Hilya Khairunissa harus menerima kenyataan jika dirinya dijodohkan dengan salah satu mantan santri di pondok milik Abah nya sendiri.
Mengenal beberapa hari,dan hanya cerita saja,Nissa harus menerima jika Zavier memiliki perasaan untuk wanita lain.
"Kamu sudah tahu aku kan,kau bahkan mempunyai kemampuan untuk menolak ku,tapi masih saja menerima perjodohan ini di waktu terakhir!"
"Aku hanya ingin membalas budi Abah karena sudah membesarkan hingga membuat ku seperti sekarang" jawab Nissa dengan nada datar.
Wanita itu tidak akan pernah mengira jika Zavier bisa berkata kasar pada dirinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ♍Virgo girL 🥀🌸, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB. 20 Mencari
Nyata nya Nissa tetap menyembunyikan sesuatu tentang Zavi dan Mina.Ia yakin jika keluarga tidak tahu tentang hal ini,yang mereka tahu jika Zavi sudah menikah dan sekarang mempunyai jarak dengan Mina.
Menangis dalam pelukan Mamah mertua,Nissa terlihat sangat pilu dengan alasan rindu orang tua di Jogja.
Galina terus mengusap punggung menantu nya,hingga terasa tangisan berhenti.Kedua wanita itu sedang ada di kamar Zavi dan duduk di ranjang.
"Nanti Mamah sampaikan pada Zavi ya,jika kamu ingin pulang?" ucap Galina dan Nissa pun mengangguk.
"Nissa tidak turun untuk sarapan?"
Nissa masih krisis suara,hanya anggukan dan gelengan yang ia berikan.
"Nanti sakit Nissa.."
"Hanya karena sepiring nasi Nissa tidak akan sakit mah" jawab Nissa,entah bagaimana lagi Galina harus merayu menantu nya.
"Ya sudah mamah tinggal ya,nanti kalau butuh apapun ke bawah saja.Di bawah ada Mbak Tina dan asisten rumah tangga yang lain."
Nissa mengangguk begitu pula Galina yang keluar dari kamar Zavier.
.
.
.
Sore hari Nissa tetap di dalam kamar,ia tak lupa akan kewajiban nya sholat dan tetap membaca Al Qur'an walau hanya beberapa ayat saja.
Menutup kembali kitab suci,ia berjalan ke jendela dan membuka kaca pembatas balkon.Menggeser melangkahkan kaki nya keluar,menghirup udara dalam dalam dan memejam kan mata.
"Bagaimana aku bisa mengambil kesimpulan jawaban nya,sementara Zavi tidak menjawab apapun.Lagi pula ia pernah berjanji jika suatu saat ia akan mengungkap kan semua nya.."
Nissa memejamkan mata "Aku mohon bersabar lah sebentar lagi."
Begitulah kata Zavi beberapa hari yang lalu.
Ponsel berdering,Nissa pun segera melangkah masuk dan meraih benda pipih itu di ranjang.
"Assalamualaikum Khairunnisa?"
Suara yang sangat Nissa kenali beberapa hari ini,suara yang selalu ada di setiap ia membuka mata hingga terpejam lagi.
"Wa'alaikum salam Zavier.."
"Mamah menelfon ku,kenapa kamu tidak makan dari pagi.Lalu apa benar kamu ingin ke Jogja menjenguk Abah dan Umi?"
Nissa mengangguk seolah Zavi tahu itu.
"Bagaimana aku bisa leluasa jika suami ku sendiri menyimpan rahasia?..."
"Apa aku harus tetap makan,jika aku sendiri juga tidak ingin?" imbuh Nissa lagi.
"Setidak nya kamu punya tenaga untuk memarahi ku nanti Nissa!"
"Apa yang harus aku balas dengan emosi sedangkan suami ku sendiri yang menginginkan?" jawab Nissa.
"Aku sudah bilang kan kemarin,sabar"
"Berapa lama lagi? Apa menunggu anak itu lahir? Aku tidak mau di poligami Zavier!"
"Apa maksud mu? Siapa yang akan poligami?!" ucap Zavier lantang.
"Pulang lah ke apartemen,aku akan sampai di jakarta nanti malam!" ucap Zavier lagi.
Mendengar isakan tangis Nissa yang sangat pilu,Zavi di sebrang sana ingin mengubah panggilan telfon menjadi video call namun Nissa terus menolak.
"Di pindah Nissa!"
"Aku tidak mau!"
Zavier pun berdecak,ia terus mencoba nya.
"Ponsel mu itu canggih,dirumah Mamah tidak perlu kuota di dalam ponsel,wifi menyala terus.Hanya mengganti panggilan saja apa susah nya?!" ucap Zavi,namun Nissa tetap tidak mau mengganti panggilan.
Aysshhhh!...
Desah Zavi kesal, Nissa masih saja tidak mau mengganti panggilan video.
"Zavi.."
Hmmm... Hanya itu jawaban Zavi.
"Jika kamu tidak bisa memilih,akhiri saja.Aku tidak apa-apa tapi aku mohon beri aku beberapa bulan untuk tinggal disini dan mencari pekerjaan.Aku tidak mau pulang dan membebankan Abi dan Umi lagi,kamu tahu kan selama umurku mereka sudah sangat baik dan aku tidak mau merepotkan nya lagi.Jika kita berakhir paling tidak aku mencari kerja dulu untuk menyewa rumah dan tidak kembali ke Abi dan Umi,aku tidak mau mereke berfikir keras karena ku"
Ucapan Nissa sangat panjang,dan Zavier di sebrang sana bahkan bingung mendengar nya.
"Ngomong apa sih kamu Nissa?,,tunggu aku di apartemen,kembali lah sekarang.Minta antar siapapun yang ada dirumah!"
Belum sempat menjawab telfon di akhiri oleh Zavier.
Nissa pun keluar dari kamar dan menuruni tangga.Di sana sudah ada Papah Riza dengan surat kabar dan kaca mata bertengger di hidung,Mamah Galina yang sibuk menata makan malam.Eleana yang berada di bahu Papah nya bermain ponsel.Dan Callista yang sedang menonton acara televisi yang selalu di putar berkali kali tapi tidak ada bosen nya.
Mendengar langkah Galina mendongak.Wanita itu pun tersenyum.
"Nissa,sini nak kita bergabung nanti makan malam ya?" ucap Galina.
"Tapi Mah,maaf jika Nissa salah sebelum nya".
Riza menoleh mendengar itu.
"Kenapa Nissa?" tanya Galina begitu pula Riza juga penasaran.
"Nissa ingin berkunjung ke rumah kerabat Umi di sini boleh?" ucapnya meminta ijin pada mertuanya.
Galina pun menoleh pada Riza.Wanita itu merasa jika sampai Zavi pulang dari luar kota Nissa adalah tanggung jawab Nya.
"Dimana?" tanya Riza.
"Dari sini sekitar satu jam lebih,ini alamat nya" Nissa menyodorkan alamat di ponsel nya.
Riza tahu di sana tempat tinggal kaum yang cukup elit.
"Apa ingin di antar?" ucap Galina dan Nissa menggeleng.
"Nissa akan di sana beberapa hari,mungkin jika Bude mengijinkan Nissa untuk mengajar ngaji Nissa akan lama di sana Mah "
"Kamu sedang punya masalah dengan Zavi?" tanya Riza.
"Bukan Pah,Nissa hanya sesekali ingin menyenangkan Bude karena mereka sudah tua,siapa tahu Nissa bisa membantu mengisi tausiyah sore hari"
Riza dan Galina pun mengangguk mengerti,kedua nya tahu jika saudara Nissa di sini mempunyai cukup banyak anak didik untuk mengaji Qur'an atau pun majelis taklim.
Dengan mengantongi ijin dari kedua mertua nya Nissa pergi menggunakan taxi yang papah mertua nya pesan.Lelaki itu juga membawa seseorang untuk menjaga menantu nya saat di jalan nanti.
Riza tidak akan pernah melepas Nissa sendiri meski ia meyakini jika menantu nya sudah beberapa kali ke Jakarta.
.
.
.
"Aku minta ijin tidur di rumah Bude,mungkin satu atau dua hari"
Begitulah isi pesan untuk Zavier,namun Nissa jelas tidak langsung menerima balasan karena Zavi sedang berada di pesawat.
Menyusuri jalan dan membelah keramaian,Nissa akhirnya tiba juga di rumah bude Murni.Kakak dari Umi nya yang pindah ke kota ini karena usaha nya berkembang pesat.
"Ya Allah Nissa akhirnya ke rumah bude juga!" Ucap wanita tua itu,langkahnya cepat menghampiri dan memeluk Nissa.
"Bude apa kabar?" tanya Nissa.
"Alhamdulillah nduk cah ayu bude sehat,pak Dhe mu kebetulan sedang di masjid.Bagaimana ke sini sendirian,ini bagaimana ini sudah ada tanda tanda apa belum?"
Tangan Murni mengusap perut Nissa,reflek Nissa pun ikut memegang namun ia menggeleng.
"Belum ada Bude,doain ya bude?"
Murni pun mengangguk,kedua nya saling bergandeng tangan menuju pintu utama dan masuk ke dalam nya.
.
.
.
To be continue