. Ke intinya saja, Piter memiliki jiwa bebas, ia hanya ingin bekerja tanpa perintah dari atasan atau aturan orang lain dalam waktunya.

Namanya lengkapnya adalah Jupiter. Namun, sering dipanggil dengan panggilan 'Piter'.

Piter sendiri memiliki kepribadian yang menyukai buku dan suka belajar apapun meski sudah memiliki gelar dokter, namun profesi dan ilmu pengetahuan lainnya masih kerap ia pelajari di luar jam sibuknya.

Ibu Piter telah meninggal, saat dia berusia enam belas tahun, dengan penyakit kanker otak stadium akut. Jadi sangat kecil harapan untuk sang ibu berumur panjang.

Kepergian ibunya, membuat Piter ingin menjadi seorang dokter, dengan begitu dia akan membantu orang sakit, dan tak melihat lagi kematian tragis di depan matanya lagi.

Meski ia tahu kematian memang akan menjemput siapapun.

Namun, bukan berarti membuatnya pasrah begitu saja, tanpa pertanggung jawaban pada hidup sendiri.

"Nyyaaaauuuuwwww... nyauuuwww... . " Kucing hitam mengelus-elus telinganya pada kaki Piter.

Piter dengan lembut mengangkat Nyanyaw dalam pangkuannya.

"Nyaw, sebentar lagi, yah? Tanggung ini bacaannya! " ucap Piter membalikkan satu lembar halaman terakhir.

"Nnyyauuuwwww... " Jawab Nyanyaw seolah mengiyakan ucapan tuannya.

Piter tersenyum dan mengelus Nyanyaw lembut, " Nyanyaw pintar. " puji Piter pada kucing hitamnya.

Piter menyuratkan beberapa kalimat, dan kemudian menutup buku-buku.

Merilekskan tubuh dan jarinya sejenak.

"Ayok! " Piter menaruh turun Nyanyaw dan berjalan ke dapur.

Nyanyaw ikut melangkah sejajar dengan tuannya.

Melompat ke meja, dan memandang makanan di tuangkan ke piring kesukaannya.

"Nyaw... nyyauuuwww... nyauuuuwww... "

"Iyah! ini untuk Nyanyaw! "

Piter menaruh ke bawah, Nyanyaw melompat turun dan langsung dengan lahap memakan makan malamnya.

"Nyaw? Apa kau sesuka itu pada makananmu ini? Apa tidak bosan makan itu-itu saja, yah? " Piter bertanya pada kucingnya.

Nyanyaw berhenti sejenak, "Nyaaaauwww! " jawab Nyanyaw.

"Begitu? " tanya Piter. "Kalau aku jadi kau, sih. Aku bukan aku lagi dong, kalau begitu? "

Ucap Piter asal.

"Nyauww! " ucap Nyanyaw malas.

"Nyanyaw, Tahu tidak? Kalau tempe itu sebenarnya bukan tahu, loh! "

"Nyam! Nyam! Nyam! " Nyanyaw berusaha fokus mengunyah potongan daging di mulutnya.

Beruntung Nyanyaw tercipta menjadi seekor kucing. Jika dia tercipta menjadi manusia dan harus mendengar dan tahu arti semua omongan tuanya yang satu ini pastilah ia akan menyesal seumur hidupnya menjadi manusia.

"Dihk! Kau sepertinya sedang meledek ku atau bagaimana? " Kesal Piter melihat Nyanyaw yang fokus menikmati makanan dari pada mendengarnya.

"Nyaw, bagaimana menurutmu perempuan itu? Luka tubuhnya sudah begitu parah. Tidak tahu lagi dengan luka jiwanya. Bagaimana, yah? " Piter mengelus runcing pucuk telinga Nyanyaw.

"Ingin sekali menanyakan langsung, bagaimana perasaannya dan bagian mana saja yang sakit. Namun, kau tempe, Nyaw? Bicara padanya bukan hal yang mudah. Kemungkinan dia sudah berada di tahap trauma. "

"Aku tak ingin membayangkan apa yang saja yang dia alami, tapi dengan melihat semua luka itu, sudah pasti dia adalah korban kekerasan ... " Piter menggelengkan kepala, mengusir pikiran yang tak penting baginya. " Penyembuhan itu yang lebih utama! "

"Namun, Jika tahu penyebab nya dengan jelas, maka penyembuhan juga akan lebih mudah dilakukan! " kepala Piter miring kini, tak bisa seimbang dalam berpikir.

"Nyauw? " panggil Piter. "Apa langsung lapor ke polisi, aja gimana? " Mata Piter terbuka dengan lebar dengan ide yang barusan terlintas di pikirannya.

Namun, sekejap kembali lemah, "Melihatku yang tampan begini saja, dia takut. Apalagi jika melihat pria paruh bayah yang sudah kebanyakan expired di wajah? Pastilah semakin membuat dia makin trauma! " Piter menggeleng.

Namun, sekejap ia membuka laptop dan membuka pencarian tentang kasus -kasus pemerkosaan dan sejenisnya.

"Sial! bahkan petugas yang harusnya menyelesaikan masalah, malah ikut melecehkan secara verbal! " Ucap Piter melihat situs berita yang muncul di layar laptopnya.

"Apa lagi ini? " Piter membaca dan mendengar kasus-kasus yang sama dengan dari berbagai tempat yang berbeda-beda. "Kenapa begitu banyak pria otak selangkangan zaman ini? " Gumam Piter heran.

Statistik pemerkosaan bahkan naik drastis pertahunnya.

"Ini baru jumlah statistika dari orang yang melapor. Lain lagi dengan perempuan itu. Selain dia pastilah masih banyak yang belum melaporkan permasalahannya dengan alasan tertentu. Bagaimana ini? "

Nyanyaw melompat ke pangkuan Piter. "Nyyyyaaauuwwww! "

"Nyaw? Bacalah ini! Aku tak tahu bagaimana menolong dia. Bagaimana selanjutnya, Nyaw? Bantulah sedikit, jangan nyanyauuw aja , wey! "

1
Nurfiza Tarigan
ceritax sih seru tpi,,,,,,,,,,
Aegis Aetna
aku mampir kak, semangat.
anggita
trus berkarya tulis👏
anggita
👍👍..
anggita
like👍+ hadiah iklan☝.. utk author. smoga sukses novelnya👌.
Sunflowsun🌻
Terimakasih atas dukungan positifnya🌻
lyaa
Ini baru novel keren, author kudu bangga!!
Ryner
Sukses terus, sekali baca novel author bikin nagih terus.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!