NovelToon NovelToon
Bintang Antariksa

Bintang Antariksa

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Fantasi Timur / Romansa
Popularitas:2.8k
Nilai: 5
Nama Author: ajab_alit

Aku adalah anak perempuan yang memiliki nama “Upeksa Nayanika”. Aku suka buku dan hal-hal yang menakjubkan. Tapi tanpa ku sadari… aku juga salah satu dari bagian hal yang menakjubkan. Hidupku aneh setelah kejadian itu muncul. Tapi, Apakah aku akan bertahan dengan hal menakjubkan itu? Maukah kamu mengenal ku lebih dalam wahai para bintang?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ajab_alit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

CHAPTER 18

“Kau mau membawanya pergi?” ucap pemilik suara yang sangat di kenali oleh Malam. Malam memberhentikan aktivitasnya, aktivitas untuk membawa Naya pulang ke tempat asalnya. Malam melihat ke belakang, lalu tersenyum.

“Ya, dia yang meminta. Tentu aku harus mengembalikan dia, supaya tangisnya tidak sia-sia ia keluarkan.” Jawab Malam.

“Seharusnya kau jangan membawanya, dia adalah Nayaku bukan gadismu.” Pemilik suara itu melangkah, lalu mencengkram pundak Malam.

“Kau memerintahku sekarang? Bukankah kau setuju agar aku membawanya pulang, Abya.” Malam melihat tangan Abya yang mencengkram pundaknya, ia tersenyum, kemudian melihat Abya kembali dengan senyum yang membuat Abya rasanya ingin mengeluarkan isi perutnya.

“Aku berubah fikiran. Nayaku dan gadismu berbeda.”

“Mereka sama, Abya. Gadisku terjebak di tubuh kecil ini.”

“Kalau begitu, kau urus gadismu dan jangan ambil Nayaku.”

Senyum di wajah malam menghilang. Ia kembali melihat sosok anak kecil yang tertidur di depannya. Ia sentuh surai rambut bocah itu. “Kau egois, Abya.”

“Ya. Kau juga,----. ”

Malam tertawa. Ia melepas topengnya, melemparnya ke sembarang arah. Lelaki itu menatap Abya dengan dingin, Abya juga melakukan hal yang sama. “Mari bertarung. Kalau kau menang, aku tak akan membawa Nayamu. Tapi, kalau aku menang, aku akan mengambil Nayamu dan gadisku. Setuju?” Malam mengulurkan tangannya sambil melukiskan senyum diwajahnya, senyum yang penuh misteri. Abya ikut tersenyum. Bocah lelaki itu meraih tangan itu, bersalaman dengannya. “Silahkan tentukan tempatnya, tuan.”

“Panggil aku Malam, Abya.” Malam menjentikkann jarinya. lentera yang awalnya berjumlah satu, kini menjadi lebih dari satu Karena jentikan itu. Lentera-lentera itu membentuk lingkaran besar. “Inilah area bertarung kita, Abya. Cahaya dalam cahaya.”

“Tapi kau bukanlah cahaya lagi.” Abya menjentikkan jarinya. Kabut cahaya muncul. Kabut itu berjalan ke Naya, mengeluarkannya dari lingkaran setan ini. “Kau memiliki kegelapan sekarang,” sambungnya.

“Ya, itu benar. Sekarang apa peraturannya?”

“Bebas.” Abya mengeluarkan pedang dari tangan kanannya, lalu memasang kuda-kudanya. “Kita boleh menggunakan apapun, termasuk sihir.”

“Asal bisa menjatuhkan lawan.” Malam mengeluarkan pedang api dari tangan kanannya dan sebuah koin di tangan kirinya. Ia tersenyum untuk yang kesekian kalinya. “Pertarungan ini menarik. Mari kita mulai ketika koin ini terjatuh ke kegelapan.”

Malam melemparkan koin itu, mereka berdua sama-sama bersiap untuk menyerang. Koin itu mulai mendekati kegelapan, lalu-

BWUSHH!!

TRINGG!!

Malam sudah ada di depan Abya. Pedang api milik Malam dan pedang emas milik Abya bertabrakan. Abya menahan serangan itu agar tak mengenainya. Wajah Abya mengeluarkan keringat, ini efek yang di akibatkan oleh api yang ada di depannya. “Hebat juga kau bisa menahan seranganku.”

Abya tersenyum. “Siapa dulu gurunya.” Malam membalas perkataan itu dengan tawa. Mereka saling membalas serangan yang mereka timbulkan. Pedang mereka bergerak dengan kecepatan yang luar biasa, suara tabrakan logam memenuhi kegelapan. Mata mereka tetap fokus dalam memperhatikan serangan. Keringat mulai mengalir di wajah mereka, nafas mereka sudah tak stabil. Mereka beristirahat sejenak, berdiri di tempat sebelumnya. “Rasanya bangga melihat muridku sudah sehebat ini.”

“Terimakasih atas pujiannya, guru.” Abya mengeluarkan bola-bola api di belakang punggungnya. Malam melakukan hal yang sama, bedanya pedangnya berganti menjadi sebuah busur, anak panah dan busurnya terbuat dari api.

Ronde kedua di mulai dengan Malam yang menghilang dari tempatnya. Abya menyapu pandangannya, mencari sosok dewasa yang belum kalah di pertarungan ini.

TRINGG

Abya menangkis sebuah panah api yang hendak mengalahkannya di pertarungan ini. Abya menutup matanya, menguatkan indra pendengarnya. Pertarungan kali ini tidak bisa dilakukan hanya dengan melihat lawan saja, tetapi harus menggunakan pendengaran yang baik agar bisa menangkis atau menyerang sosok yang saat ini entah ada di mana. Suara anak panah terbang menyambut Abya lagi. Abya menangkis anak panah itu. Semakin lama anak panah itu semakin banyak, membuat dirinya tak bisa mencari sosok yang entah ada dimana. Abya tersenyum, api yang ada di punggungnya menghilang. Ia menghindar dari anak panah itu, melompat, membuat sosok yang ada di belakangnya terkena serangannya sendiri serta serangan api yang tadi ada di punggung Abya. Abya berdiri di tempat Malam sebelumnya berdiri. Sebuah ledakan ada di depannya, namun ledakan itu tak cukup untuk mengalahkan sosok tinggi itu. Malam masih bisa berdiri dengan tegak, tangan kiri sosok itu terluka karena terkena api milik Abya yang sebelumnya tak sempat ia hindari. Busur yang ada di tangannya, kini kembali menjadi pedang.

“Sepertinya pertarungan ini tak akan selesai dengan mudah, ya.”

“Tentu saja, ini semua berkat dirimu yang menciptakan lawan terbaik untuk dirimu sendiri.”

PROKK PROKK PROOKK!!

Suara seseorang yang bertepuk tangan membuat dua orang itu berhenti melanjutkan pertarungannya. Mereka melihat ke sisi gelap lain, tempat dimana suara itu berasal. Tak lama kemudian, muncul sosok pria tinggi yang memakai mahkota di kepalanya. Rambut pria itu berwarna biru langit dan matanya berwarna merah ruby. Malam membungkukkan badannya, memberi hormat pada sosok itu. Sosok itu berjalan ke arah Abya dengan santai. Abya menatap sosok itu dengan waspada, pedang emasnya teracung ke depan, ia pegang pedang itu dengan erat.

Ranianta melihat Abya dari atas ke bawah, lalu tersenyum puas. Ia menatap ke Malam yang sudah berdiri dengan mantap. “Apakah bocah ini sosok yang sering kau ceritakan padaku?” tanya Ranianta.

“Ya, yang mulia. Dia Abya, ksatria yang saya latih sendirian.”

Ranianta memutari Abya. Bocah yang diputari itu masih menatap pria tinggi itu dengan waspada. Matanya melihat setiap pergerakan sosok itu, tak ada yang berbahaya darinya. Ranianta memegang dagunya, mengusap-usapnya. Sosok itu seperti sedang mempertimbangkan sesuatu.

“Dari pertarungan tadi, kalian terlihat sangat mirip, ya.”

“Tentu saja, Kami adalah guru dan murid. Kau pasti tau itukan.” Abya menjeda kalimatnya. Ia simpan kembali pedang emas itu ke dalam dirinya. Ia membungkuk kepada sosok itu, memberikan hormat padanya. “Putra mahkota.” Sambung abya dengan pengucapan yang sengaja di tekan.

Ranianta kembali melihat Malam. “Seberapa banyak kau bercerita padanya tentangku?”

“Sebanyak yang saya tahu, yang mulia.”

“Itu bagus.” Ranianta hendak mengelus rambut anak kecil yang saat ini ada di depannya. Tetapi, anak kecil itu menghindar. Tatapannya masih sama seperti sebelumnya. Wajah Ranianta berubah masam. “Walaupun ia pemberontak, setidaknya ia adalah ksatriaku, kan?”

“Aku bukan ksatria mu. Aku belum memutuskan hal itu.”

“Tapi, kau tak pantas untuk memutuskannya,” ucap Ranianta. “Kemarilah, bocah. Kau harus kuperkenalkan ke seniormu.” Ranianta berlutut. Ia merentangkan tangannya, menunggu bocah lelaki itu datang padanya dan memeluknya. Namun, Abya memundurkan langkahnya. Sejak pertama kali ia melihat putra mahkota ini, ia sudah tak suka dengannya. Putra mahkota yang Malam beritahukan padanya sangat berbeda dengan yang ia temui sekarang.

“Menghadapimu memang sulit ya, Abya.”

“Itu sudah pasti, yang mulia. Dia dan aku sama, tapi kami berbeda,” ucap Malam yang sudah muak dengan situasi yang saat ini ada di depannya. “Lebih baik anda pulang, yang mulia. Karena, kami masih ingin melanjutkan pertarungan kami yang sebelumnya.”

Ranianta berdiri,lalu tersenyum. “Sepertinya kau tak bisa melanjutkannya. Kau harus pergi bersamaku sekarang. Dia terus memanggil namamu dalam sarangnya.”

“Dasar wanita merepotkan.” Malam mengacak rambutnya. Ia berjalan ke arah putra mahkota, menyusulnya yang sudah berjalan ke kegelapan lebih dulu.

“Hei, tunggu!” malam berhenti melangkah. Ia melihat ke belakang, ke Abya. Abya melemparkan topeng hitam miliknya. Malam menangkap topeng itu dengan satu tangan. “Kau tak akan membawanya pulang, kan?”

Kini giliran malam yang tersenyum. “Iya, aku tidak akan membawanya untuk saat ini. Jaga dia baik-baik, jangan membuatnya menangis atau melukainya. Aku pamit, sampai jumpa, bocah.” Malam kembali berjalan setelah melambaikan tangannya ke Abya. Ia masuk ke kegelapan, meninggalkan bocah lelaki itu sendirian.

...###...

Abya terbangun dari tidurnya. Ia melihat ke Naya yang masih tertidur di Kasur putih. Ia menghela nafas, merasa lega karena bocah yang sedang tertidur itu tak menghilang di hadapannya. Mungkin Abya harus berterimakasih pada putra mahkota yang muncul secara mendadak. Tapi, hal itu tak akan terjadi karena ia tak suka dengan sosoknya. Sungguh.

1
apayaaaa
bagus bet, seruu fantasi nya
ajab_alit: makasih atas komentarnya kakak
total 1 replies
Yusup Muzaki
terasa kdunia pantasi ...walw ceritanya masih blom dpahami
ajab_alit: nanti lama-lama juga ngerti kok, kak.
total 1 replies
Shinn Asuka
Setting ceritanya memang hebat banget! Bener-bener dapet jadi mood baca di dunia fiksi ini. ❤️
ajab_alit: terimakasih
total 1 replies
XVIDEOS2212
Gak sabar lanjut baca!
Debby Liem: tuiiooooo
ajab_alit: untuk kelanjutan akan saya up besok. di tunggu saja ya/Smirk/
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!