Please follow akun Lady Orlin dulu sebelum baca ya😉
Seusai dicerai suami sultannya, Sofia memilih meninggalkan keglamoran, memulai hidup dari nol meskipun ia mendapatkan kompensasi senilai miliyaran dari sang mantan suami.
Saat melamar sebagai pekerja biasa, nyatanya jalan hidup Sofia semakin rumit ketika dihadapkan oleh CEO tampan arogan dan juga manager HRD yang menganggap Sofia saingan.
Tak hanya itu, setelah beberapa hari resmi berpisah, secara diam-diam mantan suami kembali mengusik.
Akankah Sofia menemukan kebahagiaan?
S1 (Bab 1-31)
S2 ( mulai bab 32)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lady Orlin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kekacauan Berlanjut
"Tidak .... tidak mungkin." Suara yang terbiasa tegas, kini perlahan lirih diikuti mimik terperangah tak percaya. Pernyataan dokter mengenai kondisi Sofia membuat kepalanya mendadak pening, dunia di sekitar Kaivan seolah berputar.
Dari jangkauan pendengaran sang pria, penjelasan dokter selanjutnya terdengar sayup dan bahkan menghilang, terganti oleh ingatan beberapa hari yang lalu saat momen percakapan cukup serius dengan Sofia terjadi.
"Aku ingat betul dulu bahwa kau tipe yang hanya memikirkan diri sendiri dan juga keglamoran, Sof. Bolehkah aku bertanya apa yang membuatmu berubah mempertahankan janin di perutmu sekarang?"
Sofia terkekeh pelan sebelum menjawab. "Sejujurnya diawal aku tidak yakin, Kai. Tapi entah mengapa, janin ini seakan memberi warna baru dari hidup yang kuinginkan."
Percakapan lebih dalam pun tercipta kala sang puan menjabarkan masa kecil yang jauh dari kata bahagia pada mantan suami. Sang mama yang minggat begitu saja saat usia Sofia beranjak tujuh tahun membuatnya telah kehilangan kasih sayang seorang ibu. Sedangkan, Daniel sang ayah sibuk membangun kerajaan perusahaanya.
Sofia memang tidak kekurangan apapun semenjak itu karena berasal dari keluarga berada. Namun, kurangnya kasih sayang orang tua telah membuatnya kehilangan arah dalam mencari jati diri.
Harus sang puan itu akui, perubahan besar saat mengandung terjadi padanya. Rasa iba tak ingin membiarkan sang jabang bayi hidup seperti di masa lalu, membuat mata hati terbuka lebar. Puan berparas blasteran itu lantas memutuskan untuk memberikan kasih sayang penuh dalam proses membesarkan buah hati meski tanpa seorang ayah asalkan malaikat kecilnya bahagia ketika terlahir ke dunia.
Mengingat kembali momen bersama mantan istrinya, hati Kaivan mencelos. Lubang besar seakan mengaga di dada. Untuk pertama kalinya, pria berperangai terkesan dingin dan kejam itu ter-skakmat tak tahu harus berbuat apa untuk membantu Sofia yang masih sangat ia pedulikan hingga detik ini. Maafkan aku, Sof. Aku tidak bisa membantumu untuk yang ini.
"Tuan? Apa kau mendengarku?" Sang dokter terpaksa menyentuh pundak Kaivan imbas sedang terlarut dalam lamunan. Kesadaran pria itu pun kembali normal.
"Uhm, ya. Lalu bagaimana kondisi Sofia saat ini, Dok?"
"Karena mendesak agar nyawa sang ibu bisa terselamatkan, dengan terpaksa kami melakukan kuretasi," tandas sang dokter.
Kuretasi adalah pengangkatan janin yang sudah meninggal di dalam rahim. Prosedur ini penting dilakukan segera jika kondisi membahayakan sang ibu yang masih memiliki harapan hidup. Hal tersebut rupanya dialami oleh Sofia.
"Jadi maksudmu ... kau telah mengangkat bayi yang ada di dalam perut—"
Ucapan Kaivan terhenti kala kedua pasang matanya menangkap sosok Sofia yang sedang menguping pembicaraan di balik gorden khas ruang rawat. Raut kesedihan mendalam lengkap dengan luncuran cairan bening di pipi pun tertampil di paras cantiknya. "Sofia."
Saat aksinya terpergok oleh Kaivan, Sofia memutuskan untuk berhambur kembali ke brankar. Bersamaan itu, Kaivan mengejarnya.
"Sof ...."
"Dia pergi, Kai," lirih sang puan sembari membelakangi mantan suaminya. "Malaikat kecil itu telah pergi. Hiks!" Tak kuat lagi menahan pedih, tangisan pun menguar dari bibir tipis sang puan.
"Ini bukan salahmu, Sof. Semua yang terjadi—"
"Kau tidak mengerti, Kai!" bentak Sofia. "Malaikat kecil itu tak ingin aku menjadi ibunya!" pekik sang puan yang kini terdengar parau dan langsung terganti oleh pecah tangis menyayat hati. Tangisan yang semakin lama semakin menjadi-jadi.
Turut merasakan kepedihan mendalam, dengan sigap Kaivan merengkuh tubuh mungil Sofia—membawanya ke dalam pelukan.
"Itu tidak benar, Sof. Aku tau kau akan menjadi calon ibu terbaik. Kau dengar!"
"Hiks ... tidak! Aku adalah kutukan, Kai."
Sungguh, Kaivan telah kehabisan kata untuk sekadar menenangkan Sofia. Hati yang kerap keras bahkan luluh lantah turut merasakan pedih yang dalam.
Dengan netra penuh sorot dendam, pria itu berjanji dalam hati akan membuat pelaku yang menjadi penyebab insiden Sofia merasakan balasan setimpal.
...***...
Ballroom Pesta.
Suasana riuh pesta gathering perusahaan Jayden menggema dalam sebuah Ballroom yang telah disewa khusus acara malam itu. Ruangan itu disulap sedemikian hingga menjadi tempat pesta bertemakan glamor.
Semua staf dan jajaran managemen larut dalam hingar bingar kegiatan malam itu kecuali Jayden.
Setelah memberikan pidato formal mengenai kinerja perusahaan. Jayden memilih menyendiri di sebuah dek balkon yang masih terhubung dengan Ballroom.
Angannya jauh melambung, memikirkan peristiwa siang tadi kala Sofia mengakui bahwa telah membawa pria lain lebih tepatnya suami orang ke dalam kamar.
Dada yang panas dan kecewa menuntunnya meninggalkan kamar Sofia tanpa mendengar penjelasan lebih lanjut. "Mengapa kau membawa suami orang ke dalam kamarmu, Sof?"
Tak lama, sang CEO mengusak kasar rambutnya. Selain kecewa, di sisi lain sesal juga menyambangi. "Apa aku yang terlalu cepat mengambil kesimpulan? Padahal Sofia memanggilku untuk memberi penjelasan tadi."
Jayden kembali bermonolog sendu dalam hati dengan sesekali merutuki sikap cerobohnya.
Kau memang bod*h, Jay.
CUP!
Tanpa terduga, sebuah kecupan manis menyerang pipi Jayden. "Halo, CEO tampan."
Siapa lagi jika bukan dari Azyla, gadis yang kerap mengklaim memiliki kedekatan spesial dengan sang CEO.
"Jangan lakukan itu lagi, Zy. Kau tau saat ini sedang dalam acara resmi perusahaan." Namun, bukannya mendapat sambutan, Azyla malah kena omel.
Tak ingin disalahkan, sang gadis lantas membalas amukan Jayden dengan sindirian. Azyla mulai merajuk mengatakan bahwa Jayden telah berubah. "Dulu kau tidak begini, Jay. Tapi semenjak kedatangan Sofia kau seolah menyisihkanku."
Azyla benar, koneksi antara Jayden dan dirinya lebih mirip sebuah hubungan tanpa status. Biasanya, Jayden tak risih jika Azyla kerap melakukan kontak fisik. Meski begitu, tak ada perasaan cinta untuk Azyla seperti pada zaman kuliah dulu.
Jayden hanya menikmati kedekatannya karena Azyla selalu dapat diandalkan dalam pekerjaan dan juga menjaga sang ibu. Setelah Sofia hadir, segala yang ia rasakan untuk Azyla pudar seketika.
"Ayolah. Kau tahu bahwa harus profesional dalam acara malam ini, Zy."
"Baiklah. Aku memang sedikit melewati batas. Tapi aku tau kau menyukai Sofia, bukan?"
"Aku–"
"Kau tidak perlu menyangkal, Jay. Aku turut senang jika memang kau telah menemukan tambatan hati," ujar Azyla bersandiwara memihak Jayden. "Tapi biar kuperingatkan sesuatu. Ivy adalah sepupuku dan kau pun mendengar sendiri dari mulut Sofia bahwa wanita itu membawa suami Ivy ke kamarnya. Kau tahu kenapa?"
Jayden sedikit menahan napas imbas tegang di kala kalimat Azyla terjeda. Seakan tak ingin mengetahui terlalu dalam fakta mengenai Sofia dan suami sepupunya.
"Mereka memiliki masalalu yang belum usai, Jay. Dan dalam kebanyakan kasus, keadaan seperti ini akan mempersulit yang terlibat untuk membuka lembaran baru."
Terlambat, Azyla sukses menambah kemelut pergulatan batin dalam hati Jayden. Keyakinan yang sudah dibangun pun runtuh seketika, kembali pada titik awal kekecewaan. Tak ada celah untuk sekadar berpikiran positif terhadap wanita yang tengah ia sukai.
Beruntung, Ivy belum sempat membocorkan fakta lebih jauh mengenai Sofia yang sudah nyatanya menikah dan tengah berbadan dua kepada Azyla. Jika sampai fakta tersebut terkuar, sudah pasti Azyla akan menjadikan amunisi kuat untuk lebih dalam menghancurkan Sofia.
"Terima kasih atas informasinya, Zy. Maaf aku sedang tidak bisa berpikir lagi untuk saat ini," pasrah Jayden.
"Tentu. Ambilah waktumu, Jay. Aku hanya tidak ingin kau dan juga tante Jihan terluka," seru Azyla. "Kau bisa selalu mengandalkanku."
...***...
"Ada keperluan apa kau membawa kami ke dalam kamar ini?" protes Crish yang dilayangkan untuk Bowie.
Setelah insiden Sofia, atas perintah Kaivan, Bowie menggiring Crish dan juga Ivy untuk mengikuti ke sebuah kamar.
Berbekal ancaman ambigu yang dituduhkan untuk istrinya, Crish sangat penasaran dan terpaksa mengikuti arahan Bowie. Begitu pula dengan Ivy yang kini terdiam manut setelah sang asisten menuduhkan rencana pembunuhan padanya.
Ketiga presensi itu kini berada di dalam sebuah kamar type suite. Kamar yang ukurannya dua kali lebih luas dari yang biasa.
Tak lama, pintu kamar tiba-tiba dibuka dan menghadirkan presensi lain yakni Kaivan. Tanpa berbasa-basi kaivan pun berkata, "Haruskah aku membongkar di hadapan suamimu atau kau sendiri yang akan mengakui sekarang juga perbuatanmu yang hampir mencelakai Sofia?"
"Apa maksudmu?!" Crish terkesiap.
"Apa yang kau katakan? Ak-u sama sekali tidak mengenalmu," kilah Ivy yang kentara gugup.
"Vy, apa yang sebenarnya terjadi? Katakanlah padaku?" pinta Crish memohon dengan nada lembut, berusaha tak memojokkan sang istri agar hanya kejujuran yang Ivy ceritakan. Mungkin saja, Crish akan memaafkannya jika Ivy mau berkata jujur.
"Jangan percaya ucapan orang ini, Crish. Aku bersumpah tidak mengenalnya."
Namun, salah. Ivy seakan tak ingin mengalah dan terus berbohong.
"Ch! Jangan pernah kau membawa sumpah untuk menyembunyikan perbuatan busukmu, Nyonya Emanuel!" sindir Kaivan muak.
Raut kekecewaan tergambar jelas di wajah Crish. Ia tahu betul, istrinya memang sedang berbohong. Lelah dengan aksi sang istri, Crish lantas memutar percakapan sari microchip yang ditemukan dalam mantel Ivy beberapa hari yang lalu.
DEG!
"Apa kau yang merekamnya?" tanya Crish kepada ivy yang mematung dengan wajah pucat setelah mendengar isi percakapan Sofia dan Kaivan.
Sang puan sadar bahwa kejahatan yang mati-matian ia tutupi sudah terbongkar bahkan oleh suaminya sendiri.
Kekehan lirih seketika menguar dari bibir Ivy. Kekehan yang terdengar sinis yang semakin lama berubah menjadi sebuah amarah.
"Kau pikir aku jahat, huh? Sofia lah yang jahat. Dia berhak mendapatkan pelajaran bahkan yang terburuk sekalipun."
"Tapi ... Ivy yang kukenal tidak akan bertindak sejauh ini. Kita bisa membicarakan hal ini baik-baik tanpa perlu menyakiti siapapun termasuk Sofia."
"Sofia, Sofia! Aku muak, Crish. J*lang itu telah mempengaruhimu. Sadarlah!"
"Jaga ucapanmu, Nyonya. Sofia ada wanita terhormat!" Kaivan menimpali dengan tegas pernyataan Ivy, membela mantan istrinya.
"Hahahha. Rupanya bukan hanya suamiku, tapi juga pebisnis pintar sepertimu sudah tersihir oleh pesona Ja*ang itu!"
Lengkingan tawa Ivy semakin nyaring disertai berbagai rutukan untuk Sofia di hadapan Crish, Bowie dan juga Kaivan. Pikirannya kalut sehingga tak mempedulikan imbas buruk yang akan menimpanya.
BRUAK!
Suara keras pintu yang dibuka paksa menyeruak, menampilkan sosok yang dengan sigap melangkah cepat menuju Ivy.
"AAAA!"
Dalam sepersekian sekon, kepalan tangan sosok itu sukses meninju wajah mulus Ivy tanpa peringatan.
"MULUT KOTORMU BOLEH MENGHINAKU SEPUASNYA TAPI AKU TIDAK AKAN MEMAAFKANMU KARENA KAU TELAH MEMBUNUH BAYIKU!"
"Sofia ...."
Tak puas mem-bogem mentah wajah Ivy, Sofia melanjutkan aksinya yakni mencengkeram leher wanita yang masih tersungkur kesakitan.
"Sofia, hentikan!" titah Kaivan seraya sigap memeluk tubuh Sofia untuk melerai cekikan di leher Ivy.
"Tidak, Kai. Jangan ikut campur! Aku akan membunuh wanita ini dengan kedua tanganku!" Sofia menggila, tidak mempedulikan apapun selain nafsu melenyapkan nyawa sosok yang telah menyebabkan mengalami keguguran.
"Cepat kau bawa istrimu keluar, Tuan Emanuel!" pekik Kaivan kepada Crish yang sempat shock dan mematung.
"Ba-ik!'
Baik Crish dan Kaivan masih berusaha melerai pertautan tangan Sofia yang mencekik kuat leher Ivy.
brrti sofia d bwa dominic y????
duhhh.....
*Tertawan Plotwist by Lady Orlin
aku penasaran mba sofi gimana thor hikss.. please jgan smpe knp2/Pray//Sob//Sob/
Gara2 sm mafia,sofia mlah ikut jd target.....udh trluka mlah.....suaminya sbuk sna sni,ga tau istrinya dlm bhaya....
ko mlah d bwa k kmr sih sofia????
kn bsa tmbul slh phm jg nnti sm suamimu....lgian blm tau jg kn tu orng baik atw jhat.....
see.....enth gmn nsibmu abs ni....
tp kl mau nguji dia,trsrah.....
hadirkan karakter yang baik untuk Jayden jangan Deegan Sofia ataupun Cloe,Cloe cukup jadi bumbu²/ujian RT Kaivan dan Sofia
Hhhmm....