NovelToon NovelToon
Mendadak Jadi Sugar Baby

Mendadak Jadi Sugar Baby

Status: tamat
Genre:Tamat / CEO / Konflik etika / Penyesalan Suami / KDRT (Kekerasan dalam rumah tangga) / PSK / trauma masa lalu
Popularitas:6.8k
Nilai: 5
Nama Author: Byiaaps

Apa benar kalau zaman sekarang cari uang halal itu susah?

Hidup di lingkungan sekitar yang toxic, membuat Binar harus bertahan hidup dengan caranya sendiri.

Cara seperti apa yang ia pilih?

Jangan lompat bab untuk menghargai karya penulis, bila tak suka bisa skip saja, jangan mampir hanya untuk membaca secara acak.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Byiaaps, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 24

“Ya ampun, Mel, setiap hari ada saja musuhmu. Memang benar kamu ganggu suaminya?” tanya Mira sembari mengompres muka Amel yang biru-biru.

“Untungnya Reno bisa datang untuk jemput kamu. Dia lihat kamu sudah duduk di jalanan bersandar mobil. Bahaya tahu, Mel, malam-malam juga,” lanjut Mira.

Amel yang masih kesal, benar-benar ingin balas memukul wanita asing semalam, yang mengaku suaminya diganggu. “Ibu ‘kan tahu, aku hanya sama Om Rehan dan Reno. Tidak ada lelaki lain.”

Menenangkannya, Mira menduga wanita semalam gila atau salah orang saja.

Tak hanya itu, Amel juga kesal karena Reno sangat terlambat datang, padahal, ia belum begitu jauh dari kampus. Seandainya Reno datang lebih cepat, ia tentu akan bisa menangkap wanita gila itu. Geram sekali rasanya ketika ia tak dapat mengejarnya.

Saat masih diobati sang ibu, ponsel Amel berdering, tanda ada pesan masuk.

Beberapa foto dikirim oleh nomor tak dikenal. Dalam foto tersebut, tampak jelas Reno sedang bermesraan dengan wanita lain. Seketika Amel mengepalkan tangannya, kekesalannya makin menjadi.

“Bisa-bisanya dia kencan dengan wanita lain, padahal dari baju sampai motor, semuanya dari aku!” kesalnya.

Menenangkannya, Mira meminta anak bungsunya itu tak pusing memikirkan lelaki seperti Reno. Baginya, jika kekasih Amel itu hanya memanfaatkannya saja, Amel juga harus bisa memanfaatkan Reno. Mereka tak boleh berpacaran pakai perasaan.

Mengaku sudah terlanjur ada rasa pada Reno, tentu saran sang ibu tak semudah itu dilakukan, karena bagaimanapun, ia yang masih muda juga ingin merasakan hidup bersama dengan lelaki seusianya.

“Lagi pula, dia hanya mahasiswa yang belum mapan. Kamu mau hidup dengannya pun tak akan dapat apa-apa. Mel, realistis! Dia saja menerimamu yang jadi sugar baby om-om, artinya dia tak benar-benar mencintaimu. Tidak ada laki-laki yang tulus dan serius, yang mau menerima kekasihnya menjalin hubungan dengan pria lain.” Mira memberikan nasihatnya.

Tak hanya itu, Mira juga meminta Amel membuka mata selebar mungkin. Ia justru mendukung Amel menjadi istri kedua Om Rehan. Apalagi diketahui, istri pertamanya itu sudah sakit-sakitan. Tentu, akan lebih mudah bagi Amel menguasai kehidupan Om Rehan sepenuhnya, yang sudah tak mendapatkan kebutuhan batinnya dari istri pertama.

“Mamanya Agnes itu juga tak akan bisa berontak, jalan saja sulit. Hitung-hitung, memperbaiki kondisi keuangan keluarga kita, Mel. Banyak tuh artis-artis wanita, menikah dengan pria yang lebih tua dan sampai sekarang masih langgeng,” jelas Mira meyakinkan anaknya.

Mira juga menambahkan bahwa kini hidupnya telah bergantung pada Amel, yang dianggapnya sebagai anak satu-satunya.

Ia lalu membisikkan sesuatu di telinga anaknya. “Semua hal dalam hidupmu akan terjamin jika bersama Om Farhan. Sebentar lagi ‘kan kamu harus magang, nah kamu bisa minta ditempatkan di perusahaannya yang banyak itu. Siapa tahu, lama-lama kamu jadi pimpinannya.”

Seketika Amel teringat pada tugas kampusnya, bahwa ia harus menyerahkan proposal magangnya pada pihak kampus, juga pada perusahaan yang ditujunya.

***

Di kantor, Agnes tengah tertawa cekikikan mendengar cerita Winda semalam. Ia puas sekali Winda bisa menjalankan tugasnya dengan baik. Bahkan, Agnes meminta Winda untuk membantunya lagi.

“Aku kirim uangnya ke nomor rekeningmu,” tuturnya.

Dengan senang hati, Winda merasa tugasnya sepele, tapi bayarannya lumayan, hampir setara dengan gajinya sebulan.

Setelah Agnes kembali ke meja kerjanya, Binar yang baru saja menyelesaikan pekerjaannya, menghampiri Winda.

“Aku dengar yang kalian bicarakan tadi. Aku cuma mau kamu tidak serakah, Win. Sekali dua kali bantu tidak apa-apa, tapi jangan sampai karena tergiur uangnya, jadi harus mempertaruhkan nasibmu,” ungkap Binar.

Binar mengingatkan temannya itu agar berhati-hati karena papa Agnes bukan orang sembarangan. Seperti yang samar-samar ia dengar dari karyawan lain, papa Agnes adalah pengusaha ternama yang bisnisnya di mana-mana. Dengan Winda menyakiti sugar babynya, itu artinya ia harus siap berurusan dengan papa Agnes.

“Iya, aku tahu kok, Bin, tenang saja. Aku akan hati-hati dan menutup rapat identitasku,” jawab Winda remeh.

Sementara itu, pagi ini Adrian yang sedang bersama Pak Sapto, meminta diantarkan ke salah satu anak perusahaan ayahnya, yang juga dikelolanya.

Hingga sesampainya di kantor, ia segera menuju ruangan tangan kanannya, yang kini dipercaya untuk memimpin kantor tersebut, di bawah kendalinya.

“Pak Adrian, maaf, kemarin anak Pak Rehan meminta izin magang di sini. Saya lihat dari nilainya, lumayan bagus dan kampusnya juga ternama. Jadi, saya pikir tidak ada salahnya kalau saya izinkan dia merasakan bekerja di sini, lagi pula itu bisa memperkuat kerja sama kita dengan kantor Pak Rehan. Saya juga meminta kepala personalia untuk menempatkan di posisi staf bawah. Tapi, kalau Pak Adrian kurang berkenan, akan saya benahi keputusan saya,” lapor pimpinan kantor tersebut.

Adrian yang sangat selektif pada perekrutan karyawan, ternyata tak mempermasalahkannya dan justru menyetujuinya. Apalagi setelah tahu, posisi yang anak magang tempati juga sedang butuh tenaga tambahan. Terlebih, ia juga cukup mengenal anak Pak Rehan, meski tak begitu dekat.

Tak lama, Agnes yang sudah diperintahkan untuk menuju ke ruangan pimpinan, mengetuk pintu dan meminta izin masuk.

“Pagi, Pak,” sapanya sopan.

“Silakan masuk,” ujar pimpinan.

Saat Agnes dan Adrian bertatapan, mereka saling sapa dan senyum, seolah seperti teman lama yang lama tak berjumpa.

“Apa kabar, Nes? Kamu sudah mau lulus kuliah saja ya, padahal dulu saya tahu kamu masih ikut papamu ke kantor pakai seragam SMA.” Adrian membuka obrolan.

Mengangguk hormat, Agnes juga menyapa Adrian yang dipanggilnya Kak itu. Mereka memang sudah saling mengenal lama, meski tak sering berkomunikasi. Meski begitu, Agnes tetap meminta izin pada Adrian untuk bekerja di sana.

“Saya percaya kamu bisa bekerja dengan baik dan tak mengecewakan. Meski saya masih merasa aneh kenapa kamu tak magang di tempat papamu saja. Tapi, ya apa pun itu, saya izinkan kamu kerja di sini,” tutur Adrian.

Adrian lalu pamit ke bagian keuangan, karena ada yang harus ia periksa secara berkala.

Agnes pun ikut pamit pada pimpinannya, untuk kembali kerja.

“Kak Adrian,” panggil Agnes lirih menyusul Adrian di luar ruangan.

Mengajaknya bicara berdua, Agnes bermaksud ingin menjelaskan alasan ia ingin kerja di sini, yang tak hanya sekadar untuk urusan magang.

"Maksudnya bagaimana, Nes?"

...****************...

1
Anto D Cotto
lanjutkan, crazy up thor
Anto D Cotto
menarik
Yuliana Tunru
hidup di kota mmg kejam ya binar setiap t4 bagaikan hutan yg setiap saat bisa jd santapan hinatang buas ttp semangat untuk hidup benar dan bsik binar ..biarkan adruan hudup dgn.penyesalan
Yuliana Tunru
lanjut
Yuliana Tunru
orang aneh kasuhan binar
Yuliana Tunru
knp adrian x gitu ya apa gila atau ada dendam khusus
Yuliana Tunru
rasa x kyk.mimpi aneh ya..apa adrian benar2 tulus atw jgn2 binar jd tumbal pesugihan gitu..maaf thor jd nganyal kyk novel2 horor tp smoga z binar benar2 bernasib baik
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!