Perfect Sweet Marriage

Lanjuttt...

*Masih POV toni*

Seminggu berlalu selama seminggu itu ia selalu mampir ke restoran itali itu bahkan sampai orang ditempat itu hafal dengannya dan hari ini toni kembali melihat wanita itu keluar kembali menaiki taxi dan pulang toni akhirnya menghampiri restoran itu sebagai pengunjung ia bahkan memesan menu favorit restoran itu meskipun perutnya terasa begah setelah makan di restoran sebelah

"Permisi apa saya bisa bertanya?" Tanya toni kepada pramusaji yang membawa makanannya

"tentu pak" Jawab bartender itu

"Emm siapa wanita yang tadi keluar dari sini" Tanya toni, lelaki itu tampak berpikir soalnya ada banyak wanita yang lalu lalang masuk dan keluar dari tadi, melihat lelaki itu kebingungan toni memperjelas lagi pertanyaannya

"emm maaf maksudku, apakah wanita itu bekerja disini soalnya aku sering melihatnya disini

"Wanita.. Wanita siapa? Jawab lelaki itu lagi sembari berpikir

"Emm wanita yang memakai blazer hitam dan berambut segini" Tanya toni lagi sembari ia menjelaskan ciri-ciri dari danira keduanya bak sedang bermain tebak-tebakan

"Ohhh saya tahu, maksud tuan ini ny.Aira.. Iya benar dia bekerja disini" Jawab lelaki itu membenarkan

"Aira, bukan danira?" Tanya toni kembali lelaki itu terdiam lalu menatap toni curiga

"Maaf pak kami tidak bisa memberi info tentang rekan kerja.. Maafkan saya" Ujarnya kali ini toni tersenyum dan mengangguk setuju ia benar memberitahukan identitas rekan kerjanya bisa saja membuat masalah untuk yang bersangkutan

"Aira.. Tapi aku yakin dia danira" Ujar toni sembari menikmati makanannya meskipun perutnya terasa sesak, semakin memikirkan hal itu membuat toni semakin penasaran dengan sosok aira yang ia ketahui sampai akhirnya ia mendapatkan sebuah tawaran dari rekan kerja ayahnya meminta ia untuk menjadi kepala cabang disebuah restoran tempat aira bekerja hal itu tentu saja bagaikan sebuah keberuntungannya dimana ia yang dibuat mati penasaran dengan sosok aira dan sekarang ia akan bekerja juga ditempat itu.

"Siapa-siapa saja yang bekerja disana?" Tanya Toni

"Berikan saya daftar karyawan disana" Ujarnya

"Saya ingin mengenal mereka" Ujar toni lagi memperjelas karena lelaki itu menatapnya aneh

Tak menunggu lama daftar nama yang ia minta akhirnya datang toni dengan cepat memeriksanya dengan teliti

"Danira Aira"

"Wanita ini?" Toni menunjuk nama Danira Aira

"Dia asisten kepala restoran pak" Jawab lelaki itu menjelaskan toni mengangguk mengerti dan mulai mempersiapkan diri untuk memulai hari barunya ditempat kerja barunya

Benar saja akhirnya hari pertama toni pindah ia cukup excited untuk berangkat namun sialnya ia mendapatkan pekerjaan lain yang membuatnya tertunda untuk pergi ke restoran itu

Dan tentu saja ia tiba wanita asisten itu tidak ada dia pulang seperti info yang diberikan zura wanita itu pulang lebih awal karena sakit Toni hanya menghela nafasnya sia-sia hari itu ia berangkat karena orang yang ingin ia temui tak ada.

Hari berikutnya tak menyurutkan niatnya kali ini ia lebih pagi untuk berangkat toni melangkahkan kakinya masuk kedalam restoran itu dan melihat pintu lift terbuka lebar seorang wanita dengan senyum sumringah menatap ponselnya toni melajukan langkah kakinya untuk menghampirinya dan saat ia mengangkat wajahnya pintu lift hampir tertutup saat toni berjalan menghampirinya

"Shit" Caci toni saat pintu itu tertutup dan membuatnya harus menunggu kembali para pegawai meliriknya sekilas dan kembali fokus

Ia akhirnya sampai di kantor toni melewati ruangan kerja danira didalam wanita itu tampak duduk dan fokus detak jantung lelaki itu kembali terpacu seolah ia kembali ke masa lima tahun lalu dengan perasaan nervous toni duduk di kursinya tak beberapa lama terdengar suara langkah kaki seseorang mendekati pintunya ia buru-buru menyibukkan diri padahal ia hanya mengotak atik layar kosong di laptopnya terdengar suara pintu diketuk ia mempersilahkan tamunya masuk dan orang itu adalah danira yang pertama kali toni rasakan saat ia masuk adalah aroma wangi yang tak pernah berubah sejak lima tahun lalu wangi yang selalu melekat dipikirannya tak tahan lagi toni akhirnya mengangkat wajahnya dan bertemu tatap dengan wanita itu toni terpaku

Sorot mata itu tajam dan sendu toni dengan jelas melihat keterkejutannya namun ia dengan cepat menyembunyikannya

"Lanjutkan.." Ucap toni saat melihat danira diam terpaku

Setelah menyelesaikan perkenalannya dan toni menjawabnya dengan cuek danira pergi dari ruangan itu setelah memastikan wanita itu pergi akhirnya toni baru benar-benar bisa bernafas lega

"Sebenarnya apa yang terjadi, kenapa kamu ada ditempat ini.. Sejak kapan dan kenapa kita tak pernah bertemu padahal kita sangat dekat danira.." Bisik batin toni dan tak berselang lama terdengar suara benda jatuh disertai teriakan seseorang wanita meneriaki nama danira

Toni dengan cepat keluar dari ruangannya dan melihat wanita itu sudah tergolek tak sadarkan diri didalam pelukan zura wajahnya pucat dengan bulir kecil keringat menghiasi wajahnya.

 Toni POV Off*

*

Ia menatap wajah danira matanya terpejam selang infus mencap ditangannya toni memperhatikannya seingatnya lima tahun lalu danira tak sekurus ini meskipun dihiasi riasan wajah namun kantung matanya tetap jelas terlihat

"Bagaimana hidup mu" Bisik toni sembari mengusap punggung tangan wanita itu dan betapa terkejutnya ia setelah menyadari punggung tangan itu memiliki parut(bekas luka) yang sepertinya itu bekas luka dari jarum melihat hal itu air mata toni lolos

"Seberat apa bebanmu" Bisiknya

Saat menunggu danira tersadar ponselnya berdering meskipun sempat mengabaikannya namun ponselnya tetap kembali berdering toni keluar dari kamar rawat danira dan menerima panggilan itu dan saat ia kembali wanita itu sudah tak ada diranjangnya selang infus yang tadi menempel ditangannya tergeletak diranjang dengan cercaan noda darah tak ingin lagi kehilangan jejak danira ia buru-buru keluar dan mencarinya namun nihil jejak wanita itu sudah tak ada disana.

10 menit lalu

Danira sebenarnya sudah sadar saat toni mengusap punggung tangannya ia juga mendengar lelaki itu berbicara dengannya namun sungguh berat rasanya untuk membuka matanya ia benar-benar tidak siap jika harus bertemu tatap lagi dengan lelaki itu ia tidak ingin membuka kembali luka dan kenangan lama nya dan saat toni keluar menerima telpon danira menggunakan kesempatan itu untuk kabur ia harus pergi.

Danira duduk di kursi penumpang taxi air matanya mengembun namun tak sampai menetes ia mengusap punggung tangannya yang terasa perih

"Maaf toni aku tidak bisa jika harus bertemu dengan mu saat ini... Aku yang sekarang bukan aku yang dulu" cicit danira ia memejamkan matanya perlahan sebelum sampai apartemen nya, danira menyeka air matanya dan merapikan pakaian serta rambutnya ia tidak bisa pulang dengan keadaan seperti itu karena seseorang dengan penuh semangat, cerita dan cinta sedang menanti kepulangannya

Benar saja saat danira membuka pintu putri kecilnya laura menyambutnya dengan senyum sumringah

"mammiii" Teriaknya semangat dan menghambur kedalam pelukan danira wangi dari tubuh mungilnya itu membuat rasa sakit, lelah dan prustasi yang danira rasakan seakan pergi menepi ia sadar saat ini ia harus tersenyum dan bahagia agar gadis mungil itu juga merasakan kebahagiaan.