Berwajah ayu dan selalu berpakaian syar'i , lemah lembut, taat beribadah dan penurut adalah sifat yang dimiliki oleh seorang gadis bernama Cut Dara Maristha, memiliki darah kental Aceh karena kedua orangtuanya berasal dari Aceh. Gadis pemilik senyuman indah, seindah bulan purnama.
Naas, sebuah kecelakaan mobil merubah hidup Dara tiga ratus delapan puluh persen. Sang pemilik mobil yang menabrak dirinya, meminta agar Dara menikahi suaminya sebagai permintaan terakhirnya. Pria yang memiliki sifat dingin dan sangat membenci wanita alim dan lembut karena masa lalunya.
Apakah Dara akan menerima permintaan terakhir itu? Tidak ada yang tahu rencana besar sang maha pencipta untuk makhluk ciptaannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon desih nurani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
29
Terkadang apa yang kita lihat dengan mata itu, tak sesuai dengan apa yang kita pikirkan.
~Cut Dara Maristha~
Sudah dua hari Dara tidak pulang kerumah, hal itu berhasil membuat Arham uring-uringan gak jelas. Bahkan setiap malam Arham tidak bisa tidur karena terus memikirkan Dara.
"Hah, aku gak habis pikir sama Lo ham. Cuma disuruh ngaku kalau Lo emang mulai cinta sama istri Lo aja susah, terus kenapa lo marah pas liat istri lo deket ama yang lain? Gw juga kalau dikasih istri kayak dia mau banget, bersyukur banget malah" ujar Reza, saat ini Arham memang sedang berada di rumah Reza. Arham merebahkan tubuhnya di atas sofa.
"Lo jemput sono, jangan sampe adek Lo yang duluan jemput. Gw sih dukung adek Lo, secara dia lebih gantleman dari pada lo yang sok jual mahal" sambung Reza yang berhasil mendapatkan tatapan tajam dari Arham.
"Jika dia sadar, dia pasti akan pulang" ucap Arham datar, ia memejamkan matanya.
"Hahaha... Gw harap dia gak bakalan sadar biar lo tahu rasa. Lagian kalau gw jadi istri lo udah gw tinggalin lo dari dulu, tapi istri lo terlalu baik, dia rela lo sakitin setiap hari cuma untuk mendapatkan cinta lo. Ingat ham, setiap manusia memiliki batas kesabaran" ujar Reza begitu santai, Arham yang mendengar itu terdiam.
"Saran gw sekarang lo jemput dia, mau sampe kapan lo uring-uringan begini? Mending Lo pergi jemput dia ham, apa jangan-jangan lo gak tahu lagi istri Lo dimana?" ucap Reza menatap Arham penuh tanda tanya, Arham bangun dari tidurnya.
"Terserah Lo, gw ada jam ngajar" ucap Arham yang langsung pergi dari rumah Reza, Reza yang melihat itu hanya menghela napas melihat sahabatnya yang begitu keras kepala.
Arham melangkah pasti menuju kelas untuk untuk mengajar, namun langkahnya terhenti saat melihat tiga orang mahasiswi yang salah satunya sangat ia kenal. Ia adalah Dara dan kedua sahabatnya. Dara hanya melirik Arham sekilas, lalu ia langsung berjalan melewati Arham sambil menunduk. Arham menyentuh dadanya yang terasa sakit karena merasa di abaikan oleh Dara.
Apa dia benar-benar marah? batin Arham, ia terus menatap punggung Dara yang semakin menjauh. Arham menggeleng pelan dan melanjutkan langkahnya.
"Ra, are you ok?" tanya Nissa saat melihat Dara termenung menatap layar putih di depan, Dara tersentak saat Nissa menyentuh pundaknya.
"Ah, kenapa Nis?" tanya Dara menatap Nissa, Nissa menghela napas.
"Kamu kenapa Ra? Aku perhatiin asik ngelamun aja, apa gara-gara ketemu dia tadi?" tanya Nissa menatap manik mata Dara.
"Iya, jujur aku tidak bisa menghindari dia Nis. Ini terlalu berat, aku sangat merindukannya" ucap Dara kembali menatap lurus kedepan, Nissa menggegam tangan Dara.
"Jangan nyerah dong Ra, tunggu sebentar lagi" ucap Nissa menyemangati Dara, Dara mengangguk sambil tersenyum menatap kedua sahabatnya bergantian. Lalu tak lama Dara merasa mual dan perutnya ingin mengeluarkan sesuatu, Dara menutup mulutnya untuk menahan rasa mual.
"Ra, kamu kenapa?" tanya Syila panik saat melihat wajah pucat Dara. Dara menggeleng dan langsung berlari keluar kelas, Dara terus menahan gejolak di perutnya yang semakin mendesak.
"Hoek... " akhirnya Dara memuntahkan isi perutnya di wastafle toilet, rasa pahit kini menjalar di tenggorokan hingga mulutnya. Dara kembali memuntahkan cairan bening.
"Ra, kamu gak papa kan?" tanya Syila yang baru masuk ke toilet bersama Nissa. Dara memberi kode dengan tanganya jika ia tidak apa-apa, namun perutnya kembali di putar dan memuntahkan cairan bening. Syila memijit tengkuk Dara agar mengurangi rasa mual Dara.
"Aku beli minum dulu buat Dara" ucap Nissa yang langsung beranjak pergi.
"Kenapa lo Ra? Bunting ya? Udah gw tebak pasti lo itu pake baju tertutup cuma mau nutupin kedok Lo doang kan? Gak nyangka gw" ujar salah seorang mahasiswi yang baru masuk, ia memberikan tatapan tajam pada Dara.
"Eh, punya mulut itu di jaga. Lo gak tahu apa-apa, Dara itu udah... " ucapan Syila terpotong saat tangan Dara menyentuh lengannya, Dara menggelengkan kepalanya pada Syila.
"Udah apa? Udah bunting di luar nikah? Haha kasian banget sih, bapaknya siapa tuh?"
Syila yang mendengar hal itu tersulut emosi, namun dengan cepat Dara menahan Syila agar tidak membuat keributan. Dara memberikan isyarat agar Syila tidak menanggapi ucapan wanita itu.
"Kenapa kok pada diam? Bingung ya bapaknya siapa? Haha...gw ngerti kok pasti bapaknya banyak. Ih bikin malu kampus aja lo" ujar wanita itu menatap Dara jijik, ia langsung pergi meninggalkan Dara dan Syila.
"Dasar perempuan gak tahu malu, udah dia yang mirip sama wanita penggoda malah ngatain orang" ujar Syila begitu kesal, Dara yang mendengar itu langsung menyentuh lengan Syila.
"Tidak perlu di tanggapi Syil, kita kekelas yuk" ucap Dara mengajak Syila, Syila menghela napas dan mengangguk tanda setuju. Lalu keduanya langsung beranjak menuju kelas.
"Syila, Nissa, hari ini aku pulang ke rumah. Aku tidak bisa meninggalkan suamiku seperti ini, dia pasti akan marah" ucap Dara saat mereka keluar dari kelas. Syila yang mendengar itu pun langsung memberikan tatapan tajam pada Dara.
"Ra, ini baru dua hari. Kita tunggu deh sampe besok ya?" ucap Nissa menatap Dara penuh harap.
"Maaf Nis, Syil, aku gak bisa. Aku sangat membutuhkan pak Arham, kamu tahu kan setiap malam perut ku selalu sakit. Hanya dia yang bisa menghilangkan rasa sakit itu, aku mohon biarkan aku pulang" ujar Dara menatap Syila dan Nissa bergantian.
"Ok, kali ini kita izinkan. Tapi kalau sekali lagi aku lihat kamu disakiti sama tu orang jangan salahkan kami, kalau kamu aku bawa kabur" ucap Syila yang berhasil membuat Dara tertawa renyah.
"Makasih kalian selalu ada buat aku" ucap Dara tersenyum pada kedua sahabatnya, Syila dan Nissa pun langsung menggandeng tangan Dara. Namun sepanjang perjalanan ada rasa sedikit aneh saat melihat semua mahasiswa menatap kearah mereka sambil berbisik.
"Ada apa? Kenapa mereka pada liatin kita?" tanya Nissa bingung.
"Mana aku tahu, gak usah peduliin mereka deh. Anggap aja mereka semua patung" ucap Syila santai, Dara hanya tersenyum sambil sesekali melirik mahasiswa yang menatap dirinya seakan sebuah hal yang menjijikan. Namun Dara kembali membuang pikiran kotornya, ia mengucap Istigfar beberapa kali dalam hatinya.
Lsnjuuuut tentang anaknya Dara di Ara syantiik ...😘😘😘