NovelToon NovelToon
Dari Benci Jadi Suami

Dari Benci Jadi Suami

Status: tamat
Genre:Tamat / Berbaikan / Ibu Pengganti / Pernikahan Kilat / Cinta Paksa / Diam-Diam Cinta / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:11.9k
Nilai: 5
Nama Author: nichi.raitaa

Tolong bantu support dan jangan lompat bab saat membaca ya, terima kasih 💗

Delilah Atmaja—seorang perempuan—yang sama sekali tak berkeinginan menikah, terpaksa menuruti kemauan sang ayah. Justru bertemu kembali dengan Ananda Dirgantara—musuh semasa SMA—dan justru berakhir di pelaminan. Tak berhenti sampai di sana, Rakanda Dirgantara—mantan cinta pertama Delilah—menjadi sang kakak ipar. Hadir juga hari dimana Raka menerima bantuan dari si jelita, Delilah. Membuat keruh hubungan rumah tangga Nanda dan Delilah yang telah menjadi seorang istri.

Dapatkah mereka akan melewati drama pernikahan dan pergulatan hati masing-masing? Akankah mereka berdamai dengan keadaan dan menemukan akhir yang bahagia?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nichi.raitaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 15

Suara Matthew yang menyatakan jam kematian atas nama Bimo Prasojo di usia 76 tahun enam bulan tiga hari dengan jam kematian pukul 17.27 pada hari Rabu, tiga Mei 2024 mengakhiri perjuangan mereka hari ini. Setelah berada di dalam ruangan berdinding beku selama lebih dari tujuh jam, mereka dipaksa menyerahkan kembali takdir yang telah terjadi. Nanda duduk diam di ruang ganti dengan tatapan kosong, begitu pula dengan isi kepala dan hati si dokter utama.

Wajah dan penampilan sekacau pikiran, masih terlihat sembab dan tak bersemangat. Tak ada cahaya di wajah dokter Nanda. Pertama kali seumur dia hidup menjadi ahli bedah, gagal menyelamatkan pasien di meja operasi. Bahkan, untuk operasi sederhana seperti tadi. Dia masih tak bisa berpikir dengan jernih, setelah keluarga memeluk dan saling menguatkan bersama pun tak membuat hati si pria membaik.

“Ah, bodoh! Tak berguna! Tangan sialan!” Dia masih terjebak di pusaran kekalutan tanpa ujung.

Tak jauh berbeda, Matthew terduduk diam di lorong sepi dengan kepala yang menunduk dalam. Air mata masih mengalir jatuh di ujung hidung bangir si asisten dokter. Dia merasa begitu ceroboh hari ini hingga mengulur waktu penyelamatan. Sibuk menyelipkan kata ‘seandainya’ berulang kali. Meski demikian, dia masih cukup memiliki kesadaran untuk bergerak ketimbang Nanda yang bergeming.

Dia menyeret langkah gontai, berharap dapat menemukan si dokter utama ketika sampai di ruangan yang dituju. Namun, ruangan gelap itu kosong tak bertuan. Hanya ada bingkisan buah dengan amplop putih kecil dan amplop besar terselip di bawah. Snelli Nanda masih tergantung rapi dan tas yang bersandar di kursi juga.

“Hhhh … kenapa kau belum kembali juga?” Matthew mengitari meja Nanda dan menggeser bingkisan buah, hingga amplop putih terjatuh.

Dia berinisiatif memungut, kemudian menaruh ke dalam laci ketimbang hilang. Berharap Nanda akan menemukannya nanti, dia juga mengambil amplop coklat yang lebih besar. Terlihat seperti dokumen penting, Matthew tak berani melirik isi dalam dan hanya diletakkan begitu saja ke dalam laci yang sama. Dia tak mau si sahabat kehilangan akal dan melewatkan isi surat, tetapi hari berat yang dijalani belum juga berlalu. Lebih baik diamankan terlebih dahulu.

“Tunggu, sabarlah. Akan kusampaikan pada tuanmu nanti, dia masih sibuk menyelamatkan diri.” Matthew menutup laci dan beringsut pergi mencari keberadaan Nanda.

***

Felicia memiliki senyuman yang indah dan pengertian cukup dalam meski masih berusia muda. Tak salah jika Raka berakhir memilih si lembut menjadi tambatan hati da pendamping hidup. Dia memberi banyak masukan perihal dunia pernikahan pada Delilah. Benar-benar terasa seperti seorang kakak bagi si jelita. Dia bahkan berhasil menenangkan pikiran kalut Delilah yang merasa tak tega meninggalkan sang kakek sendirian.

“Feli, aku hampir tak percaya jika kau lebih muda.” Delilah menepuk pelan bahu istri Raka.

“Benarkah, aku terlihat setua itu?” Feli menyentuh sisi wajah dengan kedua tangan.

“Hei, bukan begitu maksudku. Kau menggodaku, ‘kan?” Delilah mencubit lengan putih Feli gemas.

Mereka hanyut kembali dalam suasana hangat dan tertawa bersama. Bertemu dengan Feli adalah keputusan baik yang diambil Delilah. Dia dapat menjadi teman bahkan, seorang yang memberi saran baik bagi Delilah. Sangat beruntung si jelita menemukan sosok yang dia butuhkan dalam diri Feli setelah semalam penuh dalam kebimbangan hati.

“Sudah lega sekarang?” Suara lembut Feli kembali terdengar.

Delilah mengangguk riang, “tentu, terima kasih. Berkatmu, terasa seperti mengeluarkan gas besar dalam perut.”

“Ah, ayolah. Apakah itu sangat berbau?” Feli ganti mencubit lengan Deli gemas, suara tawa kembali terdengar.

Felicia yang terbiasa tenang dan sepi di rumah sendiri, merasa meriah berkat kehadiran Delilah. Si jelita yang gemar bercerita. Tak seperti yang terlihat, rupanya Delilah hanya butuh teman sefrekuensi agar wajah yang disembunyikan terlihat. Felicia masih hening dengan senyuman memandangi si ceria di depan.

“Apa ada sesuatu di wajahku?” Delilah meraba wajah sendiri karena terus ditatap oleh Felicia tanpa suara.

“Tentu, kecantikan. Hahaha … rasanya aku jadi mengerti kenapa Nanda memilihmu. Dari sekian banyak gadis yang mengantri kemarin.” Feli menyenggol pelan bahu Delilah dengan bahu yang lebih mungil.

Delilah justru bergeming dan hening. Kening si jelita berkerut tak paham. Jika memang banyak pilihan, dia masih tak mengerti mengapa Nanda memilihnya. Padahal hubungan mereka jelas tak pernah bagus sejak awal. Apalagi dia teringat, Nanda pernah berkata dia tak punya pilihan lain. Pernyataan yang bertentangan dengan milik Felicia barusan.

“Astaga, kenapa waktu berlalu begitu cepat?” Netra Delilah mengerjap mendapati semburat kemerahan yang terlihat di luar jendela.

“Ah, benar juga. Karena sangat menyenangkan saat bersama, kau setuju?” Felicia menyenggol bahu Delilah dan tertawa lirih bersama.

Mereka akhirnya berpisah setelah menghabiskan waktu sehari bersama. Delilah mendapat kedamaian setelah menceritakan kegundahan hati tentang sang kakek yang hendak ditinggal sendiri. Mengikuti saran Nanda tidak buruk juga, lagi pula Wisnu kerap bepergian kata cucu menantu pertama. Baru masuk ke dalam rumah megah nan mewah Dirgantara kembali Delilah sudah disambut oleh rasa sepi lagi. Dia berjalan menyusuri lorong dan menemukan mbok Yem sedang sibuk merapikan meja. Netra mereka tak sengaja berjumpa, Delilah tersenyum dan berlalu.

Malam kian larut, meja makan sepi. Delilah berada di sana seorang diri. Dia mencoba menghubungi ponsel Nanda yang mati.

“Mbok, Kakek dimana?” Delilah bertanya pada mbok Yem yang sibuk mengatur meja.

“Loh, Nyonya. Tuan Wisnu pergi ke Vietnam bersama kawan lama, katanya.” Simbok menyahut sambil menuang minuman ke gelas Delilah.

“Ah, ternyata benar kata Feli.” Delilah bergumam sendiri sambil menyeruput minuman.

Tak beberapa lama kemudian, terdengar suara pintu depan terbuka. Lalu langkah seseorang berjalan di lorong. Tubuh tegap Nanda terlihat berlalu begitu saja tanpa suara, tanpa sapaan, tanpa keceriaan yang biasa selalu mengikuti si pria. Bahkan, tak terlihat cahaya dari wajah rupawannya. Delilah bertukar tatap singkat dengan simbok kemudian memilih berpamitan dan menyusul sang suami.

Delilah masuk perlahan, dia masih melihat sekelebat bayangan Nanda masuk ke kamar mandi. Si jelita memilih duduk di balkon seperti biasa, sambil membawa buku favorit membuka lembar demi lembar. Sepoi angin menerbangkan mahkota Delilah yang tergerai bebas. Setelah beberapa waktu, bayangan di belakang si jelita membuatnya menoleh. Benar, dia mendapati sang suami dengan rambut basah.

“A-aku tadi ke rumah Feli, dia bilang kakek suka bepergian. Jadi tidak masalah jika kita tinggal dirumah terpisah.” Delilah menjeda kalimat, “Nanda, kau memperhatikanku tidak?”

“Iya, lalu?” Nanda menyahut tanpa gairah.

“Ya, maksudku tidak apa jika memang mau pindah.” Delilah melengkapi kalimat.

“Oke, bagus.” Nanda masih menyahut sekenanya.

“Lalu, kau bilang akan mengunjungi rumah tiap akhir pekan. Menurutku boleh jika kita menginap, agar kakek tidak terlalu kesepian. Bukan hanya mampir, tapi juga tidur di rumah. Bagaimana?” Delilah menatap Nanda yang tak terlihat fokus. “Kau … masih memperhatikan, bukan?” Delilah mulai menelisik.

“Ah, iya. Lakukan saja jika menurutmu baik.” Nanda terlihat acuh tak acuh.

“Hei, bisa kita bicarakan bersama? Aku sedang berusaha memperhatikan keluargamu, tolong!” Delilah berkacak pinggang dan memasang muka tak senang. “Nanda!” satu panggilan dengan nada pedas menyusul setelah tak ada respon dari sang suami yang terlihat tak fokus sedari tadi.

Dia merasa Nanda tak menghargai obrolan mereka. Padahal, susah payah Delilah mencoba menemukan solusi. Bahkan, mengganggu pikiran si jelita hampir sepanjang malam kemarin.

“Bisa diam, tidak? Cerewet sekali jadi perempuan!” teriak Nanda kesal dengan nada tinggi.

Netra Delilah terbeliak melihat Nanda yang marah tanpa sebab. Padahal dia hanya ingin bertukar cerita tentang hari yang berhasil dia lalui. Meski sedikit ragu dan masih banyak adaptasi, tetapi dia telah melewati dengan baik. Dia cuma ingin didengar. Akan tetapi, apa yang dia dapat? Justru sikap Nanda yang abai dan seolah tak ingin terganggu oleh Delilah.

***

Si Nanda lagi ngga asik, huhu ... author minta dukungan dong, jangan lupa tekan like dan tinggalkan komentar, ya

See you next chapter guys 🥰

1
Ripah Ajha
sungguh keren kata2mu Thor, aku jadi terhura eh terharu maksutnya🥰
nichi.raitaa: aw, terima kasih ya kakak juga sudah baca sampai akhir ... aku meleyot nihh 🫣🫠😘
total 1 replies
Krismargianti Andrean
lanjut thor nunggu nih ampe tambah es teh jumbo 5kali
nichi.raitaa: waduh kak ... apa nggak kembung 🤧 btw timamaciw sdh mampir, nih aku kasih 2 hati akuh 💗💗🫦
total 1 replies
Zee✨
hay kak nicki, aku mampir hehe semangattttt💪💪
nichi.raitaa: nyehehhee okidoki kak 💗 aku telhalu loh😵‍💫🫠
Zee✨: sama², nanti ye mau ngepel dulu😂😂
total 3 replies
Zee✨
dih kepedean amat bang😏
Zee✨: pantesan aku cari² nggak kelihatan, taunya di sana toh🤭
nichi.raitaa: 🤧😶‍🌫️ aku ampe ngumpet dibalik awan kakk
total 2 replies
Ripah Ajha
like Thor, tetep semangat update ya🥰
nichi.raitaa: terima kasih supportnya kak, wait ya 💗😘
total 1 replies
Ripah Ajha
gitu tu, kalok oasangan suami istri blom prnah mp, bawaannya emosi teros🤣
nichi.raitaa: aw ... si kk tau ajah 🤧🫣
total 1 replies
Ripah Ajha
keren karyamu thor
nichi.raitaa: terima kasih sdh membaca kak, semoga betah ya 💗
total 1 replies
·Laius Wytte🔮·
Kisahnya bikin baper, jadi terlarut sama ceritanya.
nichi.raitaa: terima kasih sudah membaca, Kak 💗 teruskan lagi yuk kakk 🥰
total 1 replies
Sandy
Seru banget, gak bisa berhenti baca😍
nichi.raitaa: terima kasih, sudah membaca kak 🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!