Tidak selamanya jodoh itu datang sendiri, terkadang datang satu paket dengan anaknya.
Di usinya yang sudah matang, Arjuna belum juga menemukan tambatan hatinya. Padahal Arjuna dikenal sebagai seorang playboy di masa remajanya dulu.
Namun siapa sangka, takdir malah mempertemukannya kembali dengan sang mantan kekasih yang kini telah berstatus sebagai janda beranak satu.
Akankah mereka bersatu kembali dan hidup bahagia untuk selamanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alisha Chanel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Malam Pengantin
"Kenapa bapak tega meninggalkan ibu secepat ini pak...?"
Isak tangis bu Dewi menggema di ruangan tempat pak Sarif di rawat. Menyayat hati siapapun yang mendengarnya.
"Sabar Bu, ini sudah menjadi takdir yang maha kuasa, kita harus ikhlas bu"
Ucap Rinjani mencoba menenangkan bu Dewi, walaupun sebenarnya hati Rinjani sendiri sama hancurnya dengan sang Ibu.
Tak ada malam pertama yang syahdu, selayaknya pasangan pengantin baru pada umumnya.
Malam pengantin Arjuna dan Rinjani menjelma menjadi malam yang penuh duka.
***
***
Keesokan harinya..
Rinjani menatap nanar gundukan tanah merah, yang bertaburan ratusan kelopak bunga segar di atasnya.
Matanya yang sembab, sesekali masih terus menitikan air mata.
Sosok Arjuna yang kini telah resmi menjadi suaminya, merangkul pundak Rinjani dari belakang. Karna jika tidak begitu, Rinjani pasti sudah jatuh pingsan saking sedihnya.
"Kenapa bapak tega ninggalin ibu secepat ini..pak..?"
Lirih bu Dewi sembari memeluk nisan mendiang pak Sarif.
Para pelayat yang ikut mengantarkan pak Sarif ketempat peristirahatannya yang terakhir, sudah membubarkan diri sejak beberapa menit yang lalu.
Tinggal menyisakan bu Dewi, Arjuna dan Rinjani saja yang masih terus meratapi kesedihannya karna ditinggal orang yang mereka sayangi untuk selamanya.
Langit yang semula biru itu, kini telah berubah menjadi gelap. Petir menggelegar memecah keheningan memberi pertanda bahwa hujan akan segera turun membasahi bumi.
"Bu, udah mau hujan. Ayo kita pulang?"
Ajak Rinjani seraya memeluk wanita yang telah melahirkannya itu.
"Ibu masih belum percaya kalau bapak kamu sudah meninggalkan kita untuk selamanya, padahal kemarin dia tampak begitu bersemangat mengurus persiapan pernikahan kalian"
Lirih bu Dewi sembari menatap nanar pada batu nisan sang suami.
"Ini sudah takdir yang di atas bu, kita harus ikhlas dan kuat. Agar jalan bapak menuju syurga di lapangkan"
Ucap Rinjani yang dengan sekuat tenaga menahan tangisnya agar tak semakin menjadi.
Rinjani mencoba terlihat tetap tegar walau jiwanya seperti telah hancur. Karna sosok pak Sarif yang teduh dan penyayang, adalah panutan dalam hidup Rinjani selama ini.
"Ibu, Rinjani ayo kita pulang. Hujan sudah mulai turun!"
Ajak Arjuna seraya mencoba memayungi tubuh bu Dewi dan Rinjani dari guyuran air hujan yang kini mulai turun deras, namun sia-sia karna usahanya itu tetap membuat mereka basah kuyup.
Namun berkat guyuran air hujan tersebut, setidaknya Rinjani berhasil menyamarkan air matanya yang terus mengalir membasahi pipinya.
Tak butuh waktu lama akhirnya merekapun tiba di rumah dalam keadaan basah kuyup.
"Rin, keringkan rambutmu dan gantilah pakaianmu dengan yang kering. Jangan sampai kamu masuk angin."
Ucap Arjuna sembari menyelimuti tubuh Rinjani dengan handuk kering.
Pakaian Rinjani yang basah, menampakkan lekuk tubuh indahnya di balik dress hitam yang ia pakai.
Membuat Arjuna ingin segera menjamah tubuh indah yang telah lama ia nantikan itu, terlebih tubuh itu kini telah halal untuk ia sentuh. Namun Arjuna hanya bisa menelan salivanya karna kini mereka masih ada dalam keadaan berduka.
Suasana duka masih menyelimuti mereka, membuat Arjuna mengurungkan niatnya untuk menikmati indahnya malam pengantin.
***
***
Satu minggu kemudian...
"Sayang sudah berapa lama kita menikah?"
Tanya Arjuna tiba-tiba sembari memeluk tubuh Rinjani dari belakang, Rinjani yang baru selesai berpakaian seusai membersihkan diri merasa terkejut dengan sikap suaminya itu.
Hari ini, mereka baru selesai menggelar acara 7 harian meninggalnya pak Sarif. Rinjani yang merasa badannya lengket menyempatkan untuk mandi saat acara itu telah selesai.
"Hmm..mungkin satu minggu"
Jawab Rinjani yang mencoba menstabilkan detak jantungnya karna ulah Arjuna.
"Benar! Kita sudah menikah selama 7 hari. Dan Kamu tau? Selama itu juga aku telah sabar menunggu saat ini tiba, apa boleh kita melakukannya sekarang?"
Tanya Arjuna sembari menyesap leher jenjang sang istri dengan lembut.
Setelah menikah mereka memang sudah tidur di satu kamar yang sama, namun tidak ada aktifitas selayaknya suami istri pada umumnya.
"T-tentu saja, kitakan sudah menikah?"
Jawab Rinjani tergugup, namun akhirnya ia pasrah saja dengan apa yang akan dilakukan suaminya itu terhadap dirinya.
"Kamu sudah membuat aku terlalu lama menunggu Rin!" Desah Arjuna di telinga Rinjani.
Tanpa basa-basi Arjuna membuka kembali pakaian Rinjani yang baru saja dikenakannya itu.
"Ah Juna..pelan-pelan"
Lirih Rinjani ketika tubuh mereka mulai menyatu.
Meskipun Rinjani bukan seorang perawan lagi, tapi sudah lama Ia tidak mendapat sentuhan di area sensitifnya itu. Hingga sentuhan Arjuna itu terasa sedikit sakit.
Namum sakit itu tak berlangsung lama. Karna permainan lembut Arjuna, rasa sakit yang Rinjani rasakan perlahan berubah menjadi nikmat.
"Ahhh...Juna.."
Desah Rinjani sembari mencengkram punggung Arjuna dengan kasar. Hingga meninggalkan bekas cakar*n di punggung putih itu.
"Iya sayang, sebutlah namaku sebanyak yang kau mau. Aku suka mendengarnya"
Balas Arjuna sembari terus mem*mp* tubuh wanita di bawah kungkungannya.
Aaaaahhhh.....
Desah*n panjang menandakan mereka telah mencapai puncak secara bersama-sama.
"Aku mau lagi" Bisik Arjuna di telinga Rinjani.
Mereka terus mengulanginya lagi dan lagi hingga menjelang pagi.
***
***
"Aduh, anak itu kemana lagi? Sudah Jam segini belum bangun juga? Bukannya menyiapkan sarapan untuk suaminya!"
Umpat bu Dewi, karna sejak tadi ia sibuk berkutat seorang diri dengan alat-alat dapurnya.
Biasanya Rinjani akan bangun lebih dulu daripada dirinya tapi entah kemana anak itu sekarang?.
"Selamat pagi Bu?"
Ucap Arjuna menyapa sang ibu mertua.
Pria itu begitu bersemangat hari ini. Karna telah mendapat asupan cinta yang luar biasa dari Rinjani tadi malam.
"Eh, kamu udah siap mau pergi kerja ya?"
Tanya bu Dewi kala melihat sang menantu kebanggaannya itu sudah berpakain rapi dan siap pergi ke kantor.
"Iya bu, ada meeting dengan klien penting pagi ini. Jadi aku harus berangkat lebih awal" Jawab Arjuna.
"Ohh...gitu..Ini sarapan dulu sebelum kamu pergi ya?"
Ucap bu Dewi sembari menghidangkannya nasi goreng yang telah ia masak sebelumnya di meja makan.
Oa..oaaa...
Disaat bersamaan terdengar pula suara Alena mulai menangis. Alena menangis karna bangun tidur dan tidak menemukan seorangpun berada di sampingnya.
"Biar saya yang lihat Alena bu?"
Ucap Arjuna seraya berdiri dari duduknya.
"jangan-jangan! kamu sarapan dulu saja ya. Takut terlambat"
Arjuna yang baru bangkit dari duduknya kembali duduk setelah mendengar larangan dari ibu mertuanya itu.
"Biar Rinjani saja yang mengurus Alena? Dimana anak itu sekarang?"
Tanya bu Dewi yang mulai kerepotan mengurus semuanya seorang diri.
"Sepertinya masih tidur bu." Jawab Arjuna.
"Apa! Jam segini masih tidur? Bukannya urus suami dan anaknya? Malah enak-enakan tidur. Keterlaluan!"
Sungut bu Dewi mulai kesal.
Tak ada raut kesedihan lagi yang nampak dari wajah wanita paruh baya itu atas kehilangan suaminya, suasana di rumah itu kini sudah mulai kembali seperti biasa.
Semua orang di rumah itu juga mulai sibuk dengan kegiatannya masing-masing.
"Ya sudah kamu habiskan saja sarapannya. Biar ibu bangunkan Rinjani?"
Ucap bu Dewi sembari menuju ke kamar anak semata wayangnya itu.
"RINJANI...BANGUN!"
Teriakan bu Dewi membuat tangis Alena semakin kencang.
Yang namanya disebut akhirnya mengerjapkan matanya, karna mendengar suara gaduh di sekitarnya.
"Ah..sakit"
Rintih Rinjani yang merasakan sakit di sekujur tubuhnya. Terutama pada area sensitifnya. Arjuna benar-benar tak memberinya ampun tadi malam.
Dengan sedikit tertatih Rinjani bangun dari tempat tidurnya yang sangat berantakan.
Rinjani tersenyum simpul ketika mengingat adegan panas semalam di atas ranjang itu bersama Arjuna.
"Mau sampai kapan kamu tidur, hem? itu Alena menangis? Ibu lagi repot di dapur?"
Ucap bu Dewi yang sudah berdiri di ambang pintu kamar Rinjani.
"I-iya Bu, ini aku bangun"
Jawab Rinjani sembari berjalan keluar dari kamarnya.
"Kamu kenapa Rin? kamu sakit? Kenapa jalannya seperti itu?"
Tanya bu Dewi yang merasa heran melihat cara berjalan Rinjani yang tak seperti biasanya.
"Uhuk..uhukk!"
Arjuna menjadi salah tingkah ketika menyadari itu semua karna ulahnya tadi malam.
"Ng-nggak kok bu, itu tadi aku kepentok meja pas mau jalan"
Jawaban Rinjani membuat Arjuna kembali bernapas lega.
"Untung Rinjani bukan tukang ngadu" Batin Arjuna.
"Ya ampun... dasar ceroboh! ya sudah sana kamu mandi dulu, biar fokus. Takut nanti kepentok yang lain lagi. Biar Alena sama Ibu dulu."
Ucap bu Dewi sembari terus berlalu menuju sumber suara tangisan sang cucu.
Rinjani pun menuruti perkataan ibunya, ia kembali menuju kamar untuk segera membersihkan diri, sebelum memulai aktifitasnya hari ini.
Cup!
Sebuah kecupan mendarat di pipi Rinjani ketika Ia bersiap menuju kamar mandi.
"Nanti malam lagi ya sayang"
***
Selamat membaca 🥰 Jangan lupa kasih like and komentnya ya 🙏
sakit nih ryan
kelakuan astaghfirullah.
healjng ke gunung bs2 hilang.. bnr jg 😀
jika suami setia seribu pelakor dtg aman RT