NovelToon NovelToon
Sakit, Dituduh Selingkuh

Sakit, Dituduh Selingkuh

Status: sedang berlangsung
Genre:cintapertama / nikahmuda
Popularitas:13.1k
Nilai: 5
Nama Author: Ludia Tola

Pertemuan dianggap sebagai takdir dalam menjalani kehidupan berumah tangga, namun rasa sakit hati yang ditorehkan setiap saat karena dituduh selingkuh secara perlahan mengubah rasa cinta membeku. Kesabaran ada batasnya. Sampai di manakah batas kesabaran yang miliki oleh tokoh yang berperan sebagai istri (Naya)?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ludia Tola, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Minta Maaf

Sore hari Naya berangkat ke kota bersama mertuanya. Ia sudah siap dengan segala risiko yang akan terjadi dan ucapan ibu mertua yang berjanji akan selalu menjaganya membuat ia semangat.

Mereka tiba di kota pada pukul 07.30 WIB. Pak Melki sangat pelan dan hati-hati menyetir mobil mengingat anak mantunya yang lagi hamil muda.

Naya mengedarkan pandangannya untuk mencari keberadaan Robin tapi yang dicari tak kunjung menampakkan batang hidungnya.

Ibu Noni mengajak Naya untuk memeriksa kamar dan kamar tersebut juga tidak berpenghuni.

Menurut Rara, tadi pagi Robin berangkat ke sekolah dan sampai saat ini belum pulang ke rumah.

Keadaan kamar sangat berantakan sehingga Ibu Noni memanggil Iren dan Rara untuk membersihkan kamar kakaknya agar Naya bisa beristirahat nanti dengan nyaman.

"Kakak kalian lagi hamil jadi nggak boleh terlalu capek,"

"Hore, rumah kita akan ramai jika Dede bayi udah lahir!" seru Iren dengan senang.

"Tenang, nanti kami yang kerja, Ibu dan Kak Naya keluar dulu biar kami rapikan dulu kamarnya!" kata Rara dengan semangat.

Naya tersenyum melihat kedua adik iparnya yang begitu semangat setelah tahu kalau tidak lama lagi mereka akan punya ponakan.

Kurang lebih tiga puluh menit Rara dan Iren membersihkan kamar kakaknya dan setelah itu mempersilahkan Naya untuk istirahat karena kamarnya sudah rapi dan harum sementara keduanya kembali ke kamar masing-masing untuk mengerjakan tugas dari sekolah.

Ibu Noni juga merasa lelah sehingga tadi ia memesan makanan saja.

Ia pun mengajak suaminya dan juga Naya untuk makan dulu baru beristirahat.

Saat mereka hendak makan, terdengar pintu depan berderit. Naya sudah menduga bahwa yang datang adalah suaminya sehingga ia menunduk dan tidak berani menatapnya saat muncul ke ruang makan.

"Bu, saya la...," Robin tidak melanjutkan ucapannya karena sangat kaget melihat istrinya duduk di antara ayah dan ibunya.

Robin tampak kelelahan. Ia masih mengenakan pakaian dinas dan tas melekat di punggungnya. Tadi ada pekerjaan yang diberikan oleh kepala sekolah untuk menebus kelalaiannya yang sangat fatal tempo hari.

"Kok, kamu malah bingung aja? Nggak rindu sama istrimu?"

Robin diam dan tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Jujur, ada rasa rindu dalam hati namun ia merasa malu kepada orang tuanya.

"Sama siapa ke sini, Dek?"

Naya masih menunduk dan ragu untuk menjawab.

"Ayah yang jemput," sahut Pak Melki dengan tegas.

Mendengar jawaban ayahnya, Robin merasa tersindir. Ia tahu ayahnya tidak suka dengan apa yang ia lakukan selama ini.

"Terima kasih, Pak!" ucap Robin dengan penuh rasa hormat.

"Sana, ganti seragam dan segera ke sini, kita makan bersama!" kata Ibunya.

Robin segera menuju ke kamarnya dan ketika membuka pintu ia heran karena langsung disambut bau yang harum dan keadaan kamar yang sudah rapi. Ia pikir, pasti Naya yang telah mengerjakan semua ini. Senyum terukir di bibirnya.

Guyuran air dingin membawa kesegaran pada tubuhnya. Lekas juga ia mengenakan pakaian santai lalu keluar menghampiri mereka yang sudah menunggu di meja makan.

Jantung Naya berdebar kencang ketika Robin datang dan duduk di sampingnya. Ia berusaha menguasai dirinya dan keadaan lalu bersikap seperti biasa.

Naya meraih piring dan melayani suaminya seperti yang dulu sering ia lakukan namun kali ini ia belum berani menatapnya.

"Terima kasih, Sayang!" ucap Robin sambil menerima piring yang sudah berisi nasi dari tangan istrinya.

Naya tersenyum tapi tetap menunduk.

"Ayo, Naya, kamu makan yang banyak biar Dede bayinya sehat!" ucap Ibu Noni.

"Iya, Bu," sahut Naya.

Ada rasa bahagia seketika dirasakan oleh Robin mendengar ibunya. Ia pun melirik perut istrinya. Ingin sekali mengelusnya tapi sepertinya harus bersabar dulu dan menunggu waktu yang tepat.

Usai makan, Naya mulai membereskan perabot di meja namun dilarang oleh ibu mertua.

"Nggak apa-apa kok, Bu," kata Naya sambil melanjutkan pekerjaan tersebut.

Ia bahkan mencuci semua perabot yang kotor lalu merapikan pada tempatnya.

Sementara Naya mencuci perabot, Ibu Noni mengajak Robin ke ruang tengah dan memberikan nasihat. Tak lupa meyakinkan bahwa janin dalam kandungan Naya saat ini adalah benar-benar anaknya.

Saat itu pula, pikiran Robin terbuka dan ia merasa sangat bersalah kepada Naya karena telah menuduhnya berselingkuh bahkan tidak mengakui janin yang dikandungnya sebagai anaknya.

Ibu Noni dan Pak Melki merasa lega ketika Robin sudah mau menerima istrinya kembali. Setelah itu keduanya pamit ke kamar untuk beristirahat.

Robin juga masuk ke kamar dan berbaring di kasur empuk yang sudah rapi sambil menunggu istrinya dada berdebar-debar. Ia berjalan mondar-mandir sambil memikirkan kata-kata yang akan disampaikan kepada Naya.

Ketika sedang berlatih merangkai kata-kata tiba-tiba Naya muncul di pintu yang dari tadi sengaja dibukanya lebar-lebar.

Robin gugup dan tidak bisa berkata-kata. Naya heran melihat wajah suaminya yang berkeringat.

"Mas kenapa? Sakit?"

Robin tersenyum. Ia senang karena Naya mau ngomong lebih duluan.

"Terima kasih udah mau kembali ke sini! Maaf, atas kekhilafan saya dulu!

Mata Naya berkaca-kaca. Ada rasa getir mendengar pengakuan dari suaminya. Semoga saja apa yang diucapkan benar-benar tulus.

Robin memeluknya dan mengusap air mata yang sudah mengalir di pipi istrinya. Mendapat perlakuan tersebut, Naya makin terisak.

Cukup lama ia menangis hingga tubuhnya terguncang-guncang. Robin hanya mempu memeluknya dan mengelus rambut hitam yang sudah mulai panjang.

"Sudahlah, lupakan yang sudah berlalu dan kita mulai lagi menatap masa depan bersama dengan calon bayi kita ini!" Robin berucap sambil mengusap perut istrinya lalu mencium dengan mesra.

"Ayo kita istirahat! Bukankah tubuhmu letih setelah melakukan perjalanan tadi?"

Naya mengangguk lalu berbaring. Robin memijit kaki dan tangan istrinya dan tidak lama kemudian terdengar suara dengkuran halus pertanda bahwa Naya sudah tertidur pulas. Pasti karena kelelahan dan juga pengaruh mengeluarkan air mata yang banyak.

Robin tersenyum memandangi wajah yang polos itu dengan mata sembab. Sebenarnya ada sesuatu yang sedang bergejolak dalam dada tapi melihat keadaan istrinya yang masih capek dan sedang berbadan dua malam ia perlu menahan diri dulu.

Butuh kesabaran tingkat tinggi tapi setidaknya sudah bisa menggenggam jemari dan memeluk istrinya itu sudah sedikit bisa menenangkan hatinya.

Menjelang tengah malam Naya terbangun karena merasa kehausan. Ia ingin bangun tapi tangan suaminya terasa berat melingkar di perutnya.

Robin sedang tertidur pulas sehingga Naya ragu untuk membangunkan namun rasa haus membuat ia gelisah hingga suaminya terjaga.

"Ada apa, Dek?"

"Saya haus bangat, nih,"

Robin segera bangkit dan menuju ke dapur untuk mengambil air putih.

Setelah Naya meneguk segelas air putih tersebut ia duduk di tepi ranjang.

"Dek, bolehkah kita main sekarang?"

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!