NovelToon NovelToon
Cahaya Yang Padam

Cahaya Yang Padam

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / Selingkuh / Pernikahan Kilat / Cinta Paksa / Beda Usia / Mengubah Takdir
Popularitas:11.8k
Nilai: 5
Nama Author: NurAzizah504

Cahaya dipaksa menikah dengan pria yang menabrak ayahnya hingga meninggal. Namun, siapa sangka jika pria itu memiliki seorang istri yang amat dicintainya yang saat ini sedang terbaring lemah tak berdaya. Sehari setelah pernikahan paksa itu dilakukan, pertemuan tak sengaja antara Cahaya dan istri pertama suaminya terjadi.

Akankah Cahaya diakui statusnya di hadapan keluarga suaminya? Atau malah Cahaya tetap disembunyikan? Dipaksa padam seolah tak pernah ada dalam kehidupan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NurAzizah504, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

20. Tanggungjawab

Dengan statusnya yang baru, Cahaya ingin menjalani hari-harinya seperti biasa. Dia tak ingin terpuruk dalam kesedihan. Biar bagaimanapun, Zaif masih membutuhkan sosok ibu di sisinya.

Cahaya memutuskan bahwa dirinya akan berjualan keripik tempe. Dengan dibantu Mbok Tun, Cahaya memulai usahanya dari langkah kecil terlebih dahulu.

Keripik tempe yang ia buat, ia letakkan pada warung-warung pinggir jalan dan juga beberapa supermarket. Hasil penjualannya pun cukup lumayan.

Namun, pagi ini sebuah kendala terjadi. Cahaya mendadak mual dan memuntahkan semua makanan yang sedang dinikmati olehnya. Memang sejak pagi tadi ia merasakan sesuatu yang berbeda pada tubuhnya. Dan, Cahaya berpikir itu karena dirinya yang kurang tidur akhir-akhir ini.

"Kita ke rumah sakit, ya, Bu? Takut Ibu kenapa-kenapa?" tawar Mbok Tun yang mengkhawatirkan keadaan Cahaya.

"Gak usah, Mbok. Kayaknya aku cuma butuh istirahat," jawab Cahaya lemas.

"Apa mungkin Ibu hamil kali, ya?"

Perkataan Mbok Tun membuat gerakan Cahaya terhenti. Ia terdiam, mencoba mengingat kapan terakhir tamu bulanannya datang.

"Kita cek dulu gimana, Bu?" Mbok Tun kembali berkata sewaktu Cahaya hanya diam saja.

"Kalau beneran aku hamil gimana, Mbok?"

"Pak Arif harus tau tentang ini."

Satu kalimat Mbok Tun lantas membuat Cahaya menganggukkan kepalanya.

Setelah membeli test pack, Cahaya langsung menggunakan alat tersebut dengan perasaan berdebar. Ia menunggu beberapa saat. Saat hasilnya keluar, tubuh Cahaya seolah kehilangan tenaga.

"Mbok, aku ha ... hamil," ucap Cahaya dengan suara bergetar.

Mbok Tun yang mendengarnya langsung memeluk Cahaya. Wanita itu tidak tahu harus bereaksi seperti apa. Satu sisi, ia merasa bahagia. Namun, di sisi lain, ia juga merasa iba sewaktu mengingat nasib pernikahan majikannya.

...****************...

Sesuai saran Mbok Tun, Cahaya mencoba untuk menemui Arif di toko miliknya.

Arif yang sempat terkejut, segera membawa Cahaya ke ruang pribadinya.

"Ada perlu apa?" tanya Arif sesaat setelah Cahaya duduk berhadapan dengannya di sofa. "Apa terjadi sesuatu pada Zaif?"

"Tidak, Pak. Zaif baik-baik aja," jawab Cahaya.

"Terus?"

"A─aku ... aku hamil."

Arif terdiam. Wajah datarnya berubah menjadi terkejut selama beberapa detik ke depan.

Setelah sama-sama terdiam, Arif akhirnya berdeham singkat. Ia memperbaiki posisi kakinya lalu menatap Cahaya dengan ekspresi yang sulit diartikan.

"Terus kenapa bilang ke saya?"

"Karena Bapak adalah ayahnya," jawab Cahaya yang tak habis pikir dengan pertanyaan konyol Arif.

"Kamu yakin itu anak saya? Bisa aja, kan, itu anaknya Fahri," ucap Arif dengan seulas senyuman miring di sudut bibirnya. "Kalian yang bersenang-senang, kenapa saya yang harus tanggungjawab?"

"Pak!" Cahaya berteriak marah. "Berapa kali aku harus bilang, aku gak melakukan apa pun sama Bang Fahri!"

"Bagaimana kamu tau? Bukannya kalian sama-sama mabuk waktu itu? Gak mungkin gak terjadi apa pun antara kalian berdua, Cahaya."

Cahaya menggeleng. Ia benar-benar lelah menghadapi semua tuduhan Arif padanya.

"Pergilah. Dan, soal anak itu, minta Fahri untuk bertanggungjawab. Sudah lama dia menginginkanmu. Pada akhirnya tercapai juga," lanjut Arif membuat Cahaya begitu terluka.

Namun, pada kenyataannya Arif juga merasakan hal yang sama. Di manapun ia berada, pikirannya selalu dipenuhi oleh Cahaya.

Arif tiba di rumah tanpa semangat, tetapi Zahra menyambutnya dengan hangat.

"Mau makan atau mandi dulu, Bang?" tanya Zahra penuh perhatian.

"Mandi dulu kayaknya. Badan Abang lengket banget."

"Oh, ya, udah. Sambil nunggu Abang mandi, aku siapin makan malamnya dulu, ya."

Arif mengangguk lalu menuju tangga yang akan membawanya ke lantai dua.

Setelah mandi dan berganti pakaian, Arif kembali turun untuk menikmati makan malam.

Selama makan, keduanya mulai mengobrol ringan. Zahra menceritakan tentang perkembangan toko kerajinannya. Sementara Arif mendengarkan dengan saksama.

Setelah itu, keduanya memutuskan untuk menonton televisi sebentar. Zahra masuk ke pelukan Arif sambil menyandarkan kepalanya pada dada suaminya itu.

Namun, dikarenakan tangan Zahra yang tak mau diam, Arif terusik dan menatap ke arahnya.

"Mau apa, hm?" tanya Arif kemudian.

"Mau Abang," jawab Zahra dengan suara manja.

Arif tersenyum lalu menarik ujung hidung Zahra dengan gemas. Ia juga mencium pipi Zahra, tetapi dibalas dengan kecupan hangat di bibirnya.

Alhasil, Arif tak lagi menyia-nyiakan kesempatan itu. Saat napas keduanya beradu, Arif tiba-tiba menyebut sebuah nama.

"Cahaya ...."

Zahra yang tengah terhanyut, sontak membuka kedua matanya. Ia menatap Arif lalu mendorong dada suaminya kuat-kuat. "Abang nyebut nama Cahaya? Abang lagi memikirkan dia?"

Arif yang tersadar langsung menelan ludah dengan kasar. "Zahra, Abang ...."

"Apa, Bang, apa? Tega, ya, Abang memikirkan Cahaya bahkan saat kita lagi berdua."

"Ra, bukan gitu. Abang minta maaf."

Zahra tak mau mendengarkan apa pun. Bersama derai air mata, ia berlari masuk ke kamarnya.

Arif menyusul, tetapi Zahra mengunci pintunya.

"Sayang, tolong buka pintunya. Abang minta maaf. Abang gak sengaja. Zahra ... Sayang ...."

"Pergi! Aku bilang pergi!" usir Zahra berteriak. Hatinya terasa sakit. Napasnya terasa sesak.

Namun, Arif tak menyerah begitu saja. Ia tetap mengetuk pintu. Berharap Zahra membukanya.

"Ternyata Bang Arif belum bisa melupakan Cahaya," lirih Zahra pada dirinya. Sorot matanya menampilkan kilat amarah yang begitu kentara. "Harus bagaimana lagi aku memisahkan mereka?"

Zahra berpikir, mengabaikan suara Arif yang berulang kali memanggil namanya. "Apa aku harus kembali menggunakan Bang Fahri dalam rencanaku ini?"

Sewaktu Zahra larut dalam pikirannya, pintu kamar mendadak terbuka. Ternyata, Arif menggunakan kunci cadangan. Ia merasa jika masalah ini harus segera dijelaskan.

"Keluar, Bang!" ucap Zahra dengan suara keras.

Arif menggeleng kuat lalu berjalan tepat ke arah Zahra. "Maaf, Zahra. Abang minta maaf," sesal Arif entah kali ke berapa.

Namun, Zahra malah memalingkan muka. Sebagai istri, Zahra merasa tidak dihargai. Bisa-bisanya Arif malah menyebut nama Cahaya.

"Siang tadi Cahaya ke toko. Dia bilang kalau dirinya tengah mengandung."

"Apa? Mengandung?"

Arif mengangguk lemah lalu kembali berkata dengan nada pasrah, "Tapi, Abang ragu kalau itu anak Abang, Ra. Bisa aja, kan, itu benih dari Fahri? Mengingat apa yang udah pernah terjadi, Abang benar-benar gak bisa terima pas Cahaya bilang itu anak Abang sepenuhnya."

Zahra akhirnya tahu apa yang membuat Arif kepikiran Cahaya. Berita kehamilan ini, akan ia jadikan sebagai batu loncatan untuk kedepannya.

Keesokan harinya, Zahra menghubungi Fahri. Ia meminta pria itu untuk menemuinya di toko saat jam makan siang nanti.

"Apa, Ra? Cahaya hamil? Kamu tau dari mana?" tanya Fahri tak percaya. Ia bahkan sampai bangkit karena saking terkejutnya.

"Duduk dulu, Bang," ucap Zahra dan Fahri kembali ke tempat semula, "Aku dikasih tau Bang Arif. Tapi, Bang Arif ragu kalau itu anaknya. Secara, kan, Abang dan Cahaya ...."

Tanpa dilanjutkan pun, Fahri sudah tahu maksud ucapan Zahra. Ia tidak marah. Hanya pusing memikirkan masalah ini.

Sambil menumpukan kepala dengan kedua telapak tangan, Fahri merasakan sentuhan yang begitu lembut di bahunya. "Apa mungkin itu anak Abang, ya, Ra?"

"Memangnya Abang benar-benar melakukan itu dengan Cahaya?" tanya Zahra spontan.

"Abang juga gak tau, Ra. Abang gak ingat apa pun tentang malam itu. Bangun-bangun, Cahaya udah ada di pelukan Abang," ungkap Fahri kemudian. "Beberapa hari yang lalu Abang ke hotel itu, Ra."

"Buat apa?"

"Buat cek CCTV."

"Terus?" Wajah Zahra berubah pucat.

"Malam itu, Om Haris sengaja mematikan cctv di koridor itu. Karena semua kamar di sana yang menempati adalah anggota keluarga. Om Haris ingin agar lebih privasi. Mengingat itu adalah pesta. Jadi, sama aja. Gak ada apa pun yang Abang temukan."

Zahra menghela napas. Syukurlah.

"Kalau saran dari aku, sih, mending Abang segera nikahin Cahaya." Zahra kembali berkata. Kali ini, ia akan melaksanakan rencananya. "Karena gak menutup kemungkinan kalau itu adalah anak Abang."

"Memangnya Cahaya mau sama Abang?"

"Ya, kalau dia gak mau, Abang harus paksa. Memangnya Abang mau disebut sebagai pria yang gak bertanggungjawab?"

Fahri menggeleng.

"Nah, berarti Abang harus bujuk Cahaya sampai dia mau menikah sama Abang. Ingat, Bang. Cahaya lagi hamil. Dia butuh seseorang buat menjaganya. Anak yang ia kandung juga butuh ayah."

Zahra melihat Fahri terdiam memikirkan perkataannya. Jika Cahaya dan Fahri benar-benar menikah, Zahra akan tenang untuk selamanya.

Masalah ini membuat ruang di kepala Fahri terasa sesak. Alhasil, ia memutuskan pulang sore hari untuk menenangkan pikirannya.

Saat melewati taman di kompleks perumahannya, Fahri melihat Cahaya ada di sana. Spontan ia menghentikan laju mobil, memutuskan untuk bertemu dengannya.

"Cahaya," panggil Fahri membuat Cahaya yang tengah termenung menatap terkejut ke arahnya.

"Bang Fahri .... Em, duduk, Bang."

Fahri mengangguk dan segera mengambil tempat di sebelah Cahaya. Beberapa saat kemudian, keduanya sama-sama terdiam.

"Sebenarnya ada apa Bang Fahri ke sini?" Cahaya akhirnya bertanya.

"Em, saya mau bahas sesuatu. Ini ... ini tentang kehamilan kamu."

"Bang Fahri tau dari mana aku hamil?"

"Dari Zahra, Ya."

Cahaya mengangguk lemah. Tak heran dari mana Zahra bisa mengetahuinya. Tentu saja, Arif pasti cerita semuanya.

"Memangnya apa yang mau dibahas?"

"Saya ingin bertanggungjawab."

1
Muliana
Semoga Zahra bisa berbaik hati, tidak mencelakakan Zaif
Tini Timmy
semangat nulisnya kakak/Smile/
Tini Timmy
udah lah kamu juga jahat arif kamu gk layak jadi ayah zaif
Muliana
10 iklan, mngat troe
NurAzizah504: Makash behhh /Joyful/
total 1 replies
Syaiful Amri
thor, panggilan dari fahri utk cahaya pakai sayang aj dong thor, klwpakai ya ya gitu, gi mana ghitu perasaan aku thor, maaf ngelunjak thor🤭🤭
Syaiful Amri: knp blm up thor??
NurAzizah504: Hm, boleh, deh. Bab selanjutnya kita ubah aja, ya /Facepalm//Joyful/
total 2 replies
Teteh Lia
2 iklan dan 🌹 meluncur.
semangat up nya Kaka 💪
NurAzizah504: Terima kasih, Kakak /Sob/
total 1 replies
Teteh Lia
Bertingkah lagi, Pak Arif 😤
NurAzizah504: Umur segitu emg lgi aktfi2nya /Joyful/
total 1 replies
Shadiqa Azkia
Ya ampun /Panic/
NurAzizah504: /Sob//Sob/
total 1 replies
Tini Timmy
arif awas kamu/Sob/
NurAzizah504: /Sob//Sob/
total 1 replies
Tini Timmy
jahat bener/Sob/
NurAzizah504: Setujuu /Sob/
total 1 replies
🎀
zahra 🤦🏻‍♀️🤦🏻‍♀️ nambah masalah ae
NurAzizah504: Udh hobinya, Kak /Sob/
total 1 replies
Xiao Lianhua
baru 10 bulan udah kumat lagi:/
NurAzizah504: Perlu dikasih obat dianya /Facepalm/
total 1 replies
🎀
thor jgn bikin zahra jadi kejam banget dongss 😭
NurAzizah504: Aduh, harus kerja sama sama Zahra dulu, nih /Facepalm/
total 1 replies
🎀
ih dudul, kalo kamu sejahat itu yg ada arif sama kakakmu makin benci, greget jga sama Zahra nih, ga bisa kah mikir cara yg lebih elegan
NurAzizah504: Kebiasaan bar2. Makanya ga bisa elegan, Kak /Sob/
total 1 replies
🎀
Tuh kan Fahri, kamu paling nggak bisa ngerti kenapa Zahra sampai tega melakukan kejahatan demi mempertahankan rumah tangganya
NurAzizah504: /Sob//Sob/
total 1 replies
Shadiqa Azkia
10 iklan keu cek dah
NurAzizah504: Maksh banyak, hehee /Joyful/
total 1 replies
Taufiqillah Alhaq
vote untukmu
NurAzizah504: Makasih /Smile/
total 1 replies
Teteh Lia
🌹🌹 buat bang Fahri.
NurAzizah504: Wahh, terima kasih banyak, Kak /Smile/
total 1 replies
Teteh Lia
syukurlah,,,
tapi masih harus waspada, pak Arif masih kelayaban susun rencana licik
NurAzizah504: Jgn sampai lengah pokoknya /Good/
total 1 replies
Teteh Lia
blokir aja nomornya. ish...bener2 si amel 😤
NurAzizah504: Minta dikata2in emg /Sob/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!